-01-

532 44 2
                                    

Sana masih memberi pelayanan pada pengunjung cafe yang sedikit ramai. Beruntung ia sudah sarapan banyak dan sudah meminum susu untuk menambah energinya.

"Sana, antarkan ini ya ke meja nomor 7" ujar Seokmin. Lee Seokmin. Teman Sana saat bekerja. Ia bisa menjelma menjadi orang gila saat tahu Sana sakit atau bahkan sedih. Tapi untung itu terjadi sudah lama.

Kali ini ia harus menyembunyikan nya dengan baik. Tidak boleh bercecer apalagi sampai ketahuan. Bahaya.

Sana tersenyum dan mengangguk. Mengambil nampan berisi kopi dan kue manis menuju meja nomor tujuh yang berisi laki-laki dengan kemeja putih dan celana bahan berwarna coklat muda sedang melihat kearah jendela.

"Permisi. Ini pesanan anda Tuan-"

"Sana?" Instruksi nya.

Sana mengadah, "Ah, Dokter Yoon" sana membungkuk memberi salam.

Lelaki itu tersenyum, "Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

"Iya aku baik. Terimakasih untuk-" Sana menutup mulutnya yang terasa akan mengeluarkan semua yang ada didalam perutnya.

Tanpa permisi ia bergegas ke toilet dan mengabaikan teriakan Seokmin yang menanyakan apa dia baik-baik saja.

Setelah memuntahkan semuanya. Bukan makanan ataupun cairan yang keluar dari mulutnya melainkan hanya air liur yang terus menetes.

Sana keluar dari toilet dengan terseok-seok. Menahan pusing dan mual yang bersamaan. Padahal tadi pagi ia baik-baik saja.

"Kau baik-baik saja?"

Suara Dokter itu membuat Sana mendongak dan memaksakan senyum. "Aku baik. Terimakasih" ujarnya menahan mual yang melandanya lagi.

"Ini, keringatmu bercucuran" Jeonghan memberikan sapu tangan pada Sana. "Tak apa, ambilah" ujar Jeonghan yang melihat Sana ragu.

Sana mengambilnya dengan pelan, "Terimakasih Dok-"

"Panggil aku Jeonghan. Aku diluar tugas saat ini" ujarnya memotong ucapan Sana.

"Ah, apa itu-"

"Tak apa. Panggil saja Jeonghan" Jeonghan tersenyum pada Sana. Dan Sana hanya bisa mengangguk meng-iyakan perkataan Jeonghan.

"Kau pulanglah. Aku sudah mengijinkan mu pada Soonyoung. Ia bilang tak apa". Seokmin bersuara saat Sana dan Jeonghan mendekati bagian kasir.

"Eh? Aku tak apa. Aku baik-baik saja" ujar Sana. Seokmin mencebik. Apanya yang baik-baik saja? Lihatlah! Wajahnya pucat sekali astaga.

"Kau ingin aku marahi dan berlanjut diceramahi oleh Soonyoung lalu dinasehati Seungkwan atau pulang bersama temanmu, hah?" Cerca Seokmin menunjuk Jeonghan yang ada disamping Sana.

Ya. Mereka itu selalu begitu. Sana adalah pekerja wanita satu-satunya di cafe itu. Beruntung yang bekerja sebagai pelayan laki-nya adalah teman-temannya itu. Ia jadi tak perlu khawatir.

"Teman?" Sana menatap Seokmin bingung. "Itu, dia temanmu kan?" Tanya Seokmin memastikan.

"Dok- Jeonghan maksudmu?" Ujar Sana cepat-cepat mengoreksi. Seokmin mengangguk.

"Pulanglah. Istirahat dulu. Aku sudah menelfon Seungkwan untuk datang. Kau tak perlu khawatir" ujar Seokmin.

Sana akhirnya mengangguk dan berpamitan setelah mengambil tas.

"Sudah selesai?"

Jeonghan lagi-lagi berujar membuat Sana menoleh padanya saat baru keluar dari cafe.

The CEO And Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang