"Lo itu dodol beneran apa pura-pura sih, Xi?" Ella bertanya gemas."Apaan sih, Mbak? Nggak ngerti gue!"
Saat ini aku dan Maya sedang berada di kamar Ella. Kebetulan roommate Ella, Staf Admin Cabang Medan sedang keluar dengan satu tim mereka diajak karaoke bosnya menghabiskan malam terakhir sebelum besok kembali ke kota masing-masing.
"Keren ya si Xia ini, kayaknya Pak Darren beneran suka deh sama lo. Tadi pas dansa aja, matanya nggak berhenti natap lo. Uuhh, gue jadi ngiri." ujar Maya yang sepertinya salah menangkap yang dimaksud Ella.
"Nggak. Gue nggak ngerasa gitu kok."
"Ya iya lah, orang lo banyak nunduk."
Huff! Ku lihat Ella cuma bisa menghela napas panjang, mungkin kalau tidak ada Maya, dia akan lebih leluasa bertanya.
Aku jadi teringat lagi ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Darren saat berdansa tadi.
"Kamu cantik banget malam ini, Lexi."
"Beruntungnya aku bisa dansa sama kamu."
"You are so beautiful."
"Rasanya pengen hentikan waktu supaya aku bisa terus sedekat ini sama kamu."
"Aku sayang kamu, Lexi."
Haduuuhhh!!! Ucapan yang terakhir bikin gue meleleh! Batinku sambil meremas ponsel baru tanpa sadar.
"Baek-baek rusak hp baru."
Oh, aku baru sadar. Ya ampun! Aku menelisik setiap detilnya, kali aja ada yang lecet. Aku belum memindahkan kartu ke ponsel baru itu. Mungkin nanti baru akan kupakai setelah sampai di Jakarta.
Duh, hengpong baru gue! Awet-awet ya, mahal bok!
"Cie ilah, diliatin terus itu hp baru."
Aku memang sedang menatap dengan takjub akan benda yang baru saja kumiliki ini. Ya iyalah, harganya setara sama motor. Sebenarnya bisa saja aku minta Papa membelikanku, tapi masalahnya beliau pasti tidak mau. Papa bukan tipe orang tua yang suka memanjakan anak-anaknya untuk hal-hal yang tidak penting. Alde saja yang sudah jago menyetir belum dibelikan mobil, kata Papa nanti kalau sudah kuliah baru boleh minta mobil.
"Iya dong, Mbak. Maenan baru. Hehe."
"Aduh, perut gue mules nih. Gue numpang berak ya, La." kata Maya meminta izin untuk memakai toilet di kamar Ella.
"Sono, sono, gih! Awas bau loh!"
"Tai mana ada yang wangi sih, La. Song Hye Kyo aja kalo berak juga pasti bau busuk." ucapnya sambil berjalan ke arah toilet.
Hahaha. Suka bener emang nih si Maya.
"Mumpung Maya lagi berak, gue mau bahas yang tadi belom sempet."
Kenapa kata berak harus diulang-ulang, sih. Gue lagi makan keripik kentang padahal!
"Bahas yang mana?"
"Yang tadi, soal Raffa."
"Kenapa emang sama dia, kan dia emang gitu anaknya. Susah liat orang senang, senang liat orang susah." jawabku ketus.
"Lo ini kayaknya sengaja nyangkal ya? Si Raffa itu jelas banget suka sama lo, dia keliatan kayak cemburu gitu pas lo dansa sama Pak Darren. Walaupun lo nggak liat, tapi gue yakin lo ngerasa."
"Nggak, Mbak. Dia tuh cuma sirik aja sama gue!" elakku.
"Susah ya ngomong sama lo." Ella menghela napas kasar. "Trus gimana, kayaknya lo lebih milih Pak Darren ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERVIEW (END) - revised
ChickLitBagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana kita berinte...