#20 Senja

20 7 0
                                    

Sahabat wattpad Lia jangan lupa buat vote ya biar Lia tambah semangat nulisnya!

Selamat membaca... :)

~~~~

Lintang kira Pandu akan mengantarnya langsung ke rumahnya. Ternyata Pandu membawa Lintang ke danau dekat taman yang biasa Lintang kunjungi.

Selama perjalanan tadi Lintang dan Pandu hanya diam saja tanpa ada yang memulai berbicara. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Pikiran Lintang dengan sikap Pandu dan Pandu yang sedang berusaha menyembunyikan rahasianya. Sedangkan pikiran Pandu dengan apa yang sedang Ia rasakan saat ini dan bagaimana jika itu terjadi.

Hingga akhirnya Pandu memulai pembicaraannya ketika mereka sampai di tepi danau. Pandu melirik sekilas Lintang dan kembali manatap ke depan. "Lo tau kenapa gue bawa lo ke sini?" tanyanya.

"Kenapa?" tanya Lintang tanpa ada niatan untuk berpikir.

"Karena ada seseorang yang bilang, 'kalau kita menatap kepergian sang senja bersama dengan orang yang kita sayangi, Ia akan selalu ada untuk kita, kapan dan dimanapun kita berada.' menurut lo?" jawab dan tanya Pandu lagi.

Tanpa Pandu sadari, saat Pandu mengatakan itu Lintang terus saja terdiam. Lintang merasa Ia sedang pergi ke masa lalu. Masa dimana saat Ia masih bersama dengan Elang empat tahun yang lalu. Saat libur kenaikan kelas atau lebih tepatnya untuk mereka pergantian sekolah dari SD ke SMP. Mereka menatap indahnya senja dengan langit yang berwarna jingga. Dan saat senja mulai memudar Elang berkata, "kalau kita menatap kepergian sang senja bersama dengan orang yang kita sayangi, Ia akan selalu ada untuk kita, kapan dan dimanapun kita berada. Semoga Elang sama Lili bisa terus bersama ya?" ucapannya diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang berujung janji itu.

"Lintang!" seru Pandu membuyarkan memori masa lalu Lintang yang sedang berputar seperti cuplikan dalam film.

Lintang terperanjat dan kembali sadar, "eh? Iya," ucap Lintang jadi salah tingkah.

"Iya apa?"

"Itu, menurut gue itu semua cuma... hoak. Mana ada orang yang cuma menatap ke-per-gi-an- sang senja dapat bersama," komentar Lintang dengan sengaka mengeja kata 'kepergian', "namanya juga 'pergi' gak mungkin 'kembali'," tambahnya.

"Yang kita tatap itu senja. Dan senja tidak akan pergi untuk selamanya karena disetiap pergantian siang dan malam kau akan melihat senja kembali. Terus berulang untuk selamnya. Yaaa... kecuali jika tuhan berkehendak lain," komentar Pandu puitis diakhiri tawa kecil.

Lintang duduk di atas rumput, "sok puitis banget," ledek Lintang. Lintang tidak ingin membahas itu lagi, hanya akan membawa ingatannya pada Elang.

Pandu ikut duduk di sebelah kanan Lintang, "yaudah kalau gak percaya si," ucap Pandu pasrah dengan sifat Lintang yang keras kepala ini.

Lintang tidak merespon lagi dan terjadilah keheningan diantara mereka berdua. Pandu yang tidak tahu ingin mengatakan apa, pun menjadi bingung.

Sedangkan Lintang, Ia merasa ada yang janggal dalam berkataan Pandu. Seperti, mengapa kata-kata Pandu dan Elang bisa sama dan apa tadi, "kalau kita menatap kepergian sang senja bersama dengan orang yang kita sayangi," Lintang mengulagi berkataan Pandu dalam hati.

"Pandu," panggil Lintang. Tanpa melihat Lintang pandu hanya berdehem dan merebahkan tubuhnya di atas rumput. "Kenapa lo bawa gue ke sini?" tanya Lintang.

Pandu masih terdiam tidak merespon apapun. "Buat liat senja?" tanya Lintang ragu setelah mengumpulkan keberaniannya.

Pandu menegakkan kembali badannya dan menghadap pada Lintang. "Mau lo?" tanyanya balik.

"Pandu serius?"

"Nanti lo gue kasih tau, kalau semuanya udah beres." Pandu beranjak dari duduknya, membersihkan celana dan bajunya dari rumput lalu menarik tangan Lintang.

Lintang yang tangannya ditarik langsung menariknya kembali hingga lepas dari genggaman Pandu. "Gue gak mau balik sebelum lo kasih tau jawabanya," ucap Lintang merajuk.

Pandu tidak memperdulikan ucapkan Lintang dan meninggalkan Lintang sambil berkata, "yaudah kalau berani di sini sendiri. Bye," Pandu menakut-nakuti Lintang.

Lintang yang memang takut pada suasana malam ini langsung beranjak dari duduknya dan berlari mengejar Pandu yang sudah jauh. "Pandu! Tungguin," rengek Lintang.

"Gak jadi? Jadi penghuni danaunya?" Pandu meledek Lintang.

"Ihh Panduuu," rengek Lintang lagi.

"Iya, iya. Sekarang lo mau kemana? Pulang atau makan?" tanya Pandu setelah sampai di motornya.

Lintang berpikir sejenak, "hmm... pulang aja deh. Nanti dimarahin Papa Yudha lagi, kan ini bukan weekend," jawab Lintang.

Pandu telah duduk di motornya dan memberikan helm pada Lintang. "Jadi, kalau weekend boleh nih?" goda Pandu.

Lintang yang sedang menggunakan helm pun tidak fokus dengan apa yang dikatakan Pandu. "Apa?" tanya Lintang polos.

"Jadi boleh apa enggak?" tanya Pandu lagi namun nadanya sudah tidak menggoda.

"Iya apanya?" tanya Lintang kesal.

"Yaudah entar weekend gue jemput."

Lintang naik ke jok motor Pandu, "Ngapain? Males ah kalau weekend gue sama lo."

"Males nih?" tanya Pandu sambil senyum miringnya. "Yaudah sana turun pulang sendiri aja," usir Pandu.

"Tega lo! Gue gak punya ongkos buat naik taxi. Angkot juga udah jarang," ucap Lintang memelas.

"Jadi?" tanya Pandu lagi.

"Iya! Weekend gue sama lo!" teriak Lintang kesal.

"Santai dong mbaknya." Pandu menyalakan motornya dan pergi menjauhi taman dekat danau tadi.

~~~~~

Weekend Pandu mau ngajak Lintang kemana ya?

Setelah ini langsung weekend apa hari lain dulu nih?

Jangan lupa vote ya sahabat wattpad Lia 👋😊

Salam manis dari Lima Indian Alfa 👋👋

RAINBOW BAD BOY (proses) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang