Part 8

85 11 0
                                    

Sudah hampir satu bulan Rayhan belum kembali dari New York. Kepergiannya yang tiba-tiba membuat Aghata cemas dan kecewa.

Banyak sekali pertanyaan yang ingin Aghata tanyakan kepada Rayhan. Aghata ingin sekali melihat Rayhan, bicara dengan Rayhan, dan masih banyak lagi yang ingin Aghata lakukan bersama Rayhan.

Rasa rindu dan penyesalan semakin bertambah setiap menitnya. Mungkin, jika dibandingkan dengan planet Jupiter, lebih besar rasa rindu Aghata kepada Rayhan.

Aghata ingin sekali keluar bersama Rayhan apalagi sekarang weekend, waktu yang sangat tepat untuk kencan walaupun bukan pacar.

Ketika weekend tiba, biasanya Aghata sedang sibuk mencari alasan agar bisa pergi keluar, tapi sekarang rasanya untuk keluar dari kamar
saja malas.

Aghata beranjak dari tempat tidur, lalu membuka pintu balkon kamarnya. Aghata memandang langit, nampaknya cuaca sedang mendung sama dengan suasana hati Aghata. Mendung, tak ada cahaya sedikit pun.

Cahaya pada hati Aghata hilang dibawa pergi oleh Rayhan. Dibawa dengan seenaknya saja tanpa izin dulu kepada pemiliknya.

"Kak, kapan pulang? Aghata kangen banget sama kak Ray. "

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

Senin, seperti biasanya di sekolah Aghata maupun sekolah-sekolah lainnya melaksanakan kegiatan upacara bendera merah putih.

Siswa-siswi sudah berbaris dengan sikap sempurna di lapangan upacara dengan pakaian rapi dan lengkap.

Petugas upacaranya adalah anak-anak OSIS dan PASKIBRAKA. Rayhan selalu menjadi pemimpin upacara, tapi sudah satu bulan Rayhan diganti karena belum pulang dari New York.

Aghata sengaja berada di barisan paling depan. Aghata sangat berharap bahwa dia bisa melihat Rayhan sudah kembali sekolah.

Namun Aghata masih belum melihat Rayhan. "Jika Engkau masih belum mengabulkan doa hamba untuk bertemu dengan sosok yang sangat ingin hamba dijumpai saat ini. Hamba ikhlas, tapi hamba saat ini hanya bisa berharap agar Engkau menurunkan hujan saat ini, detik ini juga. "

Yah, begitulah doa anak shalah.

Berdoa tiap hari senin pagi turun hujan agar tidak melaksanakan upacara.

Aghata menatap langit dengan tatapan berharap, namun apa daya, Aghata hanya bisa pasrah karena sama sekali tidak ada tanda-tanda hujan. Langit biru cerah berpadu dengan putihnya awan.

"Boro-boro hujan, mendung juga kagak. " Aghata menghela napas pasrah.

Aghata mencoba tenang dan khidmat mengikuti upacara bendera walaupun tidak ada penyemangat upacaranya.

"Tanpa penghormatan bubar jalan."

Hal yang paling di tunggu-tunggu saat upacara telah tiba. Semua siswa siswi balik kanan, lalu meninggalkan lapangan upacara.

Aghata, Metha, Megan, dan Elata langsung pergi ke kantin karena masih ada waktu lima belas menit lagi untuk bel masuk.

Seperti biasanya mereka duduk di bangku pojok. Mereka memesan makanan dan minuman.

"Gimana udah dapet kabar dari kak Ray?" tanya Elata.

Aghata hanya menggeleng lemas.

"Sabar yah ta mungkin kak Ray-" Megan menggantung kalimatnya bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. "Ganteng banget."

"Hah?!"

Megan kembali tersadar ke dalam dunia nyatanya akibat suara Aghata yang dapat terdengar sampai ke Antartika.

My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang