21. Kepo To The Max

35K 3.2K 95
                                    



Jangan lupa vote komennya 😘😘😘

Darren dan Kak Naya batal menikah?

Kenapa?

Tuh kan aku jadi kepo. Ih, semenjak kapan aku jadi suka kepo begini. Tapi susah juga untuk dihilangkan dari pikiranku.

"Xia, bengong aja lo. Ayo ke ruangannya Bu Carla, udah jam setengah sebelas nih." panggil Maya yang berjalan melewati kubikelku.

Semenjak info dari Mama yang kudengar saat sarapan sebelum berangkat ke kantor tadi, membuatku jadi tak konsentrasi dalam mengerjakan pekerjaanku. Aku sampai lupa kalau sekarang sudah jam sepuluh lewat tiga puluh menit, Bu Carla meminta seluruh anak buahnya untuk meeting di ruangannya.

Tim finance and accounting yang jumlahnya empat orang dan semuanya perempuan itu telah berkumpul di ruangan Bu Carla membahas pembagian tugas dari pekerjaan Gea yang sebulan lagi akan menjalani cuti melahirkan anak yang kedua. Ya, kandungan Gea sudah akan memasuki bulan-bulan terakhir dan dia akan mengambil cuti selama tiga bulan. Untuk mem-backup pekerjaan kami, nanti akan diperbantukan satu orang anak magang. Baik aku, Lina, maupun Maya, semuanya mendapat jatah masing-masing. Untuk pekerjaan yang sifatnya lebih krusial akan ditangani oleh Bu Carla langsung.

Aku kebagian beberapa pekerjaan yang menyangkut dengan urusan laporan kepada BI, serta pekerjaan yang berhubungan dengan closing akhir bulan. Untungnya pekerjaan itu termasuk ke dalam kelompok bagian pekerjaan yang dikerjaan satu kali dalam sebulan sehingga tidak mengacaukan ritme kerjaku sehari-hari.

"Akhirnya sebentar lagi launching ya baby lo, Ge." kata Lina disela-sela meeting.

"Hehe, doain ya guys mudah-mudahan lancar. Gue masih tetep bisa dihubungin kok kalau ada apa-apa. Asal jangan pas lagi ngebrojol aja lo pada nelponin gue." ucapnya sambil mengelus perutnya yang buncit.

"Iya lah, kan nggak lucu pas gue telpon lo lagi ah oh ah oh sambil teriak-teriak." jawab Lina diikuti kekehan semua perempuan di dalam ruangan itu.

Lima belas menit kemudian meeting internal kamipun selesai dan semuanya kembali ke meja masing-masing. Baru saja aku hendak duduk di kursiku, aku melihat sekelebatan sosok yang sepertinya ku kenal sedang berjalan memasuki ruangan manager HRD.

Apa iya itu dia? Tapi ngapain dia disini kok bisa?

Aku melanjutkan pekerjaanku tapi mata tetap melirik ke arah ruangan yang tadi dimasuki seseorang seperti Darren.

"Liatin apaan lo? Kerja yang bener dong." goda Maya yang tiba-tiba berdiri di depan kubikelku. Aduh ketauan deh lagi kepo.

"Nggak liatin apa-apa." elakku sambil mengetik kembali dan fokus ke layar laptop.

"Lo liat juga ya cowok yang tadi masuk ke ruangannya Pak Andri? Ganteng ya, bisa kayaknya tuh gue prospek jadi calon pacar gue." ucap Maya berandai-andai.

Haha, belom tau dia! Kalo tau gue udah ngapain sama cowok itu bisa mati berdiri lo, May. Aku cuma tersenyum miring mendengar ocehan Maya.

Tapi aku jadi kepikiran lagi omongan Mama tadi pagi, kira-kira apa ya yang membuat pernikahan Darren dan Kak Naya batal? Nggak mungkin kan Darren yang batalin?

"Sssttt... sssttt.. gosipin apaan lo? Pasti tamunya Pak Andri ya?" Lina ikut menghampiri kubikelku dan dijawab anggukan sumringah Maya. "Coba di kantor kita ada bos yang ganteng cool kayak gitu ya bisa betah gue kerja."

"Raffa kan cucok juga bookkkk, ya meskipun masih brondong."

"Ah, meskipun cakep nggak level gue sama brondong. Gue sukanya yang mature kayak cowok tadi tuh." kata Lina. Well, Maya dan Lina memang lebih tua dariku.

INTERVIEW (END) - revisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang