-13-

311 27 0
                                    

Setelah makan malam selesai Joshua pamit undur diri karena sebelumnya ada pekerjaan yang tak bisa dia tinggal. Sebenarnya Joshua akan lebih memilih untuk tinggal lebih lama dan berakhir diusir bersama dengan Seungcheol oleh pemilik flat ini, yaitu Sana.

Tapi ya, takdir berkata lain. Sial nya, pekerjaannya itu tidak bisa ditinggalkan dan harus cepat-cepat ia tangani sebelum deadline menyambut.

Kepergian Joshua membuat Seungcheol merasa canggung. Sangat canggung bahkan rasanya dia seperti makhluk hidup tanpa roh.

Berbeda dengan Seungcheol, Sana justru biasa saja dengan terus mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti membersihkan meja makan dan piring kotor.

Selama 30 menit ia berkutat dengan pekerjaan rumahnya Seungchoel masih membisu dan diam duduk manis dimeja makan. Benar-benar.

Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, ya pulang saja. Sana mendengus halus.

Seungcheol melirik Sana sebentar. "Sana..." Panggilnya membuat Sana menoleh saat sedang mengelap tangan basahnya. "Mari bicara, kau sudah selesai?"

Tak membantah. Sana melangkahkan kakinya duduk dihadapan Seungcheol dengan membawa segelas susu hamilnya.

Seungcheol terlihat menghela nafasnya. "Bagaimana keadaanmu?"

Sana berdehem setelah meneguk setengah gelas susunya. "Jauh lebih baik sebelum bertemu denganmu"

Seungcheol menghela. Lagi.

"Well, aku benar-benar baik-baik saja sebelum bertemu denganmu. Jadi, katakan apa yang ingin kau katakan"

Seungcheol memejamkan matanya sebentar sebelum berbicara.

"Mari menikah"

Uhuuk! Uhuuk!

Seungcheol dengan cekatan berdiri dan menghampiri Sana lalu menepuk punggungnya pelan. Setelah merasa reda Seungcheol menarik kursi yang ada disamping Sana memberikan tissue padanya.

Sana mengambil lembaran tissue itu dan mengelap bibirnya yang basah. Lalu menatap tajam pada lelaki yang ada disampingnya sekarang.

"Bisakah kau hanya pergi dan tinggalkan aku? Aku sudah terlalu lelah..." Lirih Sana menunduk meremas tissue yang masih ada ditangannya.

Seungcheol menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba saja tercekat.

"Aku sudah membiarkanmu pergi sejak kau meninggalkanku saat itu. Kumohon..." Sana memejamkan matanya erat-erat. "Pergilah. Jangan temui aku lagi. Aku sudah cukup lelah dengan semuanya"

Seungcheol benar-benar merutuki kebodohannya kali ini. Kenapa ia meninggalkan Sana hanya karena terbakar cemburu dan tersulut emosi? Lihat, Sana sudah menanggung semua dengan sulit.

"Sana..." Seungcheol menunduk menahan isakannya. "Maafkan aku sungguh. Maafkan aku". Cukup. Seungcheol tak bisa menjadi kuat dihadapan Sana. Ia terlalu lemah dengan ini. Ia menangis dihadapan Sana dengan menunduk dalam.

Sana mendongak melihat Seungcheol yang kini menunduk. Hatinya merasakan nyeri yang berlebih. Lelaki yang dicintainya menangis seperti ini. Dan ini adalah kedua kali ia melihat Seungchoel menangis seperti ini.

Pertama saat ia menceritakan soal kerinduan ibunya—Im Yoo Na atau Ny. Choi Yoona yang sudah meninggal. Dan sekarang, ia melihatnya menangis lagi dihadapannya dengan menangisinya. Menangisi Sana, sang gadis tercinta.

"Maafkan aku Sana. Aku salah. Aku yang salah Sana. Maafkan aku, sungguh". Isakannya semakin menjadi. "Hukum aku Sana. Hukum aku dengan caramu. Hukum aku dengan segala caramu..." Seungcheol mendongak.

Astaga! Saat seperti ini Sana rasanya ingin terbahak melihat wajah Seungcheol. Seungcheol menggemaskan sekali. Wajahnya yang memerah hingga ketelinganya. Air matanya yang mengalir hingga pipinya sangat basah. Hidungnya memerah dan mengeluarkan sedikit cairan. Ew. Dan bibirnya yang semakin merah karena menangis.

"Tapi... Aku mohon, jangan pergi dariku. Jangan pernah pergi dariku, Sana. Kumohon" suaranya menghilang diakhir kalimatnya. Seungcheol benar-benar lemah. Sial!

Seungcheol menggenggam tangan Sana erat dengan masih mengeluarkan tangisannya. "Kumohon... Jangan pergi, Sana. Biarkan aku bertanggung jawab dan tetap berada disisimu. Menjagamu... Dan menjaga anak kita" lanjutnya memohon.

Anak kita...

Anak kita...

Anak kita...

Sana menggeleng dan cepat-cepat melepaskan genggaman tangan lelaki itu. "Ini anakku. Dan soal itu..." Sana menatap Seungcheol yang sedang menatapnya dengan tatapan memohon.

"Aku perlu waktu"

*****

Seungcheol memacu mobilnya diatas rata-rata. Sangat kencang tak terkendali. Tidak peduli seberapa kencang ia melaju mobilnya agar kekesalan dihatinya hilang.

Drrtt..

Persetan!

Dia benar-benar butuh pelampiasan amarahnya. Amarahnya meletup dengan cepat. Sana menolaknya secara tidak langsung. Dan dia benci itu.

Drrtt..

Sialan!

Siapa sebenarnya yang mengganggu acara laju cepat mobilnya?

Menepikan mobilnya sebentar dan dengan cepat mengambil ponsel yang ada dikursi samping menjawab panggilan tersebut tanpa melihat siapa sang 'penelepon'.

"Hyung gawat!"

Kim Mingyu. Sisialan biang masalah. Pengganggu.

Seungcheol mendengus. Kali ini apa lagi astaga. Membuat onar di club' artis ternama bernama Lee Seungri? Ketahuan membawa dua jalang sekaligus oleh sang Ibu? Menabrak bangunan sampai mobil sport nya tidak bisa dibetulkan? Atau-

"Aku menabrak gadis. Bantu aku"

Ah sialan.

Seungcheol memijit pelipisnya. Tiba-tiba saja kepalanya pusing bukan main. Kenapa Mingyu harus menelepon nya? Kenapa tidak Wonwoo? Minghao? Atau sekretarisnya Jun?

Ah, iya. Minghao masih di Cina pasca Ibunya meninggal beberapa minggu lalu.

"Bantu aku, hyung. Gadisnya tidak sadarkan diri. Bagaimana ini?"

Dia bisa mendengar suara gusar dan khawatir diseberang sana. Seungcheol masih diam menutup mulutnya. Sungguh, ia masih pusing dengan Sana. Sekarang, lihat? Dia harus mengurus masalah yang tidak menyangkut soal dirinya.

Mingyu selalu menyeretnya kedalam masalah bocah itu. Terkadang. Seungcheol benar-benar heran, dari mana ia mendapatkan teman seperti Mingyu?

"Bagaimana ini?! Aish. Hyung! Kau mendengar ku tidak sih?"

Menghela sebentar, Seungcheol menjawab dengan nada datar.

"Aku kirim orang. Kau kirim lokasi"

Panggilan terputus dan ia langsung menjalankan mobilnya lagi ketika satu pesan masuk kedalam ponselnya.

⬜⬜⬜

Tbc
Jangan lupa vote dong hmmm

The CEO And Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang