BAB 39

3K 302 99
                                    

"Belum puas ya nyakitinnya? Gak takut karma ya?

"Kemarin kakak ke Surabaya?"

Itulah kalimat pertama yang Tere ucapkan semenjak turun dari motor Gana. Semalaman ia hanya diam termenung memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan. Tere remuk, Tere jatuh, Tere dihianati.

"Iya," jawab singkat Gana tidak menoleh dari layar ponsel.

"Pulang jam berapa?"

Dahi Gana mengernyit merasa ada hal janggal dalam diri Tere. Gana merasa Tere diam sejak kemarin malam. Pesan Gana pun tidak Tere balas meski Tere beralasan ketiduran itu tidak cukup membuat Gana percaya.

"Kenapa emang?"

"Cuma tanya."

Gana mengangguk.

"Pulang malem."

Deg!

Sesak sesesak-sesaknya. Hancur sehancur-hancurnya. Jatuh sejatuh-jatuhnya. Gana telah berbohong. Kebohongan adalah awal dari hancurnya sebuah hubungan. Kaki Tere mendadak berhenti melihat Gana yang fokus melangkah maju dengan mata sibuk menatap layar ponsel. Bahkan Gana tidak menyadari ketidakhadiran Tere. Tangan Tere bergerak cepat menyeka air mata ketika Gana menoleh belakang.

"Ngapain lo berhenti? Kebelet kencing?"

Tere masih memantung membuat Gana berjalan mendekati posisi siswi bernotaben kekasihnya itu. Gana menaikkan dagu memberi tanda bingung mengapa Tere menatap Gana seperti itu. Tanpa senyum dan ekspresi apapun.

"Kakak masih suka sama kak Salsa?"

Ting!

Suara ponsel Gana berbunyi menandakan ada pesan masuk.

"Pak Tomi nyuruh gue ke kantor. Gue tinggal gak papa?"

Diam. Ucapan Tere tidak diindahkan sama sekali.

"Nanti istirahat gue ke kelas lo. Jemput lo buat semangatin gue di lapangan" pamit Gana membelai pelan puncak rambut Tere.

Dia semakin menjauh dari posisi Tere dia pun sudah semakin jauh dari hati Tere. Andai Gana mengatakan yang sebenarnya mungkin sakitnya tidak seperti ini. Mungkin setelah ini Tere harus mencoba menerima takdir jika dia memang bukan untuk dirinya. Tere harus mulai belajar tersenyum dari jauh melihat Gana tersenyum dengan yang lain.

Kali ini Tere benar-benar tidak bisa menyembunyikan wajah malasnya. Dia tidak berkata sekapun atau bahkan tersenyum. Kali ini Anaya pun tidak mau memperkeruh suasana. Ia membiarkan Tere merenung. Tere butuh waktu berbicara dengan dirinya sendiri.

"Temen lo kenapa?"

Suara seseorang muncul di samping Anaya. Mata Anaya membelalak saat Agra sudah ada di sampingnya dengan sebatang cokelat. Tidak ingin membuat Tere semakin pusing buru-buru Anaya menarik Agra keluar kelas.

"Sahabat lo itu bangsat!"

Alis Agra menaut.

"Maksud lo apa dah Anaya sayang?" tanya Agra dengan nada tidak mengerti.

"Dia udah hianati sahabat gue!"

"Hianati apa?"

Belum sempat menjawab ponsel Agra berbunyi menandakan ada pesan masuk. Cowok itu memberi isyarat agar Anaya diam.

"Gana nunggu gue buat bikin kejutan. Kita bahas nanti aja ya Anaya sayang."

Sontak saja emosi Anaya naik ke ubun-ubun. Ia menonjok perut Agra dengan bogeman mentah.

"Lo itu sama sahabat lo sama-sama brengsek!"

Hari ini pak Aji tidak masuk dikarenakan sakit. Kelas berubah bak pasar. Ada yang membuat konser dadakan, menonton drama korea, makan, tidur dan dan sebagian besar mereka langsung menuju lapangan karena hari ini adalah turnamen basket. Meski Tere membeci hatinya tak dapat sejalan. Ia sangat terdorong ke lapangan namun egonya menolak. Bergeming cukup lama hingga Tere memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Anaya yang melihat hal ini hanya memperhatikan. Anaya sadar ini bukan waktu dirinya untuk bertindak sebagai sahabat.

Kaki Tere malas melangkah tetapi dia lebih malas di kelas. Setidaknya saat di perpustakaan ia bisa membaca buku dalam keheningan. Belum sempat sampai tujuan kaki Tere mendadak kelu. Ia kembali mendengar suara Gana. Tere mundur beberapa langkah, ia membalikkan diri menghadap ruang olahraga yang terbuka. Iya, di sana benar ada Gana. Dada Tere mendadak sesak. Air mata bekas semalam kembali mengurai tanpa permisi.

"Gana sampek kapan lo bohongin diri lo sendiri?"

Salsa mengalungkan tangannya di leher Gana. Tatapan mereka saling beradu. Bahkan jarak mereka hanya terpaut satu jengkal.








Gimana? Ada komentar?

Gana :")

#dirumahaja

Tertanda,

Dian Yustyaningsih.

STAY TUNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang