Part 12

67 9 0
                                    

Aghata tersenyum manis kepada Dhani sambil membawakan kopi hangat di tangannya, lalu Aghata duduk berhadapan dengan Marina.

"Pasti ada sesuatu nih, makanya baik, nyempetin bawain kopi buat papa, biasanya juga nggak." ucap Dhani, sambil meniup kopi yang dibawakan oleh Aghata.

"Mama juga berpikiran seperti itu Pa." tambah Marina sambil mengoleskan selai coklat ke roti.

"Pa?" Panggil Aghata manja "Aghata boleh ya, bawa mobil ke sekol-"

"Gak boleh, nanti kamu malah jalan-jalan dulu sama pacar kamu." potong Marina cepat.

"Ma, boro-boro jalan sama pacar, pacarnya juga gak punya. Aghata juga 'kan pengen kayak temen-temen Aghata, bawa kendaraan sendiri."

"Eng-"

"Yaudahlah, mah, Aghata udah besar."

"Yeay, makasih Papa. Aghata sayang banget sama Papa. Aghata pergi ke sekolah ya, bye-bye." Ucap Aghata sambil pergi membawa kunci mobil.

"AGHATA SARAPAN DULU!"

"AGHATA GAK LAPAR, MA."

Aghata membuka pintu mobilnya, lalu menyalakan mesin mobilnya. Aghata mengemudi dengan kecepatan standar. Aghata menghentikan mobilnya karena lampu merah.

Tittt... Tittt...

Aghata menoleh ke kiri mencari siapa yang membunyikan klakson. Aghata melihat Alvaro tengah tersenyum kepadanya sambil melambaikan tangannya, Aghata membalasnya dengan senyuman.

Lampu lalu lintas sudah berubah menjadi warna hijau, Aghata kembali fokus ke depan jalan.

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

"Sendiri aja neng?" tanya Alvaro yang tiba-tiba berada di samping Aghata sambil membawa bakso miliknya.

"kelihatannya?" sinis Aghata

"Haha, kayak jomblo aja sendiri." Alvaro duduk di kursi samping Aghata.

"Emang gue jomblo."

"Wihh... kode keras nih minta di tembak."

"Kode apaan? Gue gak kasih kode dan gue juga gak minta di tembak. Kan di tembak itu sakit apalagi kalo kena jantung atau otak bisa dead.

"Lo polos atau bego?"

"Gue? Gue itu manusia yang cantik, baik, imut, tidak sombong, dan rajin menabung."

Alvaro mengangguk-ngangguk. Entah kenapa rasanya berada di dekat Aghata rasanya nyaman, seolah-olah dirinya dengan Aghata sudah kenal lama. Alvaro juga merasa bahwa Aghata itu adalah Allesa, teman kecilnya. Jujur saja Alvaro sangat merindukan sosok Allesa.

Alvaro menatap Aghata dengan penuh tanda tanya dan menatapnya dengan sangat lekat, Aghata yang menyadarinya langsung salah tingkah dengan pipi merona.

"Jangan liatin gue terus! Gue gak suka diliatin, apalagi kalo lagi makan." protes Aghata, memalingkan wajahnya.

Alvaro tidak menuruti maupun mendengarkan ucapan Aghata. Alvaro menatapnya semakin lekat, memajukan wajahnya sampai jarak mereka semakin menipis. Jantung Aghata berpacu dengan cepat, napasnya sesak karena jarak mereka begitu dekat.

Tangan Alvaro bergerak mengusap bibir Aghata, lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Aghata.

"Kayak anak kecil lo, makan aja belepotan."

Aghata menautkan alisnya, menatap Alvaro dengan heran.

"Kenapa lo? Oh, lo tadi ngira gue mau nyium lo?"

"Eng-gak. " Aghata menggelengkan kepalanya.

"Gue gak percaya."

"Mau lo percaya mau nggak, lo pikir gue peduli? Nggak!"

"Terserah lo aja yang penting lo bahagia."

Alvaro merogoh sakunya mengeluarkan benda canggih miliknya. Diam-diam Alvaro memotret Aghata yang sedang sibuk dengan makannya, sehingga tidak menyadari dirinya sedang dipotret.

Handphone Alvaro tiba-tiba berdering saat memotret Aghata, hingga membuat Alvaro kaget dan handphonenya jatuh ke dalam kuah baksonya yang sudah dingin dan sama sekali belum Alvaro makan.

"Sialan." umpat Alvaro

Aghata dan Alvaro menatap ke kuah bakso campur handphone yang nyawanya diambang kematian. Bukannya cepat-cepat mengambil handphonenya, Alvaro malah terus menatap nasib handphonenya.

"Kok gak di ambil?"

Alvaro mengalihkan pandangannya menjadi menatap Aghata. "Buat apa? handphone guenya juga palingan sedang mengalami sakaratul maut."

"Siapa tau masih bisa di perbaiki."

"Gampang tinggal beli lagi, tapi masalahnya gue gak mau kehilangan foto-foto l-" Alvaro menggantung kalimatnya. Hampir saja Alvaro keceplosan, kalo Alvaro suka menyimpan foto-foto Aghata.

Aghata menautkan alisnya menatap Alvaro dengan heran. "Foto siapa?"

"Kepo lo kayak Dora."

"Daripada lo monyetnya Dora!"

"Mana ada monyet ganteng kayak gue," Ucap Alvaro sambil mengambil handphonenya, lalu mengusapkan handphonenya yang basah ke baju Aghata.

Mulut Aghata terbuka lebar dan menatap Alvaro tajam, karena yang dilakukan Alvaro benar-benar menyebalkan. Baru saja Aghata ingin meluapkan kemarahannya dan ngomel-ngomel pada Alvaro, tapi mulut Aghata yang terbuka langsung disumpal mie ayam milik Aghata oleh Alvaro.

"Mau marah? Makan dulu mie nya baru lanjutin marahnya. Gue pergi dulu ya, kalo udah nelan mie yang ada di mulut lo, baru lo boleh ngelanjutin marahya." Alvaro tersenyum manis, tapi kesannya itu sangat menyebalkan.

"AWAS AJA LO!"

"Marah-marah mulu neng. " Ditariknya kursi di depan Aghata oleh Elata.

"Eh ini bakso siapa? Oh gue tau pasti lo mesenin buat gue 'kan? Ya ampun Ta, makasih loh, baik banget sih lo. "

"Itu punyanya makhluk astral,"

"Makhluk astral?"

"Ah, udahlah, lupain aja. Metha sama Megan kemana? Mereka masih napas 'kan?"

"Tenang aja mereka masih napas kok, detak jantungnya juga masih ada."

Mereka berdua mengobrol panjang kali lebar kali tinggi mulai dari hal yang penting sampai yang tidak penting. Semakin lama mereka semakin bosan dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas dan bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

Brukkk...

Aghata terjatuh menabrak sesuatu. Aghata berdiri di bantu oleh Elata. Dagunya diangkat kasar oleh seseorang, sehingga Aghata dapat melihat siapa orang itu. Aghata menepis tangan Bella dan menatapnya dengan tatapan meremehkan.

"Apa lo liat-liat gue? Berani lo sama gue?"

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang