-14-

362 37 0
                                        

Sana tidak tahu apa yang ia pikirkan sekarang. Setelah kepergian Seungcheol kini ia membereskan barang-barang dan ia masukkan kedalam koper besar miliknya. Pikirannya hanya satu. Menjauh sejauh-jauhnya dari Seungcheol.

Maaf...

Gumaman itu terus terlontar dari mulut Sana dengan masih sibuk memasukan bajunya kedalam koper besar miliknya. Dengan air mata yang terus mengalir deras ia membereskan semua pakaiannya.

Dia harus pergi.

Secepat mungkin.

Ini sudah jam 10 malam. Sana berniat pergi malam ini juga. Tujuannya hanya satu, kampung halaman Ayahnya.

Jeju.

Dengan mengambil penerbangan tercepat malam ini dan ia dapat pergi dengan cepat. Menggeret koper nya dengan berat, ia meninggalkan flat kecilnya.

Maafkan aku...

Maafkan aku Seungcheol...

Maafkan aku, aku tak bisa...

Maaf...

Tapi, aku tak mau tersakiti...

Lagi...

*****

"Tumben sekali Sana tidak mengangkat teleponku, dia baik-baik sajakan?" Gumaman Seokmin terdengar ketelinga Seungkwan yang baru saja meletakkan nampan kosong meja kasir.

Seungkwan sontak menoleh pada Seokmin yang masih memandangi ponselnya. "Mungkin Sana noona sedang lelah. Ada apa memangnya?" Tanyanya.

Seokmin menoleh. "Perasaanku tak enak. Seperti ada sesuatu" ujarnya menggigit ujung kukunya. Kebiasaannya sejak kecil.

"Coba sejam lagi kau telfon kembali. Mungkin akan diangkat. Dia akan datang pada saat jam makan siang kan?"

Seungkwan bertanya dengan sambil membereskan sampah-sampah yang ada didekatnya.

Seokmin terlihat mengangguk. "Baiklah" putusnya akhirnya. Ia akan menunggu sejam lagi untuk menelfon si wanita hamil itu.

*****

Seungcheol baru saja menyelesaikan rapat pejabat perusahaannya. Pusing sekali berhadapan dengan lelaki tua bangka. Mengoceh tak jelas hanya untuk mencari perhatian Seungchoel.

Jika Siwon tahu, pastilah mati lelaki tua itu. Siwon paling benci dengan pekerja yang mencari muka pada atasannya.

"Jika ingin dipandang, tunjukan kelebihan mu. Jangan hanya mengoceh dengan mulut busukmu. Aku bisa membelinya, sialan"

Hebat. Seungcheol bergidik ngeri memikirkan jika Seungcheol bukanlah anak Siwon melainkan pekerja biasa. Huh. Untunglah bukan. Kkk.

"Hyung!"

Teriakan itu sukses membuat Seungcheol menjerit tertahan.

Kim Mingyu. Lagi.

"Kau tidak tahu malu ya?" Seungcheol menyindir Mingyu yang mulai mengekornya keruangan Seungcheol. "Teriak-teriak seperti dihutan. Kau pikir perusahaan ku tempat bermain-main, huh?"

Mingyu mendengus, menutup pintu dengan pelan. "Jun hyung dimana?" Tanyanya mengabaikan celotehan Seungcheol yang baru saja keluar dari mulutnya.

"Jepang"

"Wow. Jalan-jalan?" Tanyanya mendudukkan dirinya disofa.

Seungcheol memutar bola matanya malas. "Kau pikir dia seperti dirimu, Kim?" Ujarnya menyalakan komputer yang ada diatas meja kebesarannya.

Mingyu hanya cengengesan tak jelas.

"Ngomong-ngomong ada apa pagi-pagi kau kemari? Membuat masalah dan kabur keperusahaanku?"

Mingyu tersenyum lebar menampilkan gigi taringnya yang rapih.

Seungchoel melotot. Gila! "Yak! Pulang sana! Dasar anak nakal kau! Pergi dari sini Kim. Cepat"

Mingyu menggeleng cepat. "Tidak. Tidak mau. Aku akan dikurung di Jeju jika aku pulang sekarang. Kau tahukan? Jeju mengerikan untukku"

Seungcheol mendengus menatap Mingyu dengan jengah.

"Akan kuhabisi kau jika Bibi Kim kemari, Kim Mingyu" desisnya tajam menatap Mingyu.

Mingyu tersenyum. "Oke" jawabnya enteng. Dia bahkan tidak tahu kalau sekarang bawahan Ny. Kim sedang mencari Mingyu kemana-mana.

Entah untuk keberapa kali. Tapi, bersembunyi diperusahaan Seungcheol tak pernah ketahuan.

Kim. Kim. Dasar Kim Sialan MinGyu.

*****

Jeonghan baru saja selesai dengan operasi besar nya. Seminggu ini ia benar-benar disibukkan oleh operasi besar dan kecil. Jadwal operasi nya tak menentu. Ah, sial. Melelahkan.

Tapi kali ini ia benar-benar harus mengistirahatkan tubuh nya. Rasanya kurang tidur. Sebelum ada panggilan mendadak untuk operasi ia harus beristirahat dengan cukup.

Lagi pula, sudah dua minggu Jeonghan tidak bertemu sang pujaan hati, Sana. Ah, ya. Ngomong-ngomong tentang Sana, Jeonghan sebenarnya ingin melamarnya. Entahlah, tapi hatinya terus berkata agar cepat-cepat menjadikan Sana miliknya seutuhnya.

"Dokter Yoon?"

Panggilan tersebut menghentikan aktivitas Jeonghan yang sedang melepas jas kedokteran nya.

"Seulgi? Ada apa, Seul? Masuklah" suruh Jeonghan yang baru saja menggantung jasnya didekat jendela.

Seulgi menurut. "Ada yang ingin aku bicarakan" ujarnya saat duduk berhadapan dengan Jeonghan.

"Bicara saja. Ada apa? Sepertinya serius sekali"

Seulgi menunduk dan menghela nafasnya. "Aku pikir aku tidak perlu basa-basi" ia mendongak perlahan. "Bisa kau jauhi Sana? Kumohon..." Lirihnya.

Jeonghan mengerut. Matanya sedikit menyipit karena terkejut dengan permintaan Seulgi yang tiba-tiba.

"Dengan alasan apa? Aku tidak bisa menjauhinya tanpa-"

"Ada. Ada alasan nya, Yoon" potong Seulgi dengan raut wajah yang serius.

Jeonghan menunggu Seulgi untuk menyelesaikan kalimatnya. Jujur saja, Jeonghan tidak bisa menyanggupi keinginan Seulgi yang tiba-tiba. Sana... Dia terlalu melekat dihatinya. Jeonghan akan menolak dengan alasan yang tepat. Dia mencintai Sana. Jadi, sepertinya—

"Sana hamil anak adikku". Ujar Seulgi memejamkan matanya erat-erat. Ia tahu ini mungkin keterlaluan. Tapi sungguh. Ia tidak bisa berbuat apapun selain ini. Seungcheol si unta nakal itu harus diberi pelajaran. Ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Jeonghan terlihat terkejut. Tentu. Adik-

Tunggu.

"Adikmu?" Tanyanya memastikan dan diangguki oleh Seulgi.

Jeonghan sebenarnya tidak tahu asal muasal keluarga Seulgi. Jadi ia tidak tahu siapa adiknya. Kalau begitu, bukan masalah kan jika Jeonghan tetap pada pendiriannya? Mempertahankan Sana dan memiliki-

"Adikku, Choi Seungcheol. Pewaris Choi's Group"

Boom!

Pengusaha kaya raya? Seulgi anak konglomerat? Oke. Jeonghan kalah telak dalam urusan tahta. Tapi, sungguh. Dia punya cinta yang tidak bisa diukur untuk Sana, pujaan hati.

"Dia akan bertanggung jawab atas anak yang dikandung Sana, Jeonghan. Kumohon, beri mereka ruang"

Ujar Seulgi dan pergi dari ruangan Jeonghan tanpa pamit meninggalkan Jeonghan yang masih mencerna setiap kata demi kata yang Seulgi ucapkan.

Jeonghan tersenyum kecut.

Inikah akhir percintaan yang belum ku mulai?

⬜⬜⬜

Tbc

Ih makin gaje parah ya.

—dont forget for vomment kawand-kawand.

—AYO VOTE DONG.

The CEO And Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang