...
Senna terbangun ketika ia sadar Viola tidak ada di kamar bersamanya.
Senna mencari ponsel miliknya untuk menghubungi Viola. Gadis itu bertanya dimana dia sekarang, dan jawaban Viola membuat Senna bergegas untuk segera menemuinya di restoran dekat hotel. Senna ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan buru-buru keluar kamar.
Dengan setengah melamun, Senna menaiki lift dan perlahan tubuhnya bergerak turun. Ia menyandar di dinding ketika lift itu berhenti. Seseorang berjaket hitam dan juga mengenakan topi, masuk ke dalamnya.
Senna memilin jari tangannya di depan pintu lift. Tapi perasaannya menangkap ketidaknyamanan, ia bisa tahu seseorang yang berdiri dia belakangnya sedang memperhatikan. Gadis itu menoleh perlahan dan orang itu bergerak maju, Senna langsung berdiri siaga, namu rupanya orang itu hanya memburu pintu yang tiba-tiba terbuka.
Oh! Ternyata perasaannya saja yang terlalu berlebihan. Tapi kenapa ia malah mengharapkan bahwa yang naik lift bersamanya itu adalah Noe. Ia jadi mengingat kejadian pertama yang mempertemukannya dengan lelaki itu di dalam sebuah lift.
Ah! Lupakan!
Senna berjalan di area restoran dan segera mencari keberadaan Viola. Dan di sanalah gadis itu, duduk bersama seseorang yang membuat Senna terheran-heran.
"Tristan? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Senna dengan raut bingung.
"Eh! Kamu sudah di sini rupanya! Aku ada urusan bisnis, lah ... aku sedang menunggu seseorang." Tristan nyengir.
"Kamu tahu 'kan, ini gabungan antara acara bisnis dan liburan," timpal Viola.
"Dan juga acara bertemu seseorang, kan?" sambar Senna ketus.
Viola nyengir. "Tapi tenang, bagimu ini tetap liburan, kok," ujarnya buru-buru mengingati janjinya.
Senna tak peduli lagi dia akan senang-senang atau tidak. Untuk sekarang dia hanya ingin mengisi perut. Ngobrol dengan sepasang suami istri itu membuat mood Senna down lagi. Apalagi saat Tristan menyebutkan nama Noe. Ya, ampun! Tadinya dia hanya iseng saja bertanya 'apakah ia kurusan' pada Tristan. Jawabannya malah di luar dugaan.
Setelah pesanan datang, Senna menyantapnya dengan kesal. Gadis itu tak bicara lagi sampai ia selesai dan kembali ke kamar setelah menghabiskan makanannya.
Jika sedetik saja Senna bertahan di depan pintu lift, mungkin ia akan berpapasan dengan Noe yang tiba di restoran hotel. Tapi sayang, Senna sudah masuk ke dalam lift saat pemuda itu berjalan ke meja Viola dan Tristan.
🍂🍂🍂
Nampak Viola sedang membaca sebuah majalah yang berada di atas meja ketika Senna keluar dari kamar mandi. gadis berbalut handuk putih itu langsung menghampiri.
"Apa itu?" tanya Senna penasaran sambil membetulkan letak handuk di badannya.
"Daftar pariwisata ...," sahut Viola menoleh. "Untung kamu sudah mandi. Cepat siap-siap sana! Kita jalan-jalan." Viola menaruh majalah itu dan ia berganti pakaian.
"Memangnya kita mau kemana?" Senna meraih majalah yang memuat segala hal tentang tempat wisata di Palangkaraya.
"Jangan banyak tanya, kamu pakai baju dulu sana!" sahut Viola tanpa menoleh.
"Terakhir kali aku mengikutimu tanpa tahu kemana tujuannya, kamu membuatku jantungan. Dan tiba-tiba saja aku di sini. Sekarang kamu mau bawa aku kemana? Aku takut di jalan nanti kamu malah membuangku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You (COMPLETED)
De TodoViola dan Tristan tidak pernah menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan chemistry sejak balita. Cinta yang tersembunyi, harus disuguhi dengan rasa cemburu dan cerita masa lalu Tristan Hanggono. Cinta juga yang menyatukan banyak tragedi hingga hilang...