-02-

509 48 0
                                        


Perut Sana semakin membesar. Ini sudah hampir 5 bulan. Sana sudah banyak melewati hal sulit selama kurang lebih 5 bulan ini.

Soonyoung, Seokmin, dan Seungkwan siap siaga pada Sana. Mereka sudah tahu soal ini. Karena Sana memberi tahunya. Awalnya mereka sangat emosi. Tapi Sana mencoba menengahi dan menjelaskan lebih lanjut. Dan, yah. Mereka mengerti dengan syarat.

Apapun yang terjadi. Kapanpun. Dengan siapapun. Bagaimanapun. Sana harus lapor pada mereka. Mereka benar-benar protective sekali pada Sana.

Dan, Jeonghan. Dia masih berkeliaran di hidup Sana. Menemaninya dan menjaganya. Entahlah, tapi Jeonghan merasa nyaman jika Sana ada dalam pantauannya.

Jeonghan menjadi ingat bagaimana pembicaraan mereka waktu itu saat Jeonghan mengetahui bahwa Sana hamil diluar nikah. Miris. Itu yang Jeonghan lihat.

Tapi, lihatlah. Sana bahkan tidak mengeluh perutnya membesar tanpa seorang pendamping. Ia tidak terlihat stress ataupun banyak pikiran. Wajahnya selalu ceria dan berkilau. Sana itu, anugrah terindah dari Tuhan.

"Nah, sudah. Bayimu sehat sekali. Selamat ya, Nona Sana". Dokter wanita itu tersenyum saat selesai memeriksa kandungan Sana.

Sana ditemani oleh Jeonghan. Terkadang, Soonyoung, Seokmin, dan juga Seungkwan yang menemani. Bergantian. Siapa saja memang, asal tidak mengganggu aktivitas mereka.

"Seul, apa kandungannya baik-baik saja?" Jeonghan bertanya pada Seulgi. Teman kampus dan sekaligus teman kerjanya sekarang. Seulgi Choi. Dia dokter kandungan yang menangani Sana. Secara langsung Jeonghan yang memintanya sendiri.

"Kau sudah seperti suaminya. Kenapa tidak menikah saja, huh?" Goda Seulgi. Jeonghan mendengus dengan telinga yang memerah. Ia malu kawan-kawan.

"Kau ini. Aku serius tahu"

Seulgi terkekeh, "Kandungannya baik. Tapi, masih perlu diperhatikan lebih. Asupannya juga ya, meminum susu, makanan buah dan sayur harus ditingkatkan". Ujar Seulgi. "Kau masih mual-mual?" Tanya Seulgi yang beralih pada Sana.

"Terkadang. Aku juga sering pusing dan lelah" keluh Sana.

"Kenapa kau tidak bilang padaku?" Sungut Jeonghan menoleh pada Sana. Sana hanya menampilkan deretan giginya.

"Mian. Aku tak mau kau khawatir" ujar Sana sesal.

"Tapi aku khawatir" Jeonghan merajuk.

"Kau seperti anak kecil saja. Kau harusnya paham sendiri Jeonghan. Jadi, tolong lebih diperhatikan lagi ya, Sana" ujar Seulgi lembut.

Sana mengangguk dan berterimakasih. Lalu pamit bersama Jeonghan yang masih setia disisinya.

"Jika ada apa-apa bilang saja. Kau bisa memberitahuku, Seokmin, Soonyoung ataupun Seungkwan, Sana" ujar Jeonghan lembut dengan memasuki lift.

Jeonghan memencet lantai dasar L. Lobby.

"Baiklah. Maafkan aku"

Jeonghan tersenyum dan mengusak surai Sana, "Asal kau tak mengulanginya lagi akan aku maafkan" ujarnya dan Sana mengangguk cepat.

Jeonghan terkekeh, "Mau makan siang apa?" Tanyanya.

Sana berpikir sejenak.

Ting.

Mereka keluar dari lift. "Kau ingin sesuatu?" Tanya Jeonghan yang melihat Sana masih berpikir.

Sana mengedikkan bahunya. "Aku tak tahu. Anakku belum meminta apapun" ujar nya terkekeh dengan mengelus perutnya yang membuncit.

Jeonghan tertawa, "Menggemaskan" ujarnya mencubit hidung Sana gemas. Sana hanya tertawa geli.

"Ah!" Pekik Sana semangat membuat Jeonghan menoleh padanya. "Aku ingin bibimbap dan sup daging" ujarnya semangat.

"Pilihan yang bagus. Aku punya tempat yang bagus untuk makanan itu" ujar Jeonghan. "Ayo, mobilku sudah didepan" ujarnya dan mereka pergi dengan sesekali melemparkan candaan yang membuat orang-orang sekitar memandang iri.

Pasti bahagia ya.

*****

"Seung, kau ada pertemuan dengan Ketua Kim direstoran X. Tidak jauh dari sini" ujar Jun dengan memberikan dokumen diatas meja Seungcheol.

Seungcheol mengangguk. "Baiklah. Jam berapa?"

"20 menit lagi"

"KAU!" Jun hanya menyengir kuda saat Seungcheol menunjuknya. "Bergegaslah. Mari berangkat. Dia orang yang cukup penting" ujar Seungcheol yang kini memakai jasnya dan berjalan keluar ruangan.

Setelah 15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di restoran tersebut.

"Tuan Kim sudah ada ternyata" bisik Jun. Seungchoel hanya mendengus dan mengabaikan nya. Bergegas menuju orang itu dan bersalaman.

"Silahkan duduk" ujar Tn. Kim.

"Kau kaku sekali, ada apa menemuiku? Aku sibuk tahu" ujar Seungcheol dengan memasukan sushi kedalam mulutnya yang dipesan lelaki yang ada dihadapannya itu.

"Sok sibuk sekali kau ini, hyung" decaknya sebal. Seungcheol hanya terkekeh.

"Hey, Kim Mingyu. Aku ini orang tersibuk. Kau beruntung bisa bertemu denganku. Kenapa tidak kekantor saja?"

"Aku bosan dengan suasana kantor. Bagaimana jika club'? Tonight? Otte?" Tanya Mingyu antusias dengan mencondongkan tubuhnya kedepan.

Seungcheol menyeruput minumannya, "Dan berakhir diatas kasur atau ditinggalkan olehmu? Oh! Tidak. Tidak. Aku tak mau lagi". Seungcheol menolak keras.

Mingyu mengerucutkan bibirnya. "Yasudah. Aku bersama Jun hyung saja. Bagaimana, hyung? Mau?"

Jun menatap Mingyu sebentar dan kembali makan. "Aku akan kehilangan keperjakaanku jika ikut bersamamu, Tuan Kim yang terhormat" ujar Jun sarkastik.

"Ah, kalian tidak seru!". Mingyu merajuk. "Ah iya, hyung. Apa Sana sudah menikah?"

Seungcheol tersedak. Jun terkejut.

"Apa?"

"Menikah?" Ulang Seungcheol memastikan. Mingyu mengangguk dan memakan sushi nya sebentar.

"Beberapa hari yang lalu aku melihatnya. Perutnya buncit"

"Sekarang dia menjadi gendut maksudmu?" Tanya Jun masih terlihat terkejut.

Mingyu berdecak. "Bodoh. Dia hamil. Perutnya besar"

Seungcheol hampir saja membalikan meja jika saja Mingyu tak berteriak.

"Oh! Itu Sana kan? SANA?"

Seungcheol menoleh kebelakang. Dan-

Damn!

Sana dengan tubuhnya yang mungil dan perutnya yang membesar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⬜⬜⬜

Tbc.

-Jangan lupa vote ya :)

The CEO And Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang