Chapter 30 - Licik

1.2K 165 8
                                    

 "Sepandai-pandainya orang licik, pasti dia akan berpikir dulu apa yang akan dia lakukan untuk membuat orang yang tidak dia sukai kalah telak dihadapannya"

.

.

Baekhyun terus berjalan tanpa arah. Tangannya terus menghapus air matanya yang tidak berhenti keluar. Ini masih terlalu pagi untuknya pulang ke rumah. Dia juga tidak mendengar langkah kaki yang mengikutinya. Dia masih berharap Chanyeol mengejarnya dan memeluknya lagi. Tapi ini sudah terlalu jauh untuk Chanyeol mengejarnya. Chanyeol tidak akan mencarinya lagi. Chanyeol memang sudah tidak mencintainya.

Video tadi?

"Hiks" Baekhyun mengeluarkan isakannya yang semakin keras. "Aku yakin kau sangat menikmatinya, Chan"

Baekhyun menundukkan kepalanya. Menendang-nendang botol bekas yang ada di trotoar jalan dengan kesal. Dia membayangkan jika saja botol itu Chanyeol sehingga dengan begitu amarahnya dia lampiaskan pada botol yang tidak bersalah itu.

"Sakit sekali" gumam Baekhyun memegang dadanya. "Kenapa kau lakukan ini padaku, Park Chanyeol!" teriak Baekhyun membuat beberapa orang yang lewat terkejut. Kepala Baekhyun mendongak menahan air matanya yang semakin banyak keluar.

Memalukan sekali dia menangis di tempat umum seperti ini. Apalagi berteriak seperti orang gila seperti tadi. Aish, kenapa Baekhyun seakan kehilangan rasa malunya di saat seperti ini? Dia hanya putus dengan Chanyeol, tapi kenapa dia bertingkah layaknya orang gila seperti ini?

Dan langkahnya yang tadi pelan, kini semakin cepat dan bertambah semakin cepat. Baekhyun berlari. Mencari tempat yang pantas untuknya melepaskan kekesalannya pada mantan kekasih yang paling dicintainya. Tidak. Hanya dia mantan kekasih Baekhyun. Hanya Chanyeol yang berhasil mendapatkan hatinya untuk pertama kali. Selama ini yang mendapat status kekasih Baekhyun hanya Chanyeol. Tidak ada yang lain.

Baekhyun berhenti di sebuah bukit di belakang sekolah menengah pertama. Lumayan jauh dari keramaian kota. Inilah yang Baekhyun cari sejak tadi. Tenang. Hanya ditemani angin yang bertiup menerpa wajah dan juga tubuhnya.

Perlahan, Baekhyun mendudukkan dirinya di bawah pohon yang paling rindang dengan pandangan kosong menatap ke depan. Matanya menutup. Dia menarik nafas panjang berharap udara di sekitarnya masih mau memberinya belas kasihan dengan memberikan pasokan udara yang banyak untuk paru-parunya.

Ya.

Beginilah yang benar-benar dia inginkan untuk saat ini. Ketenangan yang mengitarinya. Tidak ada siapapun yang melihatnya. Membicarakannya. Memperhatikannya. Mencarinya. Bahkan mencintainya. Hanya alam yang bisu ini yang dia inginkan untuk mendengarkan keluh kesahnya sekarang.

"Menurut kalian? Siapakah yang harus disalahkan sekarang? Aku? Chanyeol? Sehun? Atau Tuhan?" tanya Baekhyun bersamaan dengan matanya yang membuka perlahan. "Aku? Kenapa aku?" Baekhyun menerawang jauh ke atas, melihat birunya langit pagi menjelang siang ini. "Apa karena aku mengenalkan Chanyeol pada Sehun? Itu bukan kesalahanku! Tentu saja aku akan melakukan itu. Aku ingin adikku mengenal kekasihku. Hanya itu. Jadi aku tidak salah di sini!"

Baekhyun seakan-akan berbicara dengan dirinya yang lain. Memberikan pertanyaan pada dirinya sendiri dan dirinya yang lainlah yang menjawabnya.

"Chanyeol?" Baekhyun memiringkan kepalanya. Tangannya menekan dada sebelah kirinya dengan keras. "Haruskah aku menyalahkannya dalam hal ini sedangkan Chanyeol tidak mungkin bisa meminta pada hatinya untuk tidak berbohong?"

Baekhyun tersenyum miris. Chanyeol tidak sepenuhnya salah dalam hal ini. Tapi perbuatannya yang salah.

"Sehun?" Baekhyun menjilat bibirnya yang kering karena terkena angin yang semakin bertiup kencang. "Dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak pantas untuk disalahkan dalam hal ini. Bagaimana dengan Tuhan? Haruskah Tuhan yang harus benar-benar disalahkan?"

[COMPLETE] WATCH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang