Part 21

51 5 0
                                    

Entah mengapa setiap di dekatnya Aghata merasa nyaman. Alvaro mampu membuat pikiran Aghata berpidah dari Rayhan kepadanya, mungkin nanti hati Aghata pun akan berpindah.

Senyumannya sangat mirip dengan Alva walaupun tidak mungkin kalau Alvaro itu Alva karena Alva sudah meninggalkannya untuk selamanya.

Mungkinkah bahwa kini Aghata telah menyukai Alvaro? Tapi terasa begitu cepat untuk seorang Aghata menyukai seorang pria walaupun pria itu sudah berhasil membuatnya nyaman.

Semenjak pulang dari camping itu, Aghata hanya memikirkan Alvaro.

Aghata menghirup udara malam di balkon kamarnya lalu matanya terhenti ketika melihat mobil BMW hitam terparkir di halaman rumahnya. Mobil yang pernah Aghata lihat, tapi lupa siapa pemiliknya. Alvaro? Ah tidak mungkin Alvaro tidak mengetahui alamta rumahnya. Aghata menghiraukan mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk aja, gak di kunci kok. "

"Aghata, di bawah ada seseorang loh." Marina masuk ke dalam kamar Aghata lalu duduk di sofa yang berada di pinggir kasur Aghata.

"Siapa?" Tanya Aghata sambil berjalan menghampiri Marina yang tengah duduk di sofa.

"Orang yang mau di jodohin sama kamu."

"Ma, Aghata gak mau di jodohin. Aghata bukan Siti Nurbaya Ma." rengek Aghata seperti anak kecil yang tengah merayu orang tuanya untuk meminta permen.

"Gak boleh nolak! Sekarang kamu siap-siap, dandan yang cantik, pake dress yang udah mama siapkan."

"Tapi..."

"Gak ada tapi-tapian." Marina keluar dari kamar Aghata.

Aghata melirik ke arah balkon rumahnya, ia berpikir lebih baik kabur dari rumah daripada harus ketemu sama orang yang orangtuanya jodohkan kepadanya. Aghata membayangkan bagaimana bentuk cowok yang dijodohkan oleh orangnya itu. Dipikirkan Aghata muncul cowok berkaca mata, culun, pendek, buncit, gayanya ala om-om, giginya tonggos. Wah parah! Aghata segera menghapus pikirannya jauh-jauh.

Aghata berjalan menuju balkon lalu menatap ke bawah. Pikirannya yang akan kabur melalui balkon tiba-tiba hilang ketika melihat ke bawah.

Akhirnya Aghata mengambil keputusan untuk mengikuti perintah orangtuanya. Tidak ada salahnya untuk melihat cowok itu, lagian Aghata juga penasaran siapa cowok dan seperti apa orangnya.

Aghata menggati bajunya dengan dress berwarna hitam selutut tanpa lengan dan terdapat bordiran di bagian pundak dan di lutut. Aghata menyisir rambu panjangnya dan di biarkan tergerai. Aghata mengoleskan liptint pada bibirnya. Make up nya natural tetapi Aghata terlihat cantik.

Aghata beranjak dari kursi meja riasnya kemudian keluar dari kamar. Satu persatu anak tangga ia lalui dan kini ia sudah sampai di tempat dimana ia akan bertemu dengan orang yang dijodohkan dengannya.

Aghata terkejut bukan main ketika ia melihat bagaimana dengan sosok yang dijodohkan dengannya. Ingin rasanya Aghata menghilang dari tempat ini detik ini juga.

Bagaimana mungkin orang itu akan dijodohkan dengannya...

Sungguh tidak masuk akal...
Tetapi ada yang aneh disini.

Tante Rani! Ya wanita yang berada di samping pria itu adalah tante Rani.

Gak mungkin...

Bagaimana bisa itu tante Rani...

Dan dia...

Alvaro

Apa yang sebenarnya terjadi, lalu apa hubungan Alvaro, tante Rani, dan semua ini?

Bukannya tante Rani dikabarkan sudah tiada saat kecelakaan pesawat itu begitupun dengan Alva. Apa selama ini yang Aghata pikirkan benar bahwa Alvaro adalah Alva, sahabat masa kecilnya.

"Lo!" ucap Alvaro dan Aghata bersamaan

Marina tersenyum lalu memberi kode kepada Aghata agar duduk. "Kalian berdua udah pernah bertemu lagi?" Tanya Marina heran.

"Bertemu lagi? Apa maksudnya?" begitu banyak pertanyaan dalam hati Aghata saat ini.

"Jeng kayaknya benar deh apa yang kita pikirkan kalo mereka satu sekolah dan mereka camping bersama."

"Pantes aja Mama langsung menyetujuinya. Tapi Alvaro siapanya tante Rani? Apakah dia benar-benar Alva?" batin Aghata.

"Bisa jadi."

"Mr. Vernand tidak datang?" tanya Dhani

"Katanya lagi ada urusan. Nanti pas acara tunangan pasti datang kok."

Mendengar kata tunangan Aghata merasa bahwa ini adalah mimpi, mimpi terburuk dari mimpi yang paling buruk. bagaimana mungkin dia dijodohkan dengan Alvaro? Sedangkan hatinya masih milik Rayhan sekitar 75% karena 25% nya lagi berhasil di rebut oleh Alvaro. Ah tetap saja hatinya lebih besar kepada Rayhan.

Ingin rasanya menghilang ataupun pingsan secara tiba-tiba sekarang juga.

Kenyataan yang sangat buruk, tapi syukurlah orang yang dijodohkan dengannya bukan orang yang dibayangkan oleh Aghata. Kalo sampai seperti itu Aghata lebih rela dikutuk jadi batu.

"Alvaro, itu Alesa yang selalu kamu tanyakan dan sekarang kalian sudah bertemu lagi. Alesa makin cantik ya?"

Mereka saling bertatapan heran. Dunia ini begitu sempit. Sungguh ini persis seperti yang ada di film atau novel.

"Alesa?" heran Alvaro

Rani mengangguk sambil tersenyum begitu tulus kepada putranya.

"Aghata sayang itu adalah Alva yang dulu sering main sama kamu. Mama tau kamu masih bingungkan? Jujur pertama kali Mama sama Papa bertemu dengan tante Rani dan Alvaro mama juga berasa mimpi. Ternyata mereka selamat sayang dari insiden itu. Mama, Papa, tante Rani, dan om Vernand sengaja tidak memberi tau kalian sampai waktunya tiba dan sekarang kalian sudah bertemu lagi." jelas Rani panjang lebar.

"Jadi gimana kalian setuju untuk kami jodohkan?" sahut Dhani to the point.

Apa ini? Rasanya ini adalah sebuah mimpi dan Aghata ingin sekali mengakhiri mimpi ini sekarang juga.

Pernyataan itu mampu membuat kaki dan seluruh tubuh Aghata melemas seperti tulang tiba-tiba hilang dari tubuh Aghata.

"Bagaimana dengan kamu Alvaro?"

Alvaro melirik ke arah Aghata sambil menyunggingkan senyuman yang membuat pipi Aghata bersemu merah. "Iya"

Degg...

"Awas aja lo gue bakal kutuk lo jadi pangeran kodok!"

💗💗💗

My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang