Chapter 22 - Mencoba

1.3K 180 7
                                    

"-akan mencoba apapun agar bisa mengabulkan apa yang Sehun minta"

.

.

Nyonya Choi mendudukkan dirinya dengan lemas di sisi tempat tidurnya mendengar apa yang diucapkan Luhan. Anak sulungnya yang 2 hari ini pergi dari rumahnya tanpa pamit tiba-tiba kembali, bahkan meminta sesuatu yang jelas-jelas tidak bisa dia kabulkan. Air matanya menggenang di pelupuk matanya terngiang-ngiang apa yang baru saja Luhan ucapkan.

/Aku akan menikah dan memberi kalian seorang cucu, asal kalian mengabulkan apa yang kuminta/

"Eomma? Bagaimana?" tanya Luhan yang masih berdiri beberapa meter dari tempat ibunya duduk. Ingin memeluknya, memang. Tapi Luhan harus tega kali ini membiarkan ibunya melepas apa yang ada dalam hatinya.

/Aku mohon. Biarkan Sehun bisa melihat lagi, eomma. Apapun, lakukanlah/

"Kenapa kau membuat eommamu ini tersiksa seperti ini, Luhan-ah?" tanya Nyonya Choi menatap dalam manik mata anak sulungnya. Dia bingung apa yang ada dalam pikiran anak sulungnya kali ini.

"Eomma tidak tahu bagaimana tadi Sehun menangis ingin meminta penglihatannya kembali seperti 13 tahun yang lalu. Aku selalu terbayang-bayang bagaimana kecelakaan itu terjadi eomma. Bagaimana tubuh Sehun saat itu terkapar penuh darah di sekujur tubuhnya" Luhan menarik nafas panjang. "Bagaimana tubuh mungilnya terjepit di antara kendaraan yang saling bertabrakan" kini Luhan juga tidak bisa menahan tangisnya. Air matanya menetes lagi dan lagi jika mengingat bagaimana kecelakaan itu terjadi. "Bagaimana keadaan kepalanya yang mengenaskan saat mobil-mobil itu melempar tubuh kecilnya"

"Cukup Luhan! Cukup!" bentak Nyonya Choi sampai berdiri dari duduknya. "Kau kira kami tidak pernah benar-benar melakukan apapun untuk penglihatan Sehun, hah?! Kami lakukan apapun untuk adikmu. Apapun. Bahkan sudah berapa kali eomma ini bilang jika dokter-dokter itu sudah bilang jika penglihatan adikmu itu tidak akan bisa kembali. Berapa ratus kali eomma bilang, hm? Kau kira eomma bisa menerima semua itu dengan tangan terbuka, berlapang dada begitu saja? Apa kau lupa jika setiap bulannya kami membawa Sehun itu untuk cek kesehatan ke Jepang jika saja mungkin mata Sehun bisa kembali melihat?" Nyonya Choi terlihat tidak terima dengan apa yang diucapkan Luhan kali ini.

Mana ada orang tua yang membiarkan anaknya hidup menderita? Tidak ada! Dan begitupun yang akan Tuan dan Nyonya Choi lakukan saat mendengar kabar jika anak bungsu mereka dinyatakan tidak bisa melihat, seumur hidup.

Kepala Nyonya Choi menggeleng menolak apa yang dikatakan Luhan. Apa Luhan tidak mengerti apa yang benar-benar terjadi? Apa Luhan tidak tahu jika selama ini dia tersiksa melihat Sehun seperti itu? Langkahnya mendekat ke Luhan berusaha memberitahukan Luhan apa yang ada dipikirannya.

"Jika begitu, bunuh Sehun, eomma!"

PLAK

Sebuah tamparan dari Nyonya Choi mengenai pipi Luhan. Tidak terlalu keras memang, tapi karena Nyonya Choi terbawa amarah, pipi Luhan merasakan bagaimana tamparan dari tangan ibunya yang sedang marah kali ini. Ini pertama kali dalam 27 tahun Luhan ditampar ibunya. Sungguh sakit.

"Jangan pernah berbicara denganku lagi. Aku tidak mau mendengar suaramu lagi" ucap Nyonya Choi penuh penekanan. Luhan menghapus air matanya dan pergi dengan tangan yang mengepal erat meninggalkan ibunya. Nyonya Choi menunduk menatap tangannya yang baru saja digunakan untuk menampar Luhan. "Hiks, apa yang baru saja aku lakukan? Aku seharusnya tidak melakukan ini" gumam Nyonya Choi dengan terisak semakin keras. "Luhan-ah?"

Kepala Nyonya Choi mendongak menatap arah kepergian Luhan tadi. Tubuhnya luruh ke lantai menyesali apa yang baru saja dia lakukan. Tidak seharusnya dia menampar Luhan. Tidak. Di sini Luhan hanya ingin meminta apa yang selama ini diinginkan saudaranya. Dia tidak salah. Dia berbicara seperti itu sebagai kakak yang ingin mengabulkan permintaan adiknya. Tidak lebih.

[COMPLETE] WATCH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang