...
"Harusnya kamu gak termakan ocehannya, La. Juno cuma menggertak supaya kamu bimbang." Senna mengapit lengan Viola dan membawanya ke luar kantor polisi.
"Tapi bagaimana kalau orangtuaku benar-benar menghilang gara-gara Juno?" tanya Viola gelisah.
"Penyelidikan Juno akan berlangsung lama, La. Kalau dia ada sangkut pautnya dengan menghilangnya om Brian dan tante Liana, pasti polisi akan menyelidikinya," ucap Senna berusaha menenangkan kegelisahan Viola.
"Aku yakin Juno cuma mau bikin kamu kesal. Dia sadar betul di mana ia sekarang, bukan di rumahnya yang nyaman. Tapi di sel tahanan. Dia gak bakal bicara seenaknya kalau gak mau ucapannya ditindaklanjuti oleh kepolisian," jelas Senna.
Viola menarik napas lega. "Ya. Kamu ada benarnya juga," sahutnya sudah merasa lebih tenang. Matanya menangkap moncong mobil rusak berhenti di hadapan mereka.
"Apa mereka gak sempat membawa mobil itu ke bengkel?" Senna geleng-geleng kepala melihat penampakan mobil yang sudah sangat parah di bagian depannya itu.
Dua orang lelaki keluar dari dalam mobil. Tristan berdiri bersandar dekat pintu kemudi, menanti Viola berlari mendekat dan benar saja, perempuan itu menyeruak langsung memeluk tubuhnya.
"Kamu gak apa-apa, kan?" tanya Viola membenamkan wajahnya di dada lelaki itu.
Tristan mengecup puncak kepala istrinya. "Aku baik. Dan semuanya hampir berhasil ... hampir terbalaskan. Meski sebenarnya tanganku masih gatal ingin menghajar para bedebah itu dan bosnya. Kalau bisa, aku mau mereka masuk rumah sakit dulu sebelum kantor polisi!"
Viola bergerak mundur. Bibirnya mengerucut tajam saat kepalan tangannya meninju pelan dada Tristan.
"Kamu jangan berbuat yang aneh-aneh!"
"Berbuat yang aneh?" tanya Tristan mengulangi ucapan Viola. "Lalu ini kenapa?" Lelaki itu menarik kepalan tangan Viola yang memerah.
"Oh, ini ...? Aku baru aja memberi pelajaran seseorang di salah satu sel karena mulutnya masih saja menyebalkan."
"Aish, si Brengsek itu ...!" desis Tristan bergerak hendak melangkah masuk ke dalam kantor polisi, namun dengan cepat dicegah oleh Viola.
"Ihh, mau kemana?"
"Menghajarnya!"
"Gak perlu! Aku udah berhasil mematahkan hidungnya." Ucapan Viola membuat Tristan terkejut. "Ayo, ah ... kita pulang!"
Viola mendorong tubuh Tristan untuk masuk kembali ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Viola berjalan memutari depan mobil dan segera duduk di jok sebelah Tristan dengan lega.
Noe menghenyakan tubuhnya di kursi belakang bersama Senna, yang sibuk mencari-cari sesuatu di dalam tasnya.
"Akhirnya ... aku gak lagi jadi supir di keluarga ini," seloroh Noe menyandarkan punggungnya dengan sangat nyaman.
"Oke! Kali ini aku akan jadi sopirmu," tengok Tristan. "Bukannya pengantin memerlukan sopir untuk berangkat bulan madu?" goda Tristan lebih tertuju pada Senna. Viola hanya senyum-senyum saja. Menunggu reaksi Senna ataupun Noe yang biasanya akan langsung sewot.
Tapi, Noe diam tak acuh. Ia menoleh heran pada Senna. Biasanya gadis itu yang akan heboh terlebih dulu, tapi dia terlihat santai sambil menikmati sebatang choco roll yang ia dapatkan dari dalam tasnya. Senna sengaja membawa makanan berbahan cokelat untuk mengatasi mood-nya yang selalu berantakan kalau berdekatan dengan Noe.
Hening.
Senna memandang satu-persatu manusia yang tengah menatapnya heran. Berawal dari Tristan, Viola, kemudian beralih pada Noe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You (COMPLETED)
RandomViola dan Tristan tidak pernah menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan chemistry sejak balita. Cinta yang tersembunyi, harus disuguhi dengan rasa cemburu dan cerita masa lalu Tristan Hanggono. Cinta juga yang menyatukan banyak tragedi hingga hilang...