Part 22

45 6 0
                                    

Semenjak kejadian waktu itu Aghata menjaga jarak Alvaro. Jujur dia senang jika Alva kecilnya masih hidup dan sudah tahu keberadaannya walaupun sebenarnya Alva selalu ada di dekatnya yaitu Alvaro.

Seperti orang bodoh yang tidak tahu bahwa itu adalah orang yang sama. Bahkan dari namapun sudah di ketahui dan itu sangat mirip. Memang perubahan fisik sangat jauh karena sekarang mereka sudah hampir menuju usia dewasa.

Ini benar-benar seperti mimpi. Ketika orang yang sudah lama dikabarkan meninggal kini bertemu kembali dan kita tidak menyadari keberadaannya.

"Alesa?" sapa Alvaro yang langsung duduk di sampingnya. "Lo masih mau ngehindari gue?"

Aghata menghela napas. Dia masih terdiam, jujur Aghata ingin sekali memeluknya Alvaro untuk meluapkan semua kerinduannya, tapi...

Alvaro memeluk Aghata yang masih terdiam. Jantungnya berdebar kencang, pipinya bersemu merah dengan apa yang dilakukan Alvaro.

"Gue kangen sama lo Alesa. Jujur dari pertama kali gue melihat lo gue ngerasa begitu dekat dengan lo walaupun waktu gue langsung marah sama lo gara-gara lo numpahin minuman ke baju gue, tapi begitu gue liat mata lo gue jadi inget dengan Alesa dan dugaan gue benar bahwa lo Alesa."

"Alva gue juga ngerasain hal yang sama kayak lo, tapi lo tau kan lo sama tante Rani dikabarkan sudah tiada?" air mata mengalir di pipi Aghata.

Alvaro hanya mengangguk sambil mengusap rambut Aghata.

Alvaro menjauhkan tubuh Aghata dari tubuhnya, kedua tangannya memegang bahu Aghata lalu tersenyum. Senyumannya mampu menambah persentase perasaannya dari 25% menjadi 30%. Tangan Alvaro mengusap air mata Aghata. Dan perlakuannya menambah persentase menjadi 35%.

"Udah dong jangan nangis." ucapnya begitu lembut sambil mencubit kedua pipi Aghata.

Tiba-tiba Aghata teringat akan sesuatu. "Kenapa lo terima perjodohan itu?" bisik Aghata karena tidak mau kalau sampai ini terdengar oleh orang lain walaupun keadaan kelas sedang sepi karena ini waktunya jam istirahat.

"Karena gue suka sama lo."

Aghata mencoba mencari kebohongan Alvaro, tapi nihil tidak ada kebohongan sama sekali.

"Gak lucu!" Aghata mendelikan matanya.

"Gue serius," Alvaro menjeda kalimatnya. "Walaupun gue tau hati lo milik Rayhan." terlihat kekecewaan pada wajah Alvaro meskipun dia menyembunyikan kekecewaannya dengan senyuman.

💗

Rasa sesak dan sakit timbul di dalam hati Andre. Bagaimana tidak? Ketika kita melihat seseorang yang kita cintai berpelukan dengan pria lain.

Mencintai dalam diam haruskah sesakit ini?

Andre tidak tahu harus melakukan apa. Yang dia ingikan saat ini hanyalah melihat Aghata bahagia walaupun bukan karenanya dan bukan dengannya. Itu saja sudah cukup.

Cinta tidak harus seegois itu. Cinta tidak harus saling memiliki. Percuma bersama jika tidak bahagia dan berdasarkan rasa terpaksa.

Seorang wanita sedang bergelayun manja di tangan Andre.

"Kamu liatin apa sih? Ayo pergi ke kantin aku udah laper." ajak wanita itu dengan manja.

Andre mengangguk lalu melangkahkan kakinya sambil bergandengan tangan dengan wanita itu.

Sifat playboynya muncul kembali, seperti biasanya dia mengedipkan matanya, kiss jauh, tersenyum dengan senyuman capernya ketika berpapasan dengan para siswi padahal di sisinya sedang ada seorang wanita.

Entah sihir apa yang dia gunakan, walaupun mereka tau dia playboy tetap saja jadi rebutan.

"Andre!" teriak seorang wanita dengan suara yang manja.

Yang merasa terpanggilpun menoleh ke sumber suara. "Hai my Bella."

Ya, wanita yang memanggilnya tadi itu adalah Bella.

Bella menghampiri Andre lalu menyingkirkan wanita yang tadi bersama Andre dan kini Bella yang bergelayun manja di tangan Andre.

"Sayang ke kantin yuk?"

Andre tersenyum pada Bella dengan senyuman yang sangat terpaksa. Dan akhirnya Andre mengangguk menerima ajakan Bella.

"Dasar playgirl cabe! Rayhan lu deketin, Alvaro lu deketin. Setelah di tolak mentah-mentah sama mereka sekarang lu deketin gue."

💗

Metha duduk di kantin bersama Radit. Pacar hasil ToD-nya. Mereka menikmati makanan yang dipesan oleh mereka.

Radit yang menyelesaikan makannya duluan, ia menunggu Metha menghabiskan makanannya. Mata Radit berhenti pada dua sejoli yang sedang bergandengan tangan menuju ke kantin. Ketika dua orang itu sudah cukup dekat Radit meneriakinya.

"Woi Dre! Pacar baru lo? Lisa lo kemanain? Bagi-bagi dong pacar barunya sama gue." Radit yang baru sadar bahwa ia bersama Metha. Ia melirik pada Metha dan langsung mendapat tatapan tajam dari Metha. Radit hanya tersenyum kikuk pada Metha.

Metha langsung pergi meninggalkan Radit.

"Honey tunggu!" teriak Radit yang langsung menyusul Metha.

"Makan tuh Radit! Pacar lo ngamuk." Andre tertawa dan langsung di beri kepalan tangan dari Radit.

Radit mempercepat langkahnya untuk mensejajarkan langkahnya dengan Metha. Metha terus menatap lurus tanpa sedikitpun menoleh pada Radit.

"Honey."

"Diam!" bentak Metha.

"Jangan ngegas dong nanti nyungseb."

"Pacar laknat!"

Metha semakin mempercepat langkahnya menuju kelas. Sesampainya di kelas Metha langsung menghampiri Aghata tanpa menyadari keberadaan Alvaro.

"Honey Metha Reynata Gerrald!" Teriak Radit dengan napas yang tak teratur.

Sontak Aghata tertawa ketika mendengar kata 'honey', entah mengapa kata itu begitu menggelik.

Alvaro, Radit, dan Metha menatap Aghata dengan heran karena Aghata tertawa tanpa sebab, tidak ada yang lucu di sini.

"Honey? Hahaha... Gila alay banget kalian."

"Aghata." Metha menatap Aghata dengan tatapan tajam.

💗💗💗

My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang