"Siapa? "
"Kepo lo kayak dora! " ucap Alvaro sambil mengacak rambut Aghata lalu merapikannya lagi.
"Lo monyetnya dora! "
"Biarin yang penting bisa deket lo terus. " Aghata memalingkan wajahnya lalu tersenyum tipis.
Malam semakin larut, jam telah menunjukkan pukul 11.35 WIB sudah hampir tengah malam tapi mereka belum merasakan kantuk sedikit pun.
Langit di puncak terlihat sangat indah, jika tidak diabadikan rasanya sangat di sayangkan. Aghata menekan tombol daya untuk menghidupkan handphone lalu membuka kamera.
"Alvaro sini dong foto bareng! "
Alvaro mengangguk lantas bangun dan menghampiri Aghata yang sedang asyik berfoto ria. Alvaro mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Aghata.
Ckrekkk...
Aghata membuka galeri, melihat kembali fotonya dan Alvaro.
"Fotonya lucu jadi siluet. "
"Tapi lebih lucu lo. "Alvaro mencolek ujung hidung mancung Aghata.
Pipi Aghata merona, untung saja langit gelap jadi tidak terlihat jelas pipi merona Aghata.
"Kita ke tenda yuk? Udah hampir tengah malam. "
Mereka berjalan menuju ke tenda. Setelah sampai di tenda mereka masuk ke dalam tenda masing-masing.
Aghata membaringkan tubuhnya di samping Metha sambil memejamkan matanya walau tidak ada rasa kantuk sedikit pun.
Matahari mulai muncul dari ufuk timur. Sinarnya menerobos jendela tenda sehingga membangunkan makhluk hidup yang sedang camping di sana.
Aghata dan yang lainnya bergegas untuk mandi. Setelah selesai mandi mereka mengambil barang-barang yang di perlukan untuk berjelajah.
"Siap semua? "
"Siap! " ucap mereka serentak
"Kita berdoa terlebih dahulu sebelum kita berjelajah. Al-fatihah. "Mereka mengangkat kedua tangan dengan telak tangan sedikit ditekuk, menundukkan kepala untuk memulai berdoa lalu mengusap muka dengan telapak tangan setelah selesai berdoa.
Mereka mulai berjalan meninggalkan tenda di komando oleh Alvaro, menyusuri hutan yang dipercaya ada hal gaib oleh masyarakat setempat. Tetapi mereka tidak mempercayai hal tersebut.
"Al gimana kalo di sini beneran angker? " Aghata memegang erat tas yang di bawa Alvaro.
"Itu mitos, gak usah di percaya! " Alvaro memegang tangan Aghata yang dari tadi memegang erat tasnya.
Mereka berdua berjalan berduaan paling depan.
Radit menepuk-nepuk pundak Andre. "Sabar bro jomblo itu pedih. Gue duluan ya sama pacar gue. "
Setelah menjelajahi hutan mereka memutuskan untuk pergi ke air terjun. Perjalanan menuju tempat yang mereka tuju yaitu air terjun, tinggal beberapa ratus meter lagi.
Alvaro melirik kepada Aghata yang terlihat kecapean. Keringat membasahi tubuh Aghata, napasnya tak teratur, dan kaki yang mulai melemas.
"Cape? " tanya Alvaro tanpa menghentikan langkahnya.
"Enggak. "
"Yaudah bawain tas gue! " Alvaro memberikan tas nya pada Aghata sementara Aghata hanya menatapnya dengan kesal. "Udah cepet bawa, lagian gak berat kok. "
"Hello! Seharusnya lo yang bawain tas gue!"
"Udah cepet bawa gue mau lakuin sesuatu jadi kalo gue bawa tas nanti ribet. "
Aghata mengambil tas Alvaro dengan berat hati, Aghata terpaksa melakukan hal ini karena tidak ingin buang buat energi buat ladenin makhluk disebelahnya.
Setelah tasnya berada di tangan Aghata, Alvaro berjongkok di depan Aghata.
"Naik! "
"Naik kemana? "
"Naik ke pundak kucing, ya ke punggung gue lah. "
"Lo mau gendong gue?" Aghata memastikan dibalas dengan anggukan Alvaro.
"Gak usah gue masih kuat kok. "
"Gue gak mau ambil resiko, kalo lo pinsan disini terus gak ada napasnya gue harus bilang apa sama orang tua lo?"
Aghata mencubit lengan Alvaro sehingga meringgis sakit. "Kalo ngomong di jaga! "
"Pedes banget sih neng cubitannya jadi sayang deh gue. "
Aghata tersenyum. "Aaaa.... Gue juga jadi pengen nabok lo deh. "
Alvaro terkekeh geli. "Yaudah cepetan naik! Kalo enggak gue bakal... "
"Gak usah di lanjut gue tau otak lo kotor."
"Cepetan naik! Pegel gue jongkok terus. " Dengan ragu-ragu Aghata naik ke punggung Alvaro.
"Pegangan. Nanti lo jatuh kan ribet nanti urusannya. " Aghata memegang rambut Alvaro lebih tepatnya menarik rambut Alvaro.
"Awww gila, jangan tarik rambut gue juga kali. " Aghata mendengus kasar lalu melepaskan tangannya dari rambut Alvaro.
"Heh kalian berdua! Kalian pikir gue obat nyamuk apa? Pake acara romantis romantisan segala kayak di FTV aja. " teriak Andre
"Lanjut aja jangan dengerin jomblo yang satu ini, dia sirik. " balas Radit dan seketika tawa meledak.
Sesampainya di air terjun Radit mengeluarkan kameranya lalu berfoto ria dengan kekasih barunya dan berfoto bersama yang lainnya.
Mereka asyik bermain air di air terjun. Setelah merasa puas mereka mengganti baju di gubuk dekat sana karena air terjun ini belum di kelola dan sangat jarang ada orang yang datang ke air terjun itu karena masyarakat setempat mempercayai bahwa di sana angker makanya tidak ada ruang ganti baju maupun kamar mandi.
Aghata mengetuk pintu gubuk itu tapi tidak ada jawaban dan sepertinya tidak berpenghuni jika dilihat dari kondisi gubuk yang tidak terurus. Aghata masuk ke dalam gubuk itu tanpa ditemani seorangpun karena temannya masik asyik di air terjun.
"Kok gue merinding ya? Ah mungkin gue nya aja yang penakut makanya jadi merinding gini. " Aghata memegangi lehernya yang terasa sangat dingin dan bulu-bulunya terangkat.
"Tapi kalo ini gak ada pemiliknya kenapa ada lampu? Tau ah gue gak peduli. "
Aghata masuk kedalaman kamar mandi dan terdapat sumur di dalamnya. Aghata menggantungkan tasnya.
Dan
Jeppp....
Lampu kamar mandi tiba-tiba mati
💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life
Teen FictionTentang seseorang yang dirindukan, namun takdir tak mungkin mempertemukan. Tapi siapa yang tahu jika takdir dapat berubah dan merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tentang dia yang pernah menghilang, lalu kembali membawa kebahagiaan d...