Chapter 26 - Kita

1.1K 165 6
                                    

 "Jika tinggal kita berdua seperti ini, jantungku berdetak sangat keras"

.

.

Kris mengelus punggung Luhan agar kakaknya itu menghentikan tangisnya. Tapi bukannya menghentikan tangisnya, Luhan justru semakin terisak karena ucapan Kris yang menurutnya semakin menjerumuskannya ke lubang kepahitan. Sama halnya dengan Kai yang tidak bisa memberikan penyemangat untuknya.

"Oh, ayolah hyung. Jika hyung begini terus, Sehun akan semakin sedih. Kau sudah berjanji padanya tidak akan menangis. Tapi ternyata kau sering menangis. Kau sangat cengeng" Kris mulai kesal.

Luhan menarik nafasnya panjang lalu menghapus kasar air matanya. Pandangan tajamnya jatuh ke wajah Kris.

"Apa kau kira aku hanya memikirkan tentang kebutaan Sehun, hah?! Tidak hanya itu, apa kau tidak tahu adik bungsumu itu sedang diawasi oleh orang jahat selama ini?" teriak Luhan tepat di wajah Kris.

"Arraseo"

"Apa? Jika kau kau mengerti, kenapa kau bisa setenang ini?!"

"Aku tahu siapa yang melakukannya"

"Siapa?!" tanya Luhan tidak sabaran. Tangannya mencengkeram lengan Kris meminta Kris memberitahunya sekarang. Dia ingin mencari dan memenjarakan penjahat itu.

"Kau tidak perlu tahu, hyung" Kris melepaskan cengkeram tangan Luhan dari lengannya. Dia berdiri dan menatap pintu kamar Luhan. Luhan menundukkan kepalanya berusaha mengumpulkan amarahnya agar bisa dengan keras membentak Kris setelah ini "Kudengar, kau dan eomma sedang tidak dalam komunikasi yang baik hari ini. Sebaiknya kalian membicarakan ini berdua dan selesaikan semuanya dulu" pandangan Kris masih mengarah pada pintu kamar Luhan.

"Ya" amarah Luhan tiba-tiba hilang mengingat masalahnya dengan ibunya. "Aku memang salah"

"Masalah apa?"

"Aku yang salah. Aku yakin kau juga akan marah denganku jika kau mendengar apa yang kuucapkan kemarin" jawab Luhan dengan menutup matanya erat.

Kris melangkah ke arah pintu membuat Luhan mendongakkan kepalanya. Mata Luhan melebar melihat ibunya yang kini berdiri di ambang pintu dengan menatapnya dalam.

"Eomma, aku mohon selesaikan ini. Apa eomma tidak tahu bagaimana reaksi Sehun jika mengetahui kalian seperti ini?" tanya Kris menatap ibunya.

"Tinggalkan kami berdua" minta Nyonya Choi dengan menggenggam tangan Kris. Kris tersenyum kemudian melangkah pergi berniat menemui Sehun. Nyonya Choi beralih menatap Luhan yang memalingkan wajah darinya. Senyuman tipis terlihat di wajah cantiknya mengakui kesalahannya tadi pagi. "Sampai kapan kau akan mendiamkan eommamu ini, Luhan-ah?" tanya Nyonya Choi berjalan mendekat ke Luhan.

Luhan hanya menggelengkan kepalanya. Tidak ada suara sama sekali yang keluar dari bibir tipisnya, sehingga senyum miris kini terlihat di wajah ibunya.

"Apa kau tidak tahu bagaimana amarahnya orang yang sedang marah? Mereka akan berbicara sesuatu yang tidak ingin mereka ucapkan. Mereka akan melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan" tangan Nyonya Choi menangkup pipi anak sulungnya dengan sayang. Wajah Luhan sedikit dia dongakkan agar Luhan menatap manik matanya. "Apa yang eommamu ini ucapkan waktu itu, dan apa yang eomma lakukan padamu waktu itu, hanyalah amarah sesaat Luhan. Maafkan eomma"

Luhan menggelengkan kepalanya. Tangannya berganti menangkup pipi ibunya ingin memberitahu ibunya jika ibunya tidak perlu meminta maaf.

"Eomma ingin kau bicara lagi" pinta Nyonya Choi dengan meneteskan air matanya. "Jika kau tidak mau berbicara dengan eommamu ini, bagaimana eommamu meminta pendapatmu dalam semua hal. Hanya dirimu yang bisa memberikan saran atau apapun. Adik-adikmu tidak bisa sepertimu Luhan. Bahkan Kris juga tidak bisa menjadi dirimu. Dan ketahuilah, sampai saat ini, appamu masih mencari seorang dokter yang bisa menyembuhkan Sehun. Jadi jangan pernah berpikir kami sudah menyerah dengan semua ini"

[COMPLETE] WATCH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang