Part 16

64 6 0
                                    

Imagination Shaw Mendes

Ulangan Akhir Semester telah selesai kini siswa siswi SMA Starlight menunggu pembagian Raport dan pengumuman peringkat.

"Kalian deg-degan gak sih?"

"Yaialah, kalo gak deg-degan mati dong." Alvaro mengacak-ngacak rambut Aghata.

"Ih jangan ngacak-ngacak rambut gue!"

"Suka-suka gue lah. Lanjutin makannya jangan ngomong mulu, udah tau lo makannya lelet banget! "

Aghata dan yang lainnya kembali menunduk fokus menghabiskan makannya. Alvaro mengusap lembut bibir merah muda Aghata yang terkena noda makanan dengan tangannya. Aghata menatap Alvaro begitupun dengan Alvaro. Mereka saling bertatapan lama sehingga merasa bahwa dunia milik mereka berdua sampai lupa bahwa ada beberapa orang manusia yang duduk bersama mereka.

"Eh, kok gue gerah gini, ya. Gerah body dan gerah hati." Ucap Andre sambil mengibas ngibaskan tangannya ke arah wajah.

"Minum ichi ocha teh melati, teh dengan dua jenis melati, segerin gerah body dan gerah hati lo, ichi ocha teh melati." Sahut Radit.

"Kok Metha bisa suka sih sama si Radit, padahalkan si Radit itu 11,12 sama Andre otaknya sama-sama geser. Memang benar ya cinta itu buta dan tuli juga bisa menyebabkan semua saraf putus." batin Aghata

"Kalian lagi endorse ichi ocha, ya?" Andre dan Radit saling memandang satu sama lain lalu mengalihkan pandangannya menjadi memandang Aghata sambil nyengir ala kuda.

"Udah mending kita ke lapangan utama kayanya bentar lagi pengumumannya."

Aghata dan Alvaro berjalan beriringan meninggal Andre cs dan Metha cs. Digenggamnya tangan Aghata yang membuat jantung Aghata berdebar lima kali lipat lebih cepat dari biasanya. Sesekali Aghata menoleh pada Alvaro sambil tersenyum. Tangan Alvaro tetap mengunci tangan Aghata ditangannya. Aghata menjadi semakin gugup, tangannya dingin dan berkeringat, hal itu sering terjadi ketika Aghata sedang gugup. Alvaro menghentikan langkahnya dan mau tidak mau langkah Aghata juga terhenti.

"Tangan lo kok keringat dingin? Lo gugup jalan sama orang ganteng?"

Pertanyaan Alvaro membuat Aghata gelagapan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun seakan suaranya tertahan di tenggorokan.

"Kenapa diem?"

"Gu-gue gugup, soalnya sebentar lagi pengumuman peringkatnya." Dusta Aghata.

Alvaro manggut manggut mencoba mempercayai apa yang dikatakan Aghata.

"Woi! Kalian berdua kok ninggalin kita? "

Alvaro dan Aghata membalikan badannya 180°.

"Cepetan dong jalannya lelet banget sih kalian! "

Aghata cs and Alvaro cs kembali melanjutkan langkahnya menuju lapangan utama. Setelah sampai di sana mereka menuju ke papan informasi yang sudah dikelilingi oleh siswa siswi SMA Starlight. Aghata terdiam disana.

"Ta, lo gak penasaran? "

"Nggak terlalu, kalian aja yang kesana buat liat peringkat sekalian liat peringkat gue."

"Yehh.. Bilang aja lo nyuruh kita buat liat peringkat lo! "

"That's right bébé! "

"Yaudah kita kesana dulu yah Ta. "

Aghata mengangguk dan memperhatikan ketiga sahabatnya hingga akhirnya mereka menghilang terhalang oleh kerumunan siswa siswi.

Setelah menunggu beberapa saat sahabat-sahabat Aghata muncul dari kerumunan siswa siswi SMA Starlight, berjalan menghampiri Aghata.

"Gimana peringkat gue?"

Metha menghela napas kasar. "Peringkat lo ke geser jadi peringkat ke dua paralel."

Mata Aghata terbelalak lalu menepuk jidatnya "Mati gue. Bisa di marahin gue sama nyokap. By the way peringkat satunya siapa? "

"Alvaro Fernando Marquez yang gantengnya gak pake banget murid baru di sekolah ini yang udah jadi most wanted! "

"Kok bisa?"

Metha, Elata, dan Megan mengedikan bahunya.

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

"Ya ampun jeng udah lama kita gak ketemu. "ucap Rani sambil memeluk Marina.

"Iya, terakhir kita ketemu waktu kita bicarain tentang perjodohan anak kita. "

"Silahkan duduk jeng. "

Marina mengangguk sambil tersenyum ramah kepada Rani.

"Mau minum apa? "

"Gak usah lagian saya cuma sebentar. Jeng jujur ya saya benar-benar merasa sedang bermimpi ketika pertama kali bertemu dengan jeng Rani dan Alvaro setelah kabar tentang insiden itu. "

~flashback on~

Rani berpamitan kepada keluarga Victor sambil membawa koper besar besar. Alvaro dan Aghata menangis karena mereka akan terpisah selama beberapa tahun, mereka memang sangat dekat seperti saudara.

Saat itu usia Alvaro dan Aghata masih 6 tahun, selisih usia mereka hanya beberapa bulan.

Rani memutuskan mengajak Alvaro untuk tinggal beberapa tahun di Spanyol karena kakek dari ayah Alvaro sedang sakit dan ingin menemui walau pun Rani dan Vernand sudah bercerai sejak Alvaro masih berusia 3 tahun.

"Sayang kamu jangan nangis kalian nanti pasti bertemu lagi, kita kan cuma sebentar di Spanyolnya. Alvaro kangen kan sama papa?. " Alvaro mengangguk lemah dengan air mata yang terus mengalir.

"Kami berangkat. " Pamit Rani pada keluarga Victor.

"Alva... " Tangis Aghata semakin menjadi begitu Alvaro pergi.

Dua hari kemudian

"Apa? Pesawatnya jatuh? "

"..."

"Baik saya kesana sekarang juga. Terima kasih. "

Tut... Tut...

Sambungan matikan, wajah Dhani berubah menjadi tegang dan gelisah.

Marina menghampiri Dhani yang nampak sedang gelisah dan sibuk dengan handphone nya. Rani menatap wajah suaminya dengan tatapan menyelidik.

"Ada apa pa? "

"Pewasat yang ditumpangi Rani jatuh."

Prang...

Gelas yang dibawa Aghata jatuh. Aghata berdiri mematung, wajahnya pucat pasi, tangan bergetar, dan mata berkaca.

"Aghata... " lirih Dhani dan Marina bersamaan

"Alva... " suara berat dan serak keluar dari mulut Aghata.

Marina memeluk erat tubuh putri semata wayangnya yang terus menangis. Marina mencoba menenangkan Aghata tapi tetap menangis tanpa henti.

~Flashback of~

💗💗💗

My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang