"Berjuang itu tanpa menyerah. Jika kamu berjuang lalu menyerah itu artinya bukan berjuang."
Terik matahari menyangat bagai kobaran panas api. Penghalang dedaun sudah tak lagi berpengaruh. Perlahan lapangan ini mulai berubah menjadi loyang panas, siap menggoreng siapapun yang ada di atasnya. Mungkin semua orang akan enggan dan segera menepi. Mencari tempat berteduh. Namun kenyataannya semua itu berpengaruh bagi dia. Perempuan yang mamakai seragam rapi dengan rambut dikuncir kuda. Ini memang bukan jam sekolah lagi. Pasanya bel pulang sudah berdering sejak satu jam yang lalu."Re besok lagi aja," teriak Anaya di pinggir lapangan.
Tere mengeleng ia masih berusaha memasukan satu bola basket ke ring. Sejak satu jam ia sama sekali belum memasukan bola.
"Lo pulang duluan aja Na. Gue bentar lagi," jawab Tere tanpa menoleh.
"Gue gak mau ninggalin lo sendiri," jawab Anaya mendekat.
Ah, Anaya memang sahabat yang begitu baik. Dia masih mau menemani Tere walau sudah satu jam. Jika orang lain pasti sudah malas dan meninggalkan Tere diam-diam. Tere menyeka keringat di dahi. Napasnya tidak beraturan. Tere mau menuntaskan tantangan basket. Ia tidak mau basket selalu menjadi hantu setiap pelajaran olahraga. Sekali Tere maju ia akan mantang untuk mundur.
"Na lo pulang aja gak papa. Tadi gue udah kabarin ayah suruh jemput jam empat," ucap Tere padahal berbohong. Ia tidak mau Anaya menemaninya hingga sore.
"Serius? Lo gak bohong kan?" tanya Anaya seolah tidak percaya.
Tere menggeleng.
"Iya dong Na ngapain jug ague bohong. Kalau gue bohong hidung gue jadi panjang. Udah deh lo pulang duluan aja. Lima belas menit lagi ayah gue jemput kok," jelas Tere mencoba mengulas senyum walau dia sendiri tidak tau apakah dia akan mendapat angkutan atau tidak. Kalau menghubungi Adam sepertinya tidak perlu, Tere merasa bisa mengatasi masalah ini.
"Lo hati-hati ya Re. Inget lima belas menit aja!" tegasnya.
Tere mengacungkan jempol. Ia membiarkan Anaya berlalu. Suasana sekolah sudah sangat sepi. Hanya mereka yang ada kegiatan organisasi. Tere kembali menantang diri sendiri untuk memasukan bola. Ia hanya berharap ada satu bola yang masuk. Satu saja setelah itu ia bisa pulang dengan lega.
"Wao ada adek kelas nih. Lumayan," sorak Jordan dengan tatapan melirik Tere.
"Boleh juga buat cadangan. Ya gak?" tambah Dito tertawa.
Tere mulai risih dengan ucapan-ucapan anggota basket. Tere mencoba tidak peduli. Ia berusaha semakin keras memasukkan satu bola ke ring setelah itu pulang.
"Cantik dan manis," ucap cowok dengan seragam basket SMA Cakrawala yang kini sedang menahan bola di tangan Tere.
"Kak kembaliin bolanya," jawab Tere dengan wajah kesal melihat cowok bernama punggung Dito itu malah menyembunyikan bola di belakang tubuhnya.
"Mau? Ambil aja kalau bisa," tantang Dito tersenyum.
Tere mencoba mengambil bola dari sodoran Dito namun seketika bola itu dilempar pada Jordan. Saat Tere menghampiri Jordan bola malah dilempar pada Angga. Bola terus diputar saat Tere menhampiri. Napas cewek itu mulai tersenggal-senggal. Kakinya sudah terasa begitu pegal.
"Kak siniin bolanya! Aku bilangin ke guru loh nanti," jawab Tere bernada mengancam.
"Dih ngadu kayak anak SD nih adek manis."
"Makanya ambil dong adek kelas ku yang manis kayak gulali," terus Dito yang sedang membawa bola.
Mau tidak mau Tere harus mengambil bola itu. Ia tidak mau menjilat ludahnya sendiri karena tidak memenuhi janji. Beberapa anggota basket mulai datang memenuhi lapangan. Tere baru ingat hari ini adalah jadwal latihan basket tim Jaguar.
"WOI BERHENTI!"
Baru saja suara teriakan menggelegar tanpa permisi. Mengisi seluruh hening lapangan yang mulai gaduh. Di sudut lapangan sosok cowok berdiri dengan seragam basket. Matanya menyorot tajam. Melihat siapa yang datang baik Dito, Jordan dan Angga mundur. Mereka tidak mau berurusan dengan ketua basket itu. Gana berjalan mendekati Tere. Wajahnya menunjukkan rasa tidak suka. Seisi sekolah sudah tau jika saat tim basket Jaguar latihan saat itu juga lapangan harus dikosongkan. Tidak ada yang boleh mengisi, petugas upacara sekalipun.
"Ngapain lo di sini?" tanya Gana ketus.
"Latihan basket kak," jawab Tere lesu, kali ini tanpa senyum yang biasa menyertai.
Alis Gana naik sebelah.
"Lo gak tau hari ini jadwal tim basket Jaguar latihan?"
Tere mengangguk jujur.
"Tapi gak bisa apa kakak sisain lapangannya seperempat aja aku cuma mau masukin satu bola. Itu aja," ucapnya mengerucutkan bibir.
SDM :)
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY TUNE
Teen Fiction"Kenalin nama aku Tere Felecia Agnibrata. Umur 16 tahun. Tinggi 159, 4 cm. Berat 49 kg. IPA 5." Gana mengernyit, dibuat semakin tidak mengerti sebenarnya siapa cewek yang ada dihadapannya yang mengoceh seenak jidat. "Aku suka makan cokelat sama jus...