14. Tanggung Jawab

1.6K 226 17
                                    

Like time has stopped, so sweet
Sometimes, I worry that you’ll leave me

I won’t be able to know everything from the start

- Chung Ha

Farizal Seungmin Baskara,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Farizal Seungmin Baskara,

Pemuda yang selalu berpakaian rapi dengan kaca mata bundar ala ala Korean style itu saat ini sedang gagah memimpin jalannya rapat OSIS untuk pembukaan calon anggota OSIS baru SMA Kedamaian.

Di ruang osis ini lengkap para anggota osis dari kelas 12 dan 11 termasuk Seungmin, Bomin dan Heejin.

Sudah lebih dari tiga jam Seungmin asyik berdebat dengan para anggota osis yang lain menghiraukan panggilan dari pembina osis untuk menyudahi rapat di hari Sabtu itu.

Hingga seorang Maurinkan Heejin Ferdinand berani menginterupsi kegiatan itu hanya karena ponselnya berdering nyaring lupa mematikan fitur suara.

"M-maaf, boleh izin keluar sebentar?" Tanya gadis itu karena ternyata yang meneleponnya adalah sang Mama, takut takut jika ada keperluan penting.

"Silahkan. Kita istirahat sebentar." Jawab Seungmin menegakkan tubuhnya pada sandaran kursi yang ia duduki.

Heejin langsung keluar dari ruangan itu untuk mengangkat panggilan yang tidak kunjung berhenti. Sedangkan para anggota yang lain memilih untuk mengobrol, bercanda gurau, namun ada juga yang memilih hanya berdiam diri.

"Permisi, baskara ini rapatnya selesai jam berapa?" Tanya Heejin cepat selesai dari kegiatannya, mata gadis itu tampak berkaca-kaca dan tubuhnya bergetar. "A-aku boleh pp-pulang sekarang?"

Sontak Seungmin dan para anggota osis yang lain memusatkan perhatiannya kepada Heejin.

"Kenapa jin?" Tanya Seungmin menyadari kegelisahan pada diri Heejin.

Namun air mata gadis itu malah menetes, membuat kepanikan dari sebagian anggota osis termasuk Farizal Seungmin yang kini sudah membawa gadis itu kedalam dekapannya.

"Sshhttt udah udah shhtt." Ucap Seungmin menenangkan gadis itu yang diam menangis didadanya. "Rapatnya kita akhiri sampai disini dulu, yang lain boleh pulang."

Para anggota osis beberapa ada yang langsung keluar untuk pulang, ada juga yang penasaran menunggu apa yang terjadi kepada Heejin.

"Aduh heejin kenapa? Ada apa, ishh cup cup udah jin jangan nangis." Ucap Bella Nakyung ikut menenangkan Heejin yang masih berada di pelukan Seungmin.

"Zal jangan ambil kesempatan dalam kesempitan dong." Ejek Evan Bomin yang kemudian mendapat geplakan dari seorang Nabilla Hinandya.

Setelah menenangkan diri, akhirnya Heejin mau untuk membuka mulutnya. "Nenek aku masuk rumah sakit hikss kata mama nenek cuma mau lihat aku hiks hiks." Air mata Heejin kembali mengalir. "Aku takut."

"Ssshhttt udah udah tenang dulu." Seungmin mengelus kepala Heejin dengan lembut.

"Yaudah jin yuk ke rumah sakit dulu kita anter." Ajak Nabilla Hinandya yang langsung mendapat anggukan dari anak osis yang masih tersisa disana.

Heejin mengangkat ujung bibirnya, sedikit merasa lebih baik. "Maksih."

Kemudian mereka langsung berbonceng boncengan menggunakan motor untuk bergegas menuju ke rumah sakit yang diberitahukan oleh orang tua dari Heejin.

Dari sekolah ada Nakyung yang berboncengan dengan Hina, Heejin dibonceng oleh Seungmin, dan Bomin yang mengikuti dengan naik motor sendirian.

Awalnya Nakyung menawarkan diri untuk memboncengkan Heejin, namun di tolak oleh Seungmin dengan alasan "Biar Heejin sampe di rumah sakit dulu, kalo bonceng kamu takutnya kelamaan." Begitu katanya sedikit menyinggung gaya menyetir Nakyung yang memang pelan saking berhati-hatinya.

.

.

.

"Nenek." 

Di dalam kamar rumah sakit kelas 1 sudah berkumpul keluarga Ferdinand dengan suasana sendu menyelimuti ruangan ini.

Heejin langsung masuk kedalam kamar itu untuk menemui neneknya, sedangkan Seungmin sendirian menunggu dari luar kamar.

Dimana yang lainnya? Mereka belum sampai, seperti dugaan Seungmin.

"Nak baskara ya?"

Seungmin menoleh mendengar namanya disebut, refleks ia menegakkan tubuhnya dan menjabat tangan seorang bapak bapak yang telah memanggilnya itu.

"Assalamualaikum, iya om saya baskara." Sopannya terhadap bapak itu.

Seungmin merasa asing dan canggung tetapi ia tetap bersikap tenang. Ia tidak tahu siapa bapak bapak ini, namun ia dapat menangkap bahwa beliau adalah Pak Ferdi, ayah dari Heejin.

"Saya papanya rinka, makasih ya nak udah nganter rinka tepat waktu." Ucap bapak bapak itu sesuai dengan dugaan Seungmin.

"Maaf ya om ngerepotin, pasti itu baju kamu basah karena rinka nangis kejer." Pak Ferdi terkekeh mengingat kelakuan anaknya jika menangis selalu merepotkan orang lain.

Seungmin tersenyum kikuk, bingung merespon bagaimana.

"Rinka paling manja ke neneknya, dari kecil sering sama neneknya karena om sama mamanya rinka sibuk kerja."

Satu yang Seungmin dapat, ternyata Ia dan Heejin sama sama memiliki orangtua yang sibuk akan pekerjaannya.

"Tolong om titip rinka ke kamu ya nak."

"Hehe sudah tugas saya om."

Pak Ferdi menepuk pundak Seungmin dan berucap "Makasih nak, saya masuk dulu."

Seungmin hanya mengangguk canggung kemudian duduk pada bangku tunggu yang tersedia disana.

Pemuda itu berfikir sejenak, siapa dirinya hingga berani mengaku bahwa menjaga Heejin adalah tugasnya? Namun ia tetap akan mempertanggung jawabkan perkataannya, bagaimanapun nantinya.

Tidak lama kemudian terdengar keributan dari dalam kamar, beberapa suster dan salah satu dokter berlarian untuk masuk ke kamar itu. Seluruh keluarga keluar dari kamar itu membuat Seungmin bangun dari duduknya.

Heejin keluar dengan mata sembab, gadis itu berjalan langsung kearah Seungmin dan menubrukkan dirinya kearah pemuda itu.

Seungmin kebingungan, dalam pikiriannya sudah terlintas beberapa kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Namun pemuda itu mengesampingkan pikirannya dan menerima Heejin dalam dekapanny yang ke dua kalinya.

Pemuda itu hanya diam, dengan tangan kiri yang mengelus punggung sang gadis dan tangan kanan yang mengusap pipi mulus Heejin yang basah.

Tidak perduli dengan keadaan sekitar dan tatapan dari keluarga Ferdinand Seungmin tetap berusaha menenangkan Heejin.

Hingga pintu kamar terbuka dan menampilkan seorang dokter dengan tatapan sendu yang membuat tangis keluarga itu pecah.

Sang Nenek telah dinyatakan meninggal dunia dengan damai.

.

.

.

.

.

Tbc~

Aduh maaf ini partnya harusnya sedih tapi aku ga bisa ngasi feelsnya 😔

°181018

[I] OVERREACT - 00'L ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang