FIRST PROBLEM

1.1M 37.2K 4.4K
                                    

"Salsabila? Lo ketua Osis kan?", saat Salsa sedang menikmati surga kecilnya di kantin, seorang cewek menghampirinya. Salsa menganggukkan kepalanya, menyetujui bahwa dirinya adalah yang dimaksud. "Eh, lo dipanggil sama Bu Endang ke BK, sekarang juga katanya", lanjut cewek itu seraya menyampaikan informasi.

"Wait, ada apa kalo boleh tau?", Salsa menghentikan aktivitas makannya. Sejujurnya Salsa bingung, kenapa BK memanggilnya? Apa dia melakukan kesalahan? Sepertinya tidak.

"Waduh, kalo itu gue juga gak tau, Sal. Gue cuma menyampaikan apa yang diperintahkan sama Bu Endang. Itu aja. Selebihnya, itu urusan kalian berdua", ujar cewek itu.

"It's okay. Thanks ya", setelah Salsa mengucapkan itu, cewek tadi langsung pergi setelah berkata "iya, sama-sama". Salsa segera membayar pesanannya, lalu bergegas pergi ke ruang BK.

🦄🦄🦄

"Kamu lagi, Juna. Minggu kemarin, sama anak Garuda. Sekarang sama anak sekolah mana lagi, ha?", ucap wanita separuh umur itu.

"Bima Sakti, Bu", jawab Juna dengan entengnya. "Tapi kali ini, bukan salah saya, Bu. Mereka yang duluan kibarin bendera perang sama sekolah kita", lanjut Juna setelahnya.

"He, sekolah kita tuh gak punya masalah. Justru anak-anak kayak kalian ini yang nyari-nyari masalah. Dan, nama sekolah yang kena imbasnya", bantah wanita yang diketahui bernama Endang itu.

"Ah, Ibu mah gak percayaan kalo sama saya. Saya tuh gak bohong, Bu. Sumpah dah", Juna mengangkat jari telunjuk dan jari tengah miliknya. Berharap Bu Endang percaya padanya. "Mereka yang cari gara-gara, Bu. Saya cuma ngeladenin. Kalo gak saya ladenin, mereka makin ngelunjak".

"Sudahlah, Juna. Pusing ini kepala saya, lama-lama ngurusin kamu", Bu Endang memegang kepalanya, seolah menjadi pendukung akan ucapannya tadi.

"Lah, saya gak minta Ibu ngurusin saya kan? Ibu aja yang ikut campur", mungkin Juna sudah gila, karena berbicara seperti itu pada guru di depannya ini.

"Ya Tuhanku... Ngidam apa orang tuanya dulu? Sampai ngeluarin anak kayak gini dari rahimnya", Bu Endang mengangkat kedua tangannya. "Kalo aja, kamu anak saya. Udah saya masukkin lagi kamu, ke dalam kandungan", bisa dilihat, kini Bu Endang geram dengan tingkah anak didiknya yang satu ini.

Tok tok tok

"Permisi, Bu", seseorang memecah suasana antara keduanya. Salsa, dia berada di ambang pintu.

"Nah, ini dia. Silahkan masuk", perintah Bu Endang pada Salsa. Salsa pun segera masuk, dan duduk di sebelah Juna, saat Bu Endang mempersilahkannya.

"Hm, ada apa ya, Bu?", tanya Salsa begitu hati-hati. Dia masih bingung juga hingga saat ini.

"Kamu lihat, si kunyuk di samping kamu itu? Saya serahkan dia sama kamu. Capek saya lama-lama sama dia. Dia gak mengindahkan peringatan dari saya selama ini. Mungkin, kalo sama kamu, dia bisa nurut", jelas Bu Endang. Tapi, bukannya mengerti, Salsa justru semakin bingung.

Kunyuk? Siapa? Cowok di sampingnya ini? Tapi kenapa harus dia? "Maksudnya gimana, Bu?", tanya Salsa.

"Ck, lo itu di suruh ngurusin gue, Bego. Cantik-cantik pekok juga nih cewek", umpat Juna. Salsa merasa geram.

Salsa mengepalkan tangannya di samping rok sekolahnya. "Gue telen lo!", tak tanggung-tanggung, Salsa memberinya tatapan mematikan.

"Kamu kasih aja dia hukuman, sekiranya sampai dia kapok. Hm... Hitung-hitung, ini kerja pertama kamu sebagai ketua Osis baru", Bu Endang memberi senyumannya pada Salsa.

"Dia kenapa emang, Bu?".

"Kamu tanya aja nanti sama dia, sembari kamu pikirkan, hukuman apa yang cocok buat dia".

ARJUNA [TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang