Suasana sudah menjelang siang. Kegiatan pertama hari ini adalah mengumpulkan kayu bakar untuk api unggun nanti malam. Pak Paijo sebagai Pembina acara kemah sibuk menceramahi Mahasiswa baru jurusan teknik mesin yang mendapat jadwal kemah hari ini. Semua berkumpul di tengah lapangan memperhatikan arahan dari pak Paijo. Berbaris rapi seperti ini bukan hal yang mudah. Panitia harus mati-matian mengatur mereka. Lima belas menit telah berlalu. Pak Paijo membubarkan barisan dan menyuruh mereka untuk melakukan setiap tugas yang diberikan panitia.
"Eh gue gak mau nyari-nyari kayu gak jelas itu ya! Bikin tangan gue kotor aja."
"Tere! Lo cari kayu bakar sono!" perintah Alice berkacak pinggang.
Tere yang tadinya berbincang-bincang dengan Anaya menoleh dengan dahi mengernyit.
"Bukannya itu tugas lo?"
Mendapat bantahan dari Tere Alice langsung berapi-api.
"Heh! Gak usah banyak bacot ya lo! Kerjain aja yang gue perintahin!" perintah Alice menjelingkan mata.
Tere masih diam tidak berkomentar. Alice adalah teman sekelas Tere yang suka bertindak seenak jidat. Terkadang merasa kesal namun apa daya Tere tidak mau bermasalah dengan siapapun. Diam dan menurut adalah pilihan terbaik.
"Atau gue suruh lo tidur di luar!" ancam Alice membuat Tere terkesiap.
Ah, inilah yang ditakutkan. Kenapa juga Tere harus satu tenda dengan Alice. Sudah tau jika Alice tidak menyukai Tere.
"Iya deh gue yang cari. Tapi lo yang ganti masak makanan ya."
"Idih! Ogah banget!"
"Biar gue Re!" potong Anaya tiba-tiba datang.
Alice menjentikkan jari.
"Nah cocok tuh persahabatan kacung!"
Sontak saja ucapan Alice membangunkan hormon singa dalam diri Anaya. Anaya memang pendiam namun saat ada orang lain yang melewati batas Anaya bisa berubah menjadi menyeramkan.
"Jaga mulut lo!"
"Apa lo? Berani lo sama gue?" tantang Alice.
"Lo pikir gue takut?"
"Bisa diem gak?" suara dingin Clara datang begitu saja. Gadis itu melipat tangan di bawah dada dan menyaksikan perdebatan yang semakin membuatnya pusing.
Sebelum suasana semakin kacau Tere menarik tangan Anaya. Wajah Tere seakan mengatakan.
"Udah deh gausah diladenin."
Napas Anaya memburu, ia melempar sesuatu pada Alica. "Makan nih!"
"Apaan nih! Jijik geli!"
Seekor ulat bulu bergerak lembut di bahu Alice. Cewek itu berjingkrak-jingkrak kalang kabut. Pasalnya ulat semakin bergerak cepat. Sedangkan Anaya tersenyum puas. Memang orang seperti Alice harus diberi pelajaran sekali-kali.
"Clara bantuin gue dong!" teriak Alice memohon.
"Gak mau! Jijik ah geli!"
Alice hanya mampu berdecak kesal. Melawan Clara adalah hal mustahil pula.
"Emely! Bantuin gue!"
Kini ganti Emely yang dipanggil. Cewek bersyal merah jambu itu menggeleng kuat.
"Ih gue gak mau ah! Geli Lic!" jawab Emely bergidik ngeri.
Tidak ingin berlama-lama melihat drama ini Anaya menarik tangan Tere menjauh sebelum Tere membantu Alice. Terkadang Anaya jenggah melihat sikap Tere yang terlalu baik. Dia tetap saja ingin membantu walau Tere diinjak-injak.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY TUNE
Teen Fiction"Kenalin nama aku Tere Felecia Agnibrata. Umur 16 tahun. Tinggi 159, 4 cm. Berat 49 kg. IPA 5." Gana mengernyit, dibuat semakin tidak mengerti sebenarnya siapa cewek yang ada dihadapannya yang mengoceh seenak jidat. "Aku suka makan cokelat sama jus...