30. Berteman dengan Hati

4.9K 131 2
                                    

...

           Sepanjang perjalanan, Viola dusuguhi wajah cemberut oleh Senna. Gadis itu kesal karena merasa sudah dijebak. Kenapa harus membawanya liburan ke Palangkaraya? Oh! Itu bukan acara liburan, Viola memang ingin bertemu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Noe? Aish, kenapa Senna tak berpikir ke sana.

"Kalau kamu mau ketemu Noe, jangan mengajakku!" ujarnya.

"Memangnya siapa yang mau bertemu dengannya? Aku bilang 'kan, kita mau liburan. Ya, sekalian mau bertemu dengan nek Mayang," alasan Viola.

"Sama saja!" tukas Senna manyun.

Viola menghela napasnya. "Kamu bilang, kamu menyesal udah berkata kasar pada Noe. Jadi, aku pikir, kamu akan mau bertemu dengannya untuk meluruskan masalah kalian."

"Violaa ... jadi aku harus menemui seorang lelaki terlebih dulu? Aish, rasanya gampangan banget. Kenapa bukan dia yang mendatangiku?"

"Dia sudah mendatangimu, Senn."

"Apa? Kapan?"

"Waktu dia datang untuk kedua kalinya ke Jakarta. Dia datang untuk menemuimu. Sekarang giliranmu yang harus menemuinya."

"Apa maksudmu dia datang untuk menemuiku?"

"Hm. Aku pernah menyinggung soal bagaimana aku bisa membalas kebaikannya kepadaku. Dia bilang dia gak menginginkan apapun dariku, karena apa yang dia temukan di pulau Jawa, sudah dia anggap sebagai balasan budiku," jelas Viola.

"Awalnya aku gak mengerti karena ucapannya itu terasa aneh. Tapi setelah aku tahu yang dia maksud adalah dirimu, aku baru sadar, dia gak mengharapkan balasan apapun dariku karena dia menginginkanmu. Dia jatuh cinta padamu, Sen."

"Jadi dia menganggapku hadiah darimu? Memangnya aku ini barang yang bisa diberikan orang lain pada orang lain lagi?" ujar Senna mulai sewot.

"Hah? Memangnya siapa yang mau memberikanmu padanya?"

"Kamu, lah ...!" Senna dongkol.

Viola tertawa. "Kenapa menuduhku begitu?"

"Kamu yang membawaku ke sini sekarang! Ish, aku merasa dikhianati." Senna melipat dua tangannya di dada.

Viola kembali tertawa. "Tanpa aku menyerahkanmu, kamu sendiri yang akan menyerahkan diri," tukasnya. Senna menoleh sebal.

"Memangnya aku menyuruhnya untuk jatuh cinta padamu apa? Lagian kamu juga suka padanya, kan? Jadi dalam hal ini aku gak tahu apa-apa."

"Terserah kamu aja, La! Yang jelas aku gak mau bertemu dengannya. Titik!"

"Iya. Iya!" Viola mulai senyum-senyum karena taksi yang membawa mereka sudah sampai tujuan.

Senna berjalan mengekor di belakang Viola, gadis itu pasrah saja dan mengikuti langkah Viola mulai dari resepsionis untuk konfirmasi dan akhirnya mereka naik ke kamar mereka. Kali ini Senna tak mau beradu argumen atau menyesaki otaknya dengan pikiran-pikiran aneh tentang Noe. Gadis itu memilih untuk melanjutkan tidurnya.

Selama gadis itu tertidur, Viola beranjak keluar dari kamarnya. Ia hendak menemui Tristan yang sudah berada di tempat itu sehari sebelum keberangkatannya. Viola menemui lelaki itu di sebuah restoran di bawah.

Tristan berdiri saat Viola berjalan ke arahnya dengan berlari-lari kecil. Senyuman lebar Tristan membuat Viola ingin segera memeluk tubuh jangkung itu dengan segera.

Tristan sedikit terjajar mundur ketika Viola menubrukkan badannya. Mendekapnya erat seketika.

"Kangen ...." desah Viola mendongak saat tangan Tristan mengusap kepalanya. Ah! Entah kenapa senyuman lelaki itu membuatnya tak bisa berkutik.

Falling for You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang