Mulmed Andre Anthony Edward
Aghata menatap layar handphonenya yang menampilkan fotonya dengan Rayhan. Terukir senyuman di bibirnya, senyuman kerinduan, kepedihan, dan ketulusan yang berpadu menjadi satu di waktu yang sama.
"Apakah masih ada kesempatan kedua?" tanya Aghata entah kepala siapa.
Rasa menyesal kian menyeruak dalam kalbu. Menyesal atas apa yang ia perbuat dengan alasan yang belum tentu benar kenyataannya.
Mengambil keputusan tanpa berpikir panjang yang berakhir pada penyesalan.
Terkadang realita tak seindah ekspektasi. Alur cerita kehidupan kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sering menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang belum tentu datang dua kali. Ingin sekali memutar waktu, tapi sayangnya waktu bukan oreo yang bisa diputar, dijilat, apalagi dicelupin.
"Foto dia mulu yang lo liatin kapan foto gue?" tanya Andre tiba-tiba, sehingga membuat Aghata terperanjat kaget.
Aghata langsung menyimpan handphonenya. "Eh kembaran Manurios, tapi otaknya geser."
"Muji apa ngehina sih?" tanya Andre tidak terima.
"Gak keduanya tuh." jawab Aghata dengan nada bergurau.
Tatapan Andre berubah menjadi serius. "Lo kapan move on dari Rayhan?"
Aghata menghela napas. Pertanyaan yang Andre berikan sulit untuk dijawab, karena sejujurnya terkadang perasaan Aghata ke Rayhan menambah dan kadang berkurang jika Aghata berada di dekat Alvaro.
"Ok, gak pa-pa kalo lo gak bisa jawab, gue gak maksa. Tapi lo terus terang aja sama gue kalo lo ada masalah, lo bisa curhat sama gue dan gue jamin curhatan lo gak bakal bocor karena gue udah dilapisi nodrop dan mulut gue gak ember kayak cewek."
"Thank ya, gue jadi ngerasa punya kakak." Aghata tersenyum dengan tulus dengan tapapan teduhnya.
"Gue gak masalah lo cuma anggap gue hanya sebagai kakak lo, yang penting lo nyaman. Walaupun gue pengen dianggap lebih sama lo. Gue cuma pecundang yang gak bisa nyatain perasaan gue sama lo, hanya karena gue takut lo bakal jauhin gue." batin Andre.
"Move on itu susah ya walaupun tak pernah saling memiliki."
Andre mengangguk sambil mengacak-ngacak rambut Aghata dengan gemas. Aghata memanyunkan bibirnya karena kesal dengan Andre yang selalu membuat rambutnya kayak singa jantan.
"Gak usah manyun ala bebek, mending ke kantin aja yuk."
Andre meraih tangan Aghata. Aghata bangkit dari duduknya, lalu berjalan beriringan menuju kantin. Siswa siswi yang berpapasan dengan mereka menatap iri terhadap Aghata karena Aghata selalu saja dekat dengan most wanted di SMA Starlight. Setiap siswi yang berpapasan dengan Andre selalu menyapa dan memberikan senyuman termanisnya. Andre membalas mereka dengan senyuman, kedipan mata, dan kiss jauh yang membuat para siswi menjerit histeris.
"Dasar playboy genit!"
Aghata berjalan terlebih dahulu meninggalkan Andre yang masih asyik dengan dengan para fansnya. Andre yang menyadarinya langsung berlari menyusul Aghata.
"Kenapa ninggalin? cemburu? "
"Cihh.. ngapain juga gue cemburu sama playboy yang genitnya pake banget."
"Gue juga playboy gara-gara lo."
"Yang penting gue ganteng. Ya kan? " Andre menaik turunkan alis tebalnya.
Andre mengajak Aghata untuk duduk bergabung dengan teman-temannya. Aghata menatap ke arah yang ditunjuk oleh Andre dengan heran. Aghata mendapati temannya dan juga Alvaro sedang duduk disana.
"Darimana dulu? Udah jadian? Jangan lupa traktirannya!"
Baru saja mereka sampai, sudah di wawancarai dengan beribu pertanyaannya dari wartawan gosip ilegal. Memang benar ya, sahabat itu bagaikan KEPOMPONG, kadang KEPO kadang reMPONG.
"Apaan sih! Siapa juga yang jadian. Btw kok kalian ada disini? "
"Eh, lupa gue belum kasih tau lo. Gini, kan bentar lagi kita libur tengah semester terus kita mau rencanain camping di puncak bogor." jelas Elata memakili yang lainnya.
"Kak Ray udah pulang?"
"Kenapa jadi kak Ray sih?"
"Soalnya dulu dia ngajakin gue buat camping bareng di puncak bogor." lirih Aghata kecewa.
"Lo bisa 'kan lupain kak Ray sebentar? Mending kita happy-happy dulu di sana, lupain masalah kita sejenak."
"Gue gak tau bisa ikut sama kalian atau nggak, soalnya gue pasti dilarang sama nyokap gue."
◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌
Aghata membuka buku pelajarannya karena besok sudah mulai ulangan akhir semester. Tangannya membuka lembaran kertas untuk membaca halaman baru. Setelah selesai dibaca dan dipelajari Aghata mengisi soal untuk mengetes kemampuannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.07 WIB, sudah hampir tengah malam tapi Aghata masih belum tidur karena masih sibuk menghapal. Kebiasaan Aghata atau mungkin rata-rata pelajaran menghapal dengan sistem kebut semalam, belajar di rumah hanya saat akan ulangan.
Sinar matahari menerobos jendela kamar Aghata, membuat mata Aghata terasa silau dan akhirnya dengan terpaksa Aghata membuka matanya. Aghata mengedarkan pandangannya yang masih kabur, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Aghata melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 06.11 WIB Aghata baru sadar jika ia tertidur ketika sedang menghapal.
"Sial! Gak ada yang bangunin gue apa? Telat kan jadinya!" Aghata beranjak dari meja belajar, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Setelah bersiap-siap Aghata keluar dan mencari orang tuanya untuk pamit pergi ke sekolah.
"Yuhuu... Ma, pa?"
"Eh, non, nyonya sama tuan belum pulang." ucap bi Asih yang memdekati Aghata.
"Oh, yaudah, Aghata berangkat dulu bi! Jangan kangen! "
Bi Asih hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah Aghata.
◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌
Aghata duduk di kursi, napasnya tidak teratur, jantung berdebar kencang, keringat membasahi tubuh dan wajahnya. Ditariknya napas dalam-dalam, lalu dihembus pelan berulang-ulang dan Metha mengikuti apa yang dilakukan Aghata.
"Kenapa lo? Abis di kejar setan?"
"Gue takut telat terus dihukum. Masih mending sih kalo cuma dihukum, gimana kalo sampe nyokap gue tau? Bisa mati deh gue."
Metha mengangguk-anggukan kepala. Hingga satu hal yang ingin ia tanyakan muncul di dalam benaknya.
"Gimana? Lo udah bilang sama nyokap lo tentang camping? Udah di izinin?"
◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌
Vote and comment

KAMU SEDANG MEMBACA
My Life
Teen FictionTentang seseorang yang dirindukan, namun takdir tak mungkin mempertemukan. Tapi siapa yang tahu jika takdir dapat berubah dan merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tentang dia yang pernah menghilang, lalu kembali membawa kebahagiaan d...