Sana kini hanya meringis melihat keadaan nya yang terlihat kacau. Matanya membengkak. Wajahnya pucat. Pakaiannya pun amburadul. Bagaimana ia pergi bekerja sekarang? Ugh.
Ia mengambil ponselnya dan menelpon Soonyoung. "Hallo Sana, ada apa?"
"Soonyoung?" Cicit Sana.
"Hm, kenapa? Kau butuh sesuatu?"
"Um, bisa aku izin? Aku tak enak-"
"Tentu. Bisa-bisa. Istirahatlah. Keponakanku lebih penting. Kkk. Kau juga penting. Apa perlu sesuatu? Kau sudah sarapan? Ingin makan apa? Biar aku bawakan ke flat mu? Bagaimana?"
Soonyoung selalu seperti itu. Bahkan Sana belum menyelesaikan kalimatnya.
Sana terkekeh, "Tak perlu. Hanya izinkan aku dan jangan potong gajiku" ujarnya bercanda.
"Pasti. Tak perlu kau pikirkan. Anakmu yang paling penting, makanlah makanan yang bernutrisi Sana, aku tak mau keponakan ku nantinya kurus kering saat muncul di dunia"
Sana tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang membuncah. Melihat banyak yang menunggu kedatangan anaknya, membuat nya merasa bahagia tak tertahan. Masih banyak yang menyayanginya. Pikirnya.
"Oke. Kalau begitu, aku tutup dulu. Terimakasih Tuan Kwon. Kkk"
Soonyoung terdengar terkekeh, "Sama-sama Nyonya Park". Dan sambungan terputus.
Sana bersiap untuk membeli makanan ke mini market. Stok makanan nya sudah habis untuk bulan ini.
Ia memakai celana kulot dengan kaos dan ia padukan dengan Coat panjang berwarna navy miliknya yang tergantung di dekat pintu.
Mengikat rambutnya sembarang ia melangkahkan kakinya menuju mini market yang dengan area flat nya.
Memasuki toko tersebut ia mulai melangkahkan mengambil sesuatu yang ia butuhkan. Makanan-makanan sehat dan bernutrisi tentunya.
Ia mengecek kembali barang belanjaan nya sebelum kekasir.
*****
"Maaf ya Paman-"
Lelaki itu membelalak, "Paman? Yang benar saja! Aku bukan Paman mu!" Sungutnya tak terima. Enak saja, dipanggil Paman? Dia bukan Paman dari seorang kasir yang ada didepannya. Bahkan umurnya pun belum bisa dibilang Paman. 'Ahjussi' bukan panggilan yang cocok untuknya.
Kasir itu menghela, "Baiklah-baiklah. Maaf Tuan. Tapi kau harus membayar"
"Dompetku tertinggal. Dan aku tak membawa ponsel. Akan aku bayar setelah aku mengambilnya." Ujarnya kesal. Kasir itu benar-benar menyebalkan.
Kasir itu menggeleng tidak percaya. "Penampilanmu saja seperti pengusaha. Tapi uang saja tak punya" sindirnya.
Lelaki itu melotot pada kasir dengan tatapan tak percaya. Hey! Dia itu memang pengusaha. Jangan memandangnya remeh hanya karena ia tak bisa membayar—Ralat! Belum bisa membayar karena dompet dan ponselnya tertinggal dikantornya. Sial!
"Jangan memandang ku remeh. Aku bisa membeli toko ini" ujarnya sombong. Lagi-lagi.
Kasir itu mendengus, "Membayar air minum dan ramen saja kau tidak bisa bagaimana kau- Ah sudahlah. Semua nya jadi 3.800 won Tuan" ujarnya menekankan total belanjaan yang dibawa oleh lelaki itu.
"Akan aku bayar, kau tenang saja aku tak akan-"
"Tidak. Kau sudah menghabiskan ramen dan air minum mu. Bagaimana bisa aku percaya jika membiarkan mu pergi begitu saja, huh?" Kasir itu mendesak sebal. Untung saja ini masih pagi, jadi toko tak terlalu ramai pengunjung.
"Aku tak akan berbohong. Kau bisa pegang kata-"
Lagi. Kasir itu menggeleng keras. "Tidak. Semua manusia tidak dapat dipercaya omongannya. Jadi, tolong bayar atau aku akan melaporkan mu ke pol-"
"Bayar pakai ini saja". Seseorang menyodorkan kartu nya pada sang kasir yang membuat mereka menoleh. "Sekalian, hitung belanjaan ku ya" lanjutnya.
"Kak Sana?" Ujar sang kasir berbinar melihat wanita yang mengandung ada didepannya.
Sana hanya tersenyum hangat, "Satukan dengan belanjaan ku ya, Daehwi" ujarnya.
Daehwi mengangguk lucu, "Tentu. Tapi, apa Kak Sana kenal dengan Ahjussi-Ahjussi ini?" Tanya Daehwi selagi menghitung belanjaan Sana.
Lelaki itu membelalak, "Yak! Aku bukan Ahjussi! Aku ini masih muda" ujarnya sebal.
Sana hanya diam menatap Daehwi yang sedang menghitung belanjaannya.
Daehwi mengabaikan sungutan dari lelaki yang ada di hadapannya ini. "Kak, tumben sekali belanjaan mu lebih banyak?" Tanyanya pada Sana.
Sana mengangguk, "Aku sedang malas untuk keluar rumah, jadi ya... Begitulah. Agar tidak perlu keluar jika malam aku lapar, Dae." Jawab Sana terkekeh.
"Pasti sulit ya sendirian" Ujar Daehwi prihatin. "Kak Dahyun bilang, Kak Sana bisa tinggal bersama kami sampai si bayi lahir" ujar Daehwi.
Sana menggeleng, "Aku bisa mengurus diriku sendiri. Kau tak perlu khawatir. Tapi, terimakasih karena sudah mengkhawatirkan aku"
Daehwi mengangguk. "Jaga keponakanku ya Kak Sana. Tapi, Kak Sana juga harus tetap sehat, oke?". Sana hanya mengangguk dengan memberikan senyumannya.
"Semuanya jadi 77.800 won, Kak." Ujar Daehwi.
Sana merogoh dompetnya, "Dengan belanjaan diakan?" Tunjuk Sana pada lelaki yang masih berada disampingnya.
Daehwi mengangguk. Sana memberi uang lembaran sebesar 100 ribu won pada Daehwi.
"22.200 won ya Kak kembaliannya. Ini." Daehwi mengembalikan uang kembaliannya.
Sana mengangguk dan mengambil uang tersebut. "Terimakasih, Dae-ku" ujarnya dengan nada menggoda.
Daehwi terkekeh, "Sama-sama Kak Sana-ku" balasnya. "Ah Kak, Kakak yakin bisa membawa ini? Ini terlalu banyak" ujar Daehwi menunjuk dua plastik besar.
Sana mengangguk, "Jangan remehkan aku. Aku masih kuat walau sedang mengandung" ujar Sana terkekeh. "Aku pulang ya kalau begitu" pamit Sana dengan mengapit plastik belanjaannya dikanan dan kiri tangannya.
Daehwi hanya mengangguk prihatin. Ia ingin membantu tapi tak bisa karena masih ada pelanggan yang harus ia layani.
Ah, sekarang rasanya ia ingin mengutuk jadwal pekerjaan paginya. Sial.
⬜⬜⬜
Tbc.
—jangan lupa vote ya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
The CEO And Me✓
Фанфик-Me Series- [ Book Series #01 ] Tentang Choi Seungcheol yang melepaskan cintanya yang berujung membuatnya kehilangan separuh hidupnya. "Maafkan aku" "Menikahlah denganku" "Aku mencintaimu" "Aku mempercayai mu dengan seluruh yang kupunya" Apa yang a...