...
"Gadis itu sepertinya sudah terluka beberapa hari sebelum kalian menemukannya di tengah hutan," ucap wanita bernama Mayang itu di hadapan kakaknya. Noe yang berada diantara mereka pun, mendengarkan dengan seksama.
"Itulah kenapa aku merasa gadis itu memang sudah dicelakai seseorang," sambung perempuan itu lagi.
Percakapan mereka berlanjut, tapi kali ini Noe tak berfokus pada apa yang mereka bahas. Ia teringat pada tatapan mata gadis itu ketika ia sempat tersadar. Perlahan otaknya dirubungi tanya tentang apa yang terjadi pada gadis itu. Orang baik ataukah orang yang jahat yang tersembunyi dari diri gadis itu? Kenapa ia bisa mendapatkan hal buruk sampai ia harus ditemukan di tengah hutan? Hanya saja, kalaupun ia adalah orang jahat, apa wajar jika ia mendapat perlakuan seperti itu?
"Tapi anehnya, pemulihan tubuh gadis itu sangat luar biasa. Ia bisa bertahan sampai sekarang tanpa menemui ajalnya terlebih dulu. Padahal melihat kondisinya dan beberapa luka di badannya, membuatku berpikir, ia tidak akan bertahan." Lelaki tua itu ikut berujar.
Noe pamit kemudian beranjak. Entah kenapa langkahnya membawanya ke ruangan di mana Viola berada. Saat ia masuk, saat itu pula gadis itu menatapnya kosong. Mata pemuda itu terbelalak. Setelah kemarin ia sempat tersadar, hari ini ia kembali membuka matanya.
Noe menghampirinya dengan cepat. "Kamu sudah merasa baikan?" tanyanya cemas.
"Kamu ... apa aku mengenalmu?" serak Viola berbisik.
Mendengar Viola sudah bisa berbicara, Noe langsung memanggil Nenek dan Kakeknya untuk segera datang.
Viola menatap aneh benda-benda yang berada di sekitar tubuhnya. Matanya menyipit seperti sedang mengingati sesuatu. Telapak tangan dan jari-jarinya pun tak elak ia perhatikan, entah mencari apa ia di sana, namun matanya masih menatap tanpa sebuah ekspresi.
Beberapa orang menyeruak masuk. Tak terkecuali dengan perempuan yang selama ini sudah merawat gadis itu dengan sangat telaten.
"Kau sudah merasa baikan, sayang?" tanyanya tak kalah cemas. Viola menatap Nek Mayang cukup lama. Gadis itu nampak mengingat-ingat. Namun beberapa kali alisnya mengernyit, mendapati titik yang membuat pikirannya buntu.
"A-apa kalian keluargaku?" tanya Viola nampak khawatir mendapati beberapa orang yang tidak ia kenal berkumpul di hadapannya. Malah gadis itu jadi merasa tak tenang saat ia mencoba mengingati siapa dirinya.
Nek Mayang menoleh pada kakak lelakinya lalu beralih pada Noe. Seolah mengajukan tanya pada mereka. Dan sepertinya Noe sudah memprediksi kejadian seperti ini akan terjadi saat gadis itu siuman.
Mata Viola bergerak liar memperhatikan setiap detail yang ada di ruangan itu, mencari titik lain yang akan membawa kembali ingatannya. Apa, bagaimana atau dimana?
Napasnya langsung memburu, mengambil ancang-ancang tuk meledakkan tangisnya."Tenang, sayang! kami disini keluargamu." Nek Mayang menenangkan kegelisahan Viola. Kembali kening gadis itu mengerut. Ia masih kesulitan untuk mengingat siapa dirinya.
Viola merasakan kepalanya berdenyut-denyut, mengaburkan hasratnya untuk berusaha mengingat. Gadis itu jadi menetralisir rasa sakitnya dengan bersikap sedikit lebih tenang. Ia menyimpan punggung tangan kanannya di atas kening untuk menutupi matanya. Alur cepat napasnya sedikit mereda. Ia menyerah untuk mengingat sesuatu karena itu membuat kepalanya sangat sakit.
🍀🍀🍀
Suara tawa dan jerit anak-anak, terdengar mendekat kemudian menjauh. Viola terdiam mendengar setiap suara sebagai irama yang seakan sudah lama tak ia kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You (COMPLETED)
RastgeleViola dan Tristan tidak pernah menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan chemistry sejak balita. Cinta yang tersembunyi, harus disuguhi dengan rasa cemburu dan cerita masa lalu Tristan Hanggono. Cinta juga yang menyatukan banyak tragedi hingga hilang...