Part 11

67 9 1
                                    

Alvaro memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Alvaro masuk ke dalam rumahnya, lalu memberikan salam pada mamanya. Alvaro mencium punggung tangan mamanya

"Tumben pulang jam segini?" tanya Rani (mama Alvaro)

"Gurunya lagi rapat, makanya dibubarkan lebih awal. Mama gak ke kantor?"

"Nggak." Marina tersenyum pada Alvaro.

Alvaro, sekarang tinggal bersama mamanya karena orang tuanya sudah bercerai. Papa Alvaro sekarang tinggal di Spanyol, tempat kelahirannya dan papanya. Jadi wajar lah nama dan wajahnya Spain banget.

"Kamu udah ketemu sama tante Marina?" tanya Rani.

"Belum, Ma. Lagian Alvaro lupa jalan ke rumahnya." cengir Alvaro memperlihatkan deretan gigi pepsodentnya.

"Nanti kapan-kapan kesana, ya, bareng Mama, sekalian silaturrahmi. Oh, iya, kamu masih inget sama  anaknya tante Marina?" tanya Rani.

"Inget dong. Masa gak inget sama Allesa yang pipinya kayak bakpau."

"Pasti sekarang udah besar banget, tumbuh jadi gadis cantik. Mama jadi kangen."

"Yaudah, Ma, Alvaro ke kamar dulu. Mau mandi supaya lebih fresh." pamit Alvaro.

Rani mengangguk sambil tersenyum, mengusap pipi Alvaro.

Alvaro masuk ke dalam kamarnya, menyimpan tas dan mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Alvaro keluar memakai baju santainya, lalu duduk bersandar di atas kasur sambil memainkan handphonenya.

"Kok, gue ngerasa kayak udah kenal lama banget sama Aghata. Gue ngerasa kalo Aghata itu adalah Allesa, dari namanya juga sama, tapi kalo dia Allesa, bodynya jauh banget, Allesa kan gemuk, sementara Aghata bodynya kayak gitar Spain walaupun gak terlalu menarik. Apa Allesa diet ya? Ah tau ah mending gue Chat aja si Aghata."

Alvaro membuka aplikasi whatsapp mencari kontak Aghata, lalu jarinya mengetik keypad dengan lincah bak ballerina sedang menari mengikuti alunan musik.

Aghata?

Ini nomor siapa ya?

Yang pasti pemilik nomornya itu ganteng

Ini siapa?

Manusia

Please, jawab yang bener, kalo nggak gue blok nomor lo!

Blok aja kalo berani

Ih jawab dulu!

Lo pasti Alvaro kan?

Cie kok tau? Lo ada rasa ya, sama gue? makanya lo tau ini nomer gue

Dapet darimana lo, nomor gue?

Dari hati

Cuma di read

Pasti lagi senyum-senyum sendiri kan? terus pipi lo merah

Alvaro membayangkan bagaimana Aghata saat ini. Mungkin pipinya merah merona, senyum-senyum sendiri, dan salah tingkah.

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

Clekkk...

Marina membuka pintu kamar Aghata. Marina melihat Aghata sedang senyum-senyum sendiri sambil memandang handphonenya.

Marina melipat kedua tangannya di depan dada sambil bersandar di ambang pintu kamar Aghata. Marina terus memperhatikan sikap anaknya yang menurutnya, akhir-akhir ini jadi sedikit berbeda, sering senyum-senyum sendiri, tapi kadang murung dan jadi pendiam.

Aghata merasa ada yang memperhatikannya sejak tadi, Aghata menoleh ke arah pintu dan mendapati Marina sedang bersandar di ambang pintu kamarnya.

Mata Aghata terbelalak, pipinya merah merona, dan Aghata menjadi salah tingkah.

"Mama sejak kapan ada di kamar Aghata? Kok gak ketuk pintu dulu?"

"Sejak kamu senyum-senyum sendiri sambil mandang handphone. Tadi kamu bilang mama gak ketuk pintu? Mama udah ketuk pintu beberapa kali, tapi kamu gak jawab, yaudah mama buka pintunya. Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?"

"Nggak papa."


"Yaudah, kamu ke ruang keluarga, Papa udah pulang. "

"Papa udah pulang? Bawa oleh-oleh? Banyak nggak oleh-olehnya? Ah, Mama lama jawabnya Aghata turun duluan, ya, ma bye-bye."

Aghata mencium punggung tangan Marina, setelah itu Aghata berjalan setengah berlari ke ruang keluarga. Sesampainya di ruang keluarga, Aghata melihat Dhani (papa Aghata) sedang duduk di sofa sambil membaca koran. Aghata duduk disamping Dhani.

"Pa? Papa, gimana kerjanya, cape gak? Papa mau dibikinin kopi sama Aghata?" tanya Aghata.

"Tumben perhatian. Papa mencium ada sesuatu di balik perkataan kamu."

"Hehe... Kok tau?"

"Tau lah kamu kan anak papa satu-satunya."

"Ok, gini pa, to the point aja, ya." Aghata menarik napas. "Oleh-oleh buat Aghata mana?" tanya Aghaya dengan sekali napas.

"Tuh dari tadi nanyain oleh-oleh." ucap Marina yang baru datang.

"Ada di kamar."

Aghata beranjak dari sofa untuk mengambil oleh-olehnya.

"Nanti aja ngambilnya, Papa sama Mama mau bicara serius sama kamu."

Mau tidak mau Aghata harus duduk kembali. "Tentang apa?"

"Nanti setelah kamu selesai sekolah, kamu langsung tunangan sama anaknya temen Papa."

"What?! Pa, Ma, ini Aghata bukan Siti Nurbaya, zaman gini masih aja ngejodohin anaknya. Lagian Aghata gak kenal dan Aghata gak mau sama om-om."


"Papa jodohin kamu sama anaknya bukan sama bapaknya."

"Aghata, kamu juga kenal kok sama orangnya dan Mama yakin kamu juga suka."

"Aghata gak mau dan gak bakalan suka sama dia titik."

Mood Aghata seketika hancur. Aghata sudah membayangkan bagaimana dengan orang yang dijodohkan dengannya. Dalam pikiran Aghata dia itu kayak om-om, cupu, penampilannya nggak banget. Ah, sudahlah memikirkan hal itu malah membuat mood menjadi hancur bagaikan butiran debu.

Aghata memikirkan cara bagaimana dia bisa membatalkan perjodohannya.

"Apa gue suntik mati aja, ya orangnya? Tapi kan gue gak punya suntikannya dan gue gak tau siapa orang nya. Pokoknya ini gak boleh terjadi! "

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang