"Jangan belagak kuat kalo lo gak bisa. Inget lo itu manusia."
Seketika bunga di tas Tere berpindah tangan pada sosok yang tiba-tiba datang. Di hadapan Tere sudah berdiri Clara, Alica, Patricia, Emely, Adora dan masih banyak lagi. Tidak ada yang memasang wajah bersahabat. Rata-rata wajah mereka seolah ingin menerkam Tere hidup-hidup."SEMUA KELUAR!" komando Clara menggebrak meja membuat murid X IPA 5 memilih menurut. Kini kelas benar-benar hening kecuali mereka yang masih ada di hadapan Tere.
"Ada apa kak? Mau ngajakin demo ya? Di mana? Aksi apa kak?" tanya Tere polos seraya berdiri dari kursi.
Bukan menjawab atau apapun Clara malah menarik lengan Tere lantas mendorong ke pojok kelas. Tere hanya mampu meringis menahan sakit saat punggung menghantam kasar tembok. Terlihat Clara menjatuhkan bunga itu kemudian menginjak hingga tak lagi berbentuk. Clara maju selangkah tangannya menarik kerah seragam Tere membuat jarak mereka terkikis.
"Sok cantik! Lo itu sama sampah busuk juga masih cantikan sampah. Ngaca gak sih lo?" teriak Clara tepat di depan wajah Tere.
"Lo dateng ke dukun mana sampek Gana macarin lo?" tanya Clara memiringkan kepala.
"Aku gak pergi ke dukun kok kak."
"Oh! Sok cantik udah ngerasa kayak putri hah? Terus lo bilang Gana cinta sama wajah burik lo itu?"
Kini Alica menjambak rambut Tere hingga kuncirannya jatuh menyentuh ubin. Sungguh mata Tere sekarang berubah memerah. Kata-kata Alica begitu menyakitkan. Apa Tere seburuk yang mereka katakan. Apa Tere tidak pantas merasa bahagia. Apa Tere yang lakukan selalu salah di mata mereka.
Tere memberanikan menatap mata Clara.
"Mungkin kak Gana gak mandang wajah tapi hati."
Sontak saja tangan Clara mengepal kuat. Ia menekan pipi Tere dengan satu tangan. Menekannya hingga Tere meringis kesakitan.
"Maksud lo apa? Lo mau bilang kalo hati gue jelek gitu hah?"
"Bu-bukan gitu kak."
Inti dari ketadangan Clara harus segera ia lakukan sebelum Gana sampai. Jantung Tere berdetak kencang saat Clara semakin mendekat. Otak Tere sudah tidak tau perlakuan Clara apa lagi setelah ini.
"Putusin Gana!"
Tere langsung menggeleng kuat. Mata yang tadi menunjukkan ketakutan seketika berubah.
"Gak!" tegas Tere mendorong tangan Clara dari mulutnya.
"PUTUSIN!"
Seketika napas Tere seolah tersenggah saat minuman merah di tangan Emely berpindah mengguyur wajahnya. Cairan manis berwarna merah yang diketahui adalah jus stroberi itu pun membasahi seragam Tere.
"Putusin Gana sekarang!" ancam lagi Clara menghantam tubuh Tere ke tembok.
Sakit. Hanya satu kata itu saja pendeskripsi kejadian ini pada Tere. Sudah diguyuh dihantam juga.
"Gak kak," tolaknya lebih keras.
"Ngelawan lo? Gue tegasin sekali lagi, putusin Gana!"
"Enggak kak. Aku gak akan mutusin kak Gana!"
Tangan Clara mengepal seketika. Suara gembrakan meja membuat siapapun akan memejamkan mata takut.
"Bangsat!"
Suasana semakin kacau. Alica, Emely, Adora dan Patricia yang tadinya diam kini bergerak. Emely dan Adora memegangi kedua tangan Tere, Patricia dan Alica mengacak-acak rambut Tere sedangkan Clara tengah sibuk mencoreti muka Tere dengan lipstik. Tere pun yang kalah kuat dari mereka hanya mampu menahan isak saat lipstik merah mewarnai wajah. Mereka jahat, mereka kejam, mereka tak berperasaan namun mereka tetap sahabat dalam benak Tere. Senyum Clara mengulas puas setelah usai melaksanakan murka.
"Putusin Gana!" bisik Clara dengan tatapan tajam dan tangan masih menjambak rambut Tere.
Tere mendongak menatap balik mata Clara. Jika ia harus memutuskan Gana untuk orang yang lebih baik darinya pasti akan Tere lakukan detik itu juga namun jika untuk orang seperti yang ada di hadapan Tere layaknya ia harus berpikir berkali-kali lipat.
"Aku gak akan putusin kak Gana hanya untuk orang yang gak berperasaan kayak kak Clara," Tere memberanikan mengatakan hal itu dengan keberanian yang tingga sebiji selasih.
Ucapan Tere membungkam mereka. Ucapan Tere membuat tatapan tak percaya. Ucapan Tere pun berhasil menaikkan kembali tingkat emosi Clara. Mata Clara semakin berapi-api. Tanganya kembali mendorong Tere kembali menghantam tembok.
"Berhenti!"
Suara seseorang menggelegar memenuhi ruang kelas X IPA 5. Suara khas pemimpin paskibra, tegas, berwibawa, lantang. Mereka menoleh pada sumber suara yang baru saja mendorong pintu paksa meski sudah ada anggota geng Clara di sana. Terlihat sosok cewek berambut sepinggang, bermata indah, berkulit putih tengah menatap dengan mata berapi-api. Ia melangkah maju membungkam siapa saja. Siapa yang tidak tau dia. Dia siswi paling ditakuti dan dikagumi di SMA Cakrawala. Ketua basket putri sekaligus ketua paskibra setahun lalu. Clara pun enggan memiliki masalah dengan cewek itu atau dia sepulang sekolah ia akan dihajar di halaman sekolah.
Genggaman tangan Clara pada rambut Tere seketika merenggang. Ia mundur menatap dia telah kembali. Dia yang akan membungkan sikap Clara sudah kembali.
"Sa-Salsa?"
Haloo :)
Salsa? Dia kembali?
Lalu Tere gimana?
TBC gais...
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY TUNE
Teen Fiction"Kenalin nama aku Tere Felecia Agnibrata. Umur 16 tahun. Tinggi 159, 4 cm. Berat 49 kg. IPA 5." Gana mengernyit, dibuat semakin tidak mengerti sebenarnya siapa cewek yang ada dihadapannya yang mengoceh seenak jidat. "Aku suka makan cokelat sama jus...