#14 Lintang Di Bully?✔️

47 6 0
                                    

Aku melihat Abang sedang berjalan bersama Anan dan Pandu sambil merangkul satu sama lain. Kalau Abang dan Anan memang sudah akrab sejak Smp karena sama-sama mengikuti eskul futsal. Sedangkan dengan Pandu memang masih misteri.

Mereka berjalan menuju... menuju arah kami yang sedang asik menertawai Vina, cewek yang aku kerjain itu, yang aku tahu namanya dari Pelangi.

Bang Bintang menyerobot botol air mineral yang sedang aku mainin dan meminumnya tanpa duduk. "Duduk coba kalau minum tuh!" suruhku menekan bahu Abang hingga duduk di tempatku.

Aku duduk disebelah Manda, Manda duduk di sebelah kanan Abangku, diikuti Pandu yang duduk di sebelahku dan Anan di sebelah Pelangi, Pelangi duduk disebelah kiri Abangku. Oh iya kemana Azmi?Ternyata Azmi sedang sakit perut yang membuatnya tidak bisa menonton bareng kami. Dia hanya menonton di pinggir lapangan dekat toilet.

Aku baru membuka mulutku namun tidak jadi karena pertanyaan yang terlontar dari Abangku. "Kenapa tadi kalian ketawa?" tanyanya.

"Gue gak ketawa," jawab Anan meraih botol air mineral yang berada di sebelah kanan Pelangi yang otomatis Pelangi memundurkan badannya.

"Siapa?" tanyaku sok serius sambil menahan tawa.

Anan menghabiskan satu botol dalam sekali tengguk? Hebat banget tuh anak. "Gue," jawabnya singkat sambil meremas botol kosong itu.

"Yang nanya." Aku tertawa sendiri dengan candaanku dan mereka pun ikut tertawa tanpa Anan.

Anan menatapku tajam sambil mengangkat botol yang sudah tak berbentuk itu ke udara, siap-siap untuk melempar ke arahku. Aku berhitung dalam hati, satu, dua, dan saat hitungan ke tiga ternyata benar Anan melemparnya dan aku bersembunyi dibalik tubuh Abangku.

Tukk Beghh...

Bunyinya tidak seperti mendarat di lantai. Aku mengerutkan dahiku sambil berbalik melihat Pandu yang sudah siap dengan botol tadi untuk dilempar kembali. Namun sebelum Pandu berhasil melemparnya, "udahlah jangan kayak anak kecil," tumben Abangku dewasa.

Aku hanya tertawa kecil sambil mengusir mereka setelah aku mendengar bunyi peluit yang menandakan babak kedua dimulai.

Singkat cerita pertandingan usai dengan sangat sengit dan greget. Seberapa greget anda menonton bola? Boleh komen. Dan pertandingan dimenangkan oleh sekolah kami. Yeyeyeye hore hore!

~~~~

Rasanya aneh melihat Pandu mulai dekat dengan Abangku, mungkin bukan mulai tapi sebenarnya udah dari dulu. Aku harus cepat-cepat mencari tahu tentang semua ini. Jika perlu aku harus mengintrogasi Abangku yang paling ganteng itu.

Ngomong-ngomong tentang Abangku yang terkenal itu aku jadi kasian. Karena menjadi terkenal itu tidak semudah yang dibayangkan. Mendapatkan pujian dari para fans memang menyenangkan, tapi mendapatkan cibiran dari para netizen memang menyebalkan. Apalagi jika sudah terlalu dilebihkan, itulah yang dirasakan Abangku saat ini.

Lama sudah aku menunggu Abangku yang sedang mengganti pakaian. Padahal ruang ganti ataupun ruang futsal dekat dengan lapangan. Oh tidak! Itu Abangku di depan ruang ganti sedang dikerubungi oleh Vina and the geng.

Tidak apakan jika aku tertawa melihat raut wajah Abangku yang memelas, bete, tidak suka, berbagai ekspresi ia keluarkan demi bisa keluar dari kerumunan Vina dan teman-temannya itu.

Saat salah satu teman Vina yang menutupi hampir seluruh tubuh Abangku bergeser kekanan membuat aku dapat melihat Abangku dengan jelas. "Apa?! Dari tadi Abang belum ganti baju?" ucapku kesal sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.

Dengan otak yang berjalan lancar, aku menghampiri Abangku dengan memanyunkan sedikit bibirku.

"Bintang," sapaku lembut kepada Abangku. Huekk, aku sendiri yang berbicara, aku sendiri yang jijik. Tahulah aku begini karena apa. Karena su sayang Abangku, lope Bang Bintang yang tak secerah bintang kejora.

"Eh.. " ucap Abangku melihat ke arahku yang sedang menaik-turunkan alis. "Eh Naya, maaf ya Nay jadi nunggu lama. Dari tadi mau ganti baju eh malah diajak ngobrol sama Vina," ucap Abangku lembut.

Sumpah ya Abangku gak cocok banget ngomongnya lembut gitu. Aku tertawa kecil menertawaman tingkah Abangku. Lalu Abangku pergi ke ruang ganti meninggalkan aku bersama para monster ini. Oh Tuhan, Abangku begitu jahat. Haha hari ini aku lebay ya? Please jangan hujat aku nitizen!

Sip mereka benar-benar monster, menatapku begitu tajam sambil berjalan ke arahku. Dan bodohnya aku, aku dengan perlahan melangkah mundur hingga menyentuh dinding. Aku terperojok dan mereka tersenyum sinis. Awas aja ya mereka.

"Gue peringatin ya. Lo jangan deketin Bintang! Dia tuh cowok gue!" Vina memulai ucapannya dengan mendekatkan mukanya ke mukaku.

Aku membenarkan posisiku menjadi berdiri tegak. "Hah? Gak salah denger nih? Bintang cowok lo?" tanyaku jahil yang terus memancing Si nenek lampir Vina.

"Belumkan Vin? Baru calon," ucap salah satu temannya yang terlihat feminim, dengan bando biru dikepalanya.

"Diam aja deh lo!" Hardik temannya yang dikucir satu.

"Heleh! Baru juga calon." Aku berusaha keluar dari kerumunan mereka dengan menepis si Vina dan temannya yang berkucir satu itu. "Kayak bakal direstuin sama adiknya aja," sambungku.

Aku sempat mendengar si Vina berkata, "Bintang punya adik?"

~~~~

Jangan bosen nunggu cerita Author yang manis ini ya hehe...

RAINBOW BAD BOY (proses) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang