#26 Mencari Tahu Nama Tengah Pandu

22 7 0
                                    

Sorry ya manteman baru ada kuota lagi

~~~~~

Kringggg.... Kringggg...

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi juga. Membuat Lintang yang berusaha untuk fokus dalam pelajaran pun bernafas lega. Ia menyandarkan punggungnya di kursi. Ia ingin memejamkan matanya sebentar saja, rasanyaaa Ia begitu ingin tahu masalah Elang dan alasan Elang melakukan ini semua.

Ingin sekali Ia pergi ke Bandung, ke rumah Elang yang berada di sana untuk menanyakan langsung pada keluarga Elang. Tapi Ia tidak akan mendapatkan alamat itu dan yang paling parahnya, Ia tidak akan mendapatkan izin dari Papanya.

Tanpa Lintang sadari seluruh siswa telah meninggalkan kelas dan hanya menyisakan dirinya, Pelangi dan Pandu saja. Pelangi berusaha membangunkan Lintang yang dikiranya sedang tertidur pulas, sedangkan Pandu hanya memandang wajah teduh Lintang saat tertidur seperti itu dari kursinya, di sebelah Lintang.

Brakkk...!!!

"LINTANG!!!" teriak Pelangi sambil mengebrak meja.

Lintang terperanjat dan mengerjapkan matanya beberapa kali. "Eh, aku ketiduran ya?" tanyanya polos.

Mungkin jika ada Manda, Ia akan berkata, "Jangan sok polos deh, Lin. Keliatan boongnya tau!" Yaps, Lintang berusaha berbohong lagi, namun hal itu tidak disadari oleh Pelangi membuat Lintang berucap syukur dan hamdalah beberapa kali dalam hatinya. Padahal seseorang yang sedang berada di sampingnya mengetahui jika Lintang sedang berbohong.

"Gue duluan ya, udah ditungguin sama Anan di parkiran," pamit Pelangi. Pelangi pun pergi setelah mendapat anggukan dari Lintang.

"Sendiri lagi," gumam Lintang sambil menghembuskan nafasnya perlahan.

"Kata siapa lo sendirian."

Lintang terperanjat untuk kedua kalinya. Tangannya Ia letakan di dada sebelah kiri dan mengusapnya secara perlahan. Rasanya jantungnya sebentar lagi akan lepas karena terkejut dua kali. Dan yang bikin lebih parahnya, karena itu adalah suara Pandu. "Mau apa sih tuh cowok? Gue tuh lagi gak mau ngobrol panjang lebar sama dia!" omel Lintang dalam hati.

Ingin rasanya Lintang segera pergi dari sini, tapi apa dayanya yang harus membereskan terlebih dahulu alat tulisnya. "Pulang sana!" usirnya sambil mendorong bangku Pandu dengan kakinya.

Bangku yang Pandu duduki ternyata berhasil Lintang dorong, namun tidak terlalu jauh. Pandu tetap duduk santai di tempatnya, "gue mau nungguin lo," tolak Pandu santai.

Alat tulis Lintang yang berserakan di meja kini sudah rapih di dalam tas. "Gak usah di tungguin gue mau pulang, sendirian!" ucapan Lintang menekankan kata terakhirnya.

Lintang keluar kelas dengan menjinjing tasnya tanpa berniat memasangkan di punggungnya. Sedangkan Pandu hanya bisa pasrah dengan sikap Lintang akhir-akhir ini, yang terlalu cuek padanya.

"Gue salah ya nurutin permintaan dia?" tanya Pandu entah pada siapa karena di dalam kelas hanya tersisa dirinya.

Seketika Pandu pun bergegas lari menuju ke parkiran untuk mengejar Lintang. Ia harap Lintang belum pergi menaiki angkot dan Ia harus bisa membuat Lintang tidak cuek lagi padanya. Apapun itu caranya.

Setelah mengambil motornya, Pandu melihat Lintang masih setia berdiri di depan gerbang menunggu angkot yang lewat. Ia pun menghampiri Lintang dengan kecepatan keong. Keong itu lambat bukan cepat, he!!

RAINBOW BAD BOY (proses) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang