Enjoy reading! 🤓Semenjak pertemuan enam mata beberapa hari yang lalu, Darren benar-benar merubah sikapnya kepadaku. Jika kami berpapasan di kantor, ia hanya menegur basa basi busuk saja, malah seringkali cenderung menghindariku. Benar-benar seperti orang yang tak pernah kenal secara personal saja.
Loh, kan emang itu mau lo, Xia.
Iya sih. Tapi kenapa kok aku malah merasa ngenes ya dengan cara Darren yang memperlakukanku seperti orang asing. Seperti ada perasaan tak rela.
"Xi, makanan lo tu dimakan jangan diliatin aja." Ella menyadarkan lamunanku.
"Iya, Mbak." aku mengaduk-aduk soto betawi dengan tidak semangat.
"Lo kenapa sih, Xia sayang? Kayak mati segan hidup tak mau." goda Totti.
"Nggak apa-apa."
"Eh, gue denger-denger nih employee gathering tahun ini bakalan di Bali. Nggak asik deh."
"Jalan-jalan satu kantor, Mbak?" tanyaku semangat yang dijawab anggukan oleh Ella.
"Bali? Serius, La? Biasanya kan kita keluar negeri." Maya yang lagi asik makan akhirnya menimbrung.
"Iya, laba perusahaan tahun ini lagi kurang bagus."
"Ya, not bad lah. Paling nggak kita ada jalan-jalannya. Kemarin kan sempet ada gosip batal nggak ada gathering. Suntuk gue di kantor mulu berkutat sama invoice."
Ketiga rekan kerjaku itu tersenyum kecut. Aku tak peduli acara itu mau diadakan di dalam negeri ataupun luar negeri, yang penting judulnya jalan-jalan.
"Xi, lo udah kenyang apa masih mau dimakan tuh makanan lo?"
"Emang kenapa, Mas Tot?"
"Kalo udah nggak mau dimakan lagi mendingan buat gue aja. Hehe."
"Huuu dasar perut karung!" sambit Ella.
Aku akhirnya memberikan soto betawi milikku yang baru dimakan beberapa sendok, lagipula jam makan siang sebentar lagi akan berakhir. Entah kenapa hari ini tidak napsu makan.
*
Aku sedang melakukan verifikasi dokumen-dokumen invoice yang akan dibayar besok. Ketika ada satu dokumen tagihan BPJS yang kurang lengkap tandatangannya, aku mendatangi Maya memberitahu ketidaklengkapan tersebut.
"Duh, Xi. Gue lagi rempong banget nih. Lo aja ya yang mintain tandatangan ke Pak Darren."
kata Maya menolak halus, pasalnya memang di mejanya sudah menggunung dokumen invoice yang harus dikerjakan.What?!
Aku mencoba mengecek ke kubikel Dina, ternyata kosong. Aku baru ingat staf HRD sedang menghadiri training di luar kantor selama dua hari.
Yah, masa gue yang minta langsung ke Darren sih?
Setelah mengumpulkan segenap keberanian, perlahan kuketuk pintu ruangan Darren. Terdengar suara menyuruh masuk dari dalam.
"Permisi, Pak."
Darren melihat sekilas ke arahku, lalu melanjutkan kegiatannya yang sedang mengetik.
"Ya." jawabnya tanpa mengalihkan mata dari layar laptop.
"Ini ada dokumen invoicenya BPJS yang belum ditandatangani sama Bapak." aku meletakkan dokumen itu di meja, masih berdiri menunggu. Tapi Darren sama sekali tak menggubris bahkan melirik sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERVIEW (END) - revised
ChickLitBagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana kita berinte...