06. Undangan Pesta

2K 104 0
                                    

...

"Tristan ...! Apa yang yang kamu lakukan?" pekik Viola terkejut. Ia berusaha melepaskan diri dari rangkulan Tristan. Namun tubuhnya terhuyung ke belakang. Keduanya saling hilang keseimbangan dan ...

BYUUR!!

Tristan dan Viola tercebur ke kolam renang. Viola memekik tak suka. Tapi Tristan malah terbahak.

"Ish, kau ini ...." Viola mengangkat telapak tangannya kesal, tapi tidak benar-benar melayangkan pukulan pada lelaki itu.

Viola berusaha naik dan dia duduk dipinggiran kolam dengan pakaian basah kuyup. Tristan meraih handuk dari sandaran kursi santai dan menyerahkan handuk itu pada Viola.

Tristan memandangi Viola mengeringkan rambut dan lehernya yang memerah. Ya, ada garis merah di lehernya. Itu pasti gara-gara dirinya saat merampas kalung itu tadi.

"Eh, kamu mau apa?" Viola menepis tangan Tristan yang hendak menyentuh lehernya.

"Sakit, ya?"

"Enggak!" sahut Viola tak acuh.

"Aku minta maaf, La." ucap Tristan lirih. Viola kembali menoleh.

"Kamu mau gini terus? Berkata kasar terus minta maaf?"

"Aku juga tidak tahu kenapa ...," ungkap Tristan lelah.

"Kamu itu menyebalkan karena kelakuan jahilmu, Trist. Bukan karena omonganmu yang kasar. Kenapa sejak pulang dari Perancis kamu berubah begini?" Akhirnya Viola mengeluarkan uneg-unegnya selama ini tentang perubahan Tristan. Namun lelaki itu tak langsung menjawab. Ia malah tertunduk, dan pikirannya seperti telah disita oleh sesuatu yang membuatnya tercenung.

"Apa ada hubungannya dengan kalung yang aku pakai?" tanya Viola. Tapi Tristan masih diam.
"Aku benaran gak mencuri." ucap Viola sungguh-sungguh.

Kali ini Tristan langsung menoleh. "Enggak, La. Aku gak bermaksud nuduh kamu. Aku minta maaf." ucap Tristan memelas. "Tadi aku sudah merasa jengkel sebelum bertemu denganmu."

"Terus ... kalung itu punya siapa?"

"Itu ... punya seseorang yang pernah dekat denganku waktu di Paris," aku Tristan. "Sampai sekarang aku masih menyimpannya. Entah karena aku masih merindukan orang itu ... entah karena aku terlalu bodoh harus meratapi orang yang sudah tiada."

Viola mengatupkan bibirnya rapat. "Apa dia ...." Suara Viola terhenti.

Tristan mengangguk. "Dia bukan cuma meninggalkanku, tapi juga sudah meninggalkan dunia ini." jelas Tristan. "Mungkin ...," tambahnya lagi.

"Mungkin?" seru Viola kebingungan.

"Udah, cepat sana! Ganti pakaianmu!" saran Tristan menunjuk baju basah Viola. Viola yang memang sudah menggigil dari tadi, akhirnya melenggang masuk ke dalam.

Tristan kembali melamun setelah ditinggal Viola. Ia kembali mengingat betapa ia kebingungan sendiri saat ia mendapat kabar bahwa Naina sudah meninggal.

Saat itu, di salah satu rumah sakit di Paris, Naina dirawat setelah kejadian tabrakan di depan museum Louvree. Dan beberapa hari kemudian, Tristan mendapat kabar Naina sudah tiada. Padahal lelaki itu baru satu jam pulang ke apartemennya untuk ganti baju dan berniat kembali lagi untuk menemani Naina di rumah sakit. Tapi saat ia tiba di kamar dimana gadis itu di rawat, tempat tidur Naina sudah kosong. Tristan berlari untuk mencari tahu, dan jawaban yang diterimanya adalah, pasieun bernama Naina sudah meninggal.

Saat itu Tristan tak percaya begitu saja, ia kembali mencari, hingga ruang jenazah pun jadi tujuan langkahnya saat itu. Namun jasad Naina katanya sudah dijemput oleh pihak keluarganya.
Tristan tambah kalut. Ia berjalan kembali ke ruangan dimana harusnya Naina berada. Dan di sana ia mendapati kalung Naina yang tergeletak di lantai, tepat dibawah tempat tidurnya yang sudah kosong. Seketika hidup Tristan berubah sejak saat itu. Gelap.

Falling for You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang