Ihh, kok sepi banget sih part kemaren, aku jadi ga semangat deh ☹️
Apa garing yaa???
Aku mah apah atuh, cuma bacain komen2 yang heboh dr kalian aja udah seneng banget...
Tapi ya udah deh, happy reading aja...🙂Lastly, vote n komen yang rusuh yaaa... 😘
"Raf, bisa ngobrol nggak sebentar?" aku mencegat Raffa ketika bertemu di lobi saat sedang menunggu abang ojek datang, sampai aku bela-belain cancel orderan.
"Sorry gue buru-buru!" jawabnya sambil berlalu.
"Raf, gue minta maaf. Gue tau gue keterlaluan waktu itu." aku mengejarnya menuju parkiran.
"Nggak usah dibahas lagi, gue udah lupa!" Raffa menyalakan motornya sambil menggeber-geber pedal gas di tangan.
Eh, kok pake motor matic? Kenapa motornya yang biasa?
"Ihh, kalo gitu udahan dong ngambeknya. Kan kita pren gimana sih, sepi nih nggak kena isengan lo. Kata ustadz kan nggak boleh marahan lebih dari tiga hari, ini udah hampir sebulan loh." cerocosku, lalu tanpa aba-aba, aku langsung naik di belakangnya.
"Oi, ngapain lo? Turun!"
"Nggak mau!"
"Turun, nggak!"
"Nggak mau, selama lo masih ngambek gue nggak mau turun!"
Raffa terlihat geregetan, ia lalu memundurkan tubuhnya mendorongku agar aku turun dari motornya.
"Ih, apa-apaan sih lo mundur-mundur, ntar gue jatoh, Malih!" aku spontan melingkarkan tanganku ke perutnya. Eh, ya ampun, keras juga ya, perasaan waktu itu belom sekeras ini deh!
"Ngapain lo peluk-peluk gue?! Modus lo!"
"Makanya jangan dorong-dorong!"
Raffa terlihat semakin geram, ia melepaskan tanganku lalu turun dari motornya.
"Lah, lah...??? Mau kemana lo?" teriakku yang melihatnya berjalan menjauh.
"Naik ojek! Geli gue sama cewek ganjen, nempel-nempel mulu. Risih gue sama yang gede-gede!"
KAMPREEEETTTT!!!! Aset kebanggan ini, tauk!
Aku melempar botol air mineral ukuran kecil yang sudah kosong dan tepat mengenai kepalanya. Ia langsung berbalik dan menatapku tajam dan mendorongku pelan hingga membentur pohon yang tepat berada di sampingku.
"Eh, mau ngapain lo?!" aku kuatir karna wajahnya dekat sekali dengan wajahku.
"Kurang ajar, lo!"
"Maaf." jawabku menunduk sambil menggigit bibir. "Gue cuma pengen ngejelasin sesuatu sama lo doang, Raf. Sebentar aja, please!"
"Fine! Lo ngomong sekarang juga! Dua menit!"
Aku langsung menjelaskan perihal nazar yang yang waktu itu sempat kuucapkan. Bukan maksud hati untuk mengerjainya, tapi aku belum memiliki perasaan apapun waktu itu, sedangkan dari banyak cerita yang kudengar, nazar harus dilaksanakan dengan segera, jika tidak, ditakutkan akan terjadi hal-hal buruk kepada yang bernazar.
"Jadi gitu ceritanya, Raf. Gue harap lo mau ngerti. Sekali lagi maafin gue ya."
Raffa memejamkan mata dan menghembuskan napas kasar, "Makanya kalo punya mulut tuh jangan asal jeplak! Untung gue yang nolongin lo, coba kalo aki-aki bangkotan?!"
"Ya, kan gue panik waktu itu." aku melihat Raffa dengan hati-hati, kira-kira dia udah mau maafin belom ya?
"Sekarang udah nggak marah lagi kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERVIEW (END) - revised
ChickLitBagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana kita berinte...