Chapter 34 - Pertanggungjawaban

1.3K 170 4
                                    

 "Aku tahu kau tidak bisa menjalankan tanggungjawabmu, Choi Luhan"

.

.

Nyonya Choi keluar dari mobil dengan tergesa membuat Tuan Choi yang saat itu masih memarkirkan mobilnya terkejut begitu melihat istrinya keluar tanpa menunggu mobilnya berhenti. Helaan nafas dan gelengan kepalanya tidak membuat sang istri yang kini lari memasuki gedung rumah sakit menoleh sedikitpun ke arah mobilnya. Setelah memarkirkan mobilnya, Tuan Choi segera menghubungi Luhan seperti yang disuruh istrinya tadi.

Badannya keluar dari mobil dan langkahnya mulai mengarah pada gedung rumah sakit. Dengan santai dan wajah ramahnya, Tuan Choi tersenyum kepada semua orang yang menatapnya. Kharisma seorang ayah yang membuat semua orang yang mengenalnya merasa nyaman jika saja semua ayah di dunia ini seperti Tuan Choi. Tampan, ramah, baik hati, perhatian dan kaya raya. Apa kata yang pantas untuk Tuan Choi selain sempurna? Ditambah lagi memiliki istri yang cantik dan anak-anak yang tampan sekaligus manis dan cantik. Lengkap sudah kesempurnaan hidup Tuan Choi.

Beberapa saat menunggu panggilannya diterima, tapi hanya suara sambungan teleponnya saja yang terdengar. Dahi Tuan Choi berkerut. Entah kenapa perasaannya tidak tenang kali ini. Jakunnya bergerak naik turun berharap Luhan menerima teleponnya kali ini. Tuan Choi mengulang panggilannya, berharap anak sulungnya itu baik-baik saja dan menerima teleponnya. Lagi. Panggilannya yang kedua tidak diterima.

Kini, jarinya tidak lagi menyentuh kontak Luhan di ponselnya, melainkan nama sekretaris Luhan.

[Presdir Choi? Ada yang bisa saya bantu?]

Suara lembut dan sopan terdengar dari seberang. Suara sekretaris Luhan tentu saja.

"Dimana Luhan?" tanya Tuan Choi langsung pada intinya.

[Direktur Lu sedang tidak ada di kantor. Beberapa jam yang lalu Direktur Lu keluar dan tidak memberitahukan akan kemana pada saya]

"Baiklah" pembicaraan singkat itu berakhir dengan pemutusan panggilan sepihak oleh Tuan Choi yang berusaha menepis semua pikiran buruknya tentang sesuatu yang terjadi pada anak sulungnya. Tidak menunggu lama, beberapa saat kemudian, Luhan pun kembali menghubunginya.

[Appa?]

Helaan nafas yang keluar dari mulutnya sedikit terdengar begitu suara lembut yang terdengar dari seberang memasuki telinganya. Dimana saja anaknya ini? Sejak tadi dia dihubungi, tapi baru saja menghubunginya balik setelah beberapa saat berlalu. Tidak tahukah Luhan bahwa ayahnya ini mengkhawatirkannya?

[Maafkan aku]

"Ya. Darimana saja kau tadi? Appa menghubungimu beberapa kali" lembut. Suara yang terdengar lembut ketika berada di luar tempat kerjanya merupakan ciri khas laki-laki paruh baya yang kini masih melangkah melewati koridor rumah sakit mencari dimana ruangan yang dimaksud Kris.

[Baekhyun menghilang]

Bukannya menjawab pertanyaan ayahnya, Luhan justru mengatakan jika Baekhyun saat ini menghilang, membuat Tuan Choi menautkan alisnya. Apa Tuan Choi salah mendengar apa yang diucapkan Luhan? Baekhyun menghilang?

Raut wajah ramah yang selalu terlihat di wajahnya tiba-tiba berubah. Tatapan dingin dan serius segera dia tunjukkan begitu kakinya menginjak lift. Tangannya yang tidak memegang ponsel mengepal erat begitu menyadari situasi sekarang.

[Ada kesalahan sebelum Baekhyun menghilang. Aku sebelumnya sudah menyuruh beberapa orang untuk menjaga Sehun dan Baekhyun. Tapi orang-orang yang menjaga Baekhyun diserang beberapa anggota polisi yang bertugas secara ilegal. Aku sudah menyebar beberapa orang untuk mencari Baekhyun. Juga beberapa polisi]

[COMPLETE] WATCH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang