-22-

386 32 0
                                        


Orang-orang yang berlalu lalang mulai memperhatikan mereka yang sedari tadi berpandang tajam.

"Seung, orang-orang melihat. Bawa Sana atau biarkan dia pergi" ujar Jun berbisik.

Seungcheol menoleh. "Dan membiarkannya membawa anak-anak ku dan pergi lagi?". Seungcheol berani memanggil Seunghoon dan Seunghyun dengan sebutan 'anak-anakku' saat mendengar deru nafas Seunghyun yang mulai teratur dengan jatuhnya kepala Seunghyun pada bahu Seungcheol.

Entah lelah atau memang sudah waktunya untuk tidur. Seunghoon juga tertidur dalam gendongan Jun.

"Tapi mereka melihatmu, Seungcheol" ujar Jun gemas.

Seungcheol menghela lalu berbalik menatap Sana. "Ikut ak--"

"Tidak" potong Sana terlewat cepat. "Kembalikan anakku dan aku akan pergi" ujarnya.

Seungcheol berdecak. "Ck. Mereka tertidur. Kau akan membawa mereka sekaligus? Biarkan mereka tertidur dikamar ku" ujarnya. "Jun, tidurkan Seunghoon dikamar pribadiku. Aku akan menyusul" ujarnya pada Jun.

Seungcheol berjalan menuju Sana dan dengan cepat meraih tangan Sana dengan tangan kanan nya yang kosong. "Ikut aku" ujarnya paksa menarik tangan Sana.

*****

"Aku akan keluar Seung" pamit Jun yang diangguki Seungcheol saat sudah menidurkan Seunghoon dikamar pribadi Seungcheol yang berada di resort nya sendiri.

Dilantai 20? Tentu saja. Ruang kerja Seungcheol dan kamar pribadinya ada disana.

Kamar pribadi? Mungkin tidak. Ini lebih ke apartemen? Mungkin. Karena tidak hanya ada kamar. Ada kamar mandi, dapur, ruang makan, ruang tv yang sekaligus ruang tamu, juga ruang mencuci dan menjemur. Ada dua kamar yang lengkap dengan kamar mandi didalamnya.

Seungcheol menarik Sana masuk kedalam kamarnya itu dan menutup pintu lalu menguncinya dengan akses sidik jari Seungcheol. Yang artinya hanya dengan sidik jari Seungcheol, Sana bisa keluar dari sini.

Setelah menidurkan Seunghyun dikamar dan diranjang yang sama dengan Seunghoon, Seungcheol menghampiri Sana yang masih berdiri diam helaan nafasnya.

"Duduklah"

"Anakku" gumamnya.

Seungcheol menghela. "Mereka tertidur. Tak bisakah kau melihatnya?"

Sana mendengus dan akhirnya duduk disamping Seungcheol. Seungcheol duduk diujung sofa, begitupun dengan Sana.

"Ternyata kau bersembunyi di Jeju ya?" Gumamnya lirih.

Sana diam.

"Anak-anak ku tumbuh dengan baik..." Sana menoleh dengan cepat, menatap Seungcheol tak suka. Anak-anak ku? Hey! Mereka itu anak Sana!

"Dan kau terlihat semakin cantik. Bagaimana bisa?" Tanyanya yang kini menoleh pada Sana yang masih menatap Seungcheol.

Sana mengerjap dengan jantung nya yang kian berdebar kencang. Ia ingin tertawa keras dalam hati. Perasaannya pada Seungcheol apa masih sekuat itu? Sungguh ironis. Hampir kurang lebih lamanya 5 tahun tak bertemu, dan sekarang Sana berdebar hanya karena pertanyaan konyol Seungcheol? Gila!

"Maksudku, kau sudah hamil dan melahirkan anak kecil laki-laki yang luar biasa. Bagaimana bisa kau tetap cantik? Bagaimana bisa tubuhmu masih terlihat bagus? Bagaimana bisa wajahmu masih terlihat lugu? Bagaimana bisa kau terlihat kuat? Bagaimana bisa... Bagaimana bisa kau melalui semuanya tanpa siapapun, Sana?"

Sana mendengar isakan. Seungcheol menangis lagi. Pikirnya.

"Bagaimana... Bagaimana bisa kau..."

Seungcheol menundukkan kepalanya dalam-dalam. Menangis antara haru, bahagia dan sedih.

Haru karena ia tahu telah mempunyai anak. Anak laki-laki dan kembar pula. Ia bisa menyombongkan nya pada Sehun, Seulgi, Sena dan juga Siwon.

Bahagia karena ia menemukan Sana kembali. Sana yang ia cari. Sana, dunianya. Ternyata Tuhan tak sejahat itu padanya. Dan Seungcheol sangat berterimakasih pada hal itu.

Sedih karena ia melihat Sana menjalani ini sendirian. Sendirian tanpa siapapun. Sedih karena ia harus menerima bahwa 'anaknya' tumbuh dengan baik tanpa campur tangan orang lain.

Dan untuk kesekian kalinya, Seungcheol menjadi laki-laki brengsek untuk Sana. Cintanya...

Sana masih memperhatikan Seungcheol yang terisak dalam tundukan wajahnya.

Seungcheol mendongak saat sudah menghapus air matanya. "Sana..." Sana menoleh. Seungcheol berjalan kearahnya dan bersimpuh di hadapan Sana yang sedang duduk. "Bisakah..." Suaranya tercekat. Air matanya tak mau berhenti. Sial!

"Bisakah kita bersama kembali? Bisakah aku memilikimu lagi? Untuk selamanya, Sana. Memiliki mereka, Seunghoon dan Seunghyun. Memiliki kehidupan yang bahagia dengan kalian. Memiliki keluarga yang utuh dengan adanya kalian. Memiliki--"

Sana menghapus air mata Seungcheol yang membuat Seungchoel berhenti dari bicaranya. Memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut dari jari Sana.

"Sana..." Seungcheol membuka matanya menatap Sana lekat dan memegang tangan Sana yang berada diwajahnya. Disentuhnya lembut dengan usapan ibu jari Seungcheol. "Maafkan aku..." Ujarnya menunduk.

Sana tiba-tiba saja berdiri dan melepaskan diri dari Seungchoel. Seungcheol yang mendapat perlakuan seperti itu mengikuti gerakan Sana. Berdiri dan menatap Sana bingung dengan mata yang memerah.

"Sana?"

Sana menggeleng.

Seungcheol menatapnya heran. Sugesti nya mengatakan jika ia benar-benar akan ditolak lagi. Sana itu wanita yang memakai logika.

Secinta apapun dia pada sesuatu. Pasti ia akan mengikuti logikanya. Hati? Jangan harap terlalu banyak. Ia tidak akan menggunakan hatinya 100% untuk hal tak berguna.

"Aku memaafkan mu..." Ada semburat senang tertera diwajah Seungcheol sebelum semuanya sirna hingga menyesakkan hatinya hingga ke ulu hati.

Sesak sekali hingga rasanya mau mati saja. Sungguh.

"Tapi tolong, jangan temui aku dan anakku lagi"

⬜⬜⬜

TBC
JANGAN LUPA VOTE YA.

Visual anak Seungcheol dan Sana!

Waktu bayik nya nih..

Gedean dikit gantengan banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gedean dikit gantengan banyak...

Pemberitahuan! Bentar lagi work ini selesai ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pemberitahuan! Bentar lagi work ini selesai ya!

The CEO And Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang