Mon maap, Gaessss. Tadi itu kepencet 😂😂 aku belom selesai ngetiknya. Nah, sekarang baru deh kelar. Enjoy yaaa...Don't forget to vote and comment...
"Ayo mampir dulu, Nak Raffa."
"Makasih, Tante. Saya langsung pulang aja."
Aku dan Lala saling berpandangan horor serta bingung.
"Eeh, jangan gitu. Minum dulu sebentar, pasti capek kan abis boncengin Tante." wajah Mama sumringah sekali.
Kelihatannya Raffa tak bisa mengelak lagi, malah sekarang Mama sudah memegang lengan lelaki itu menariknya masuk ke dalam melewatiku dan Lala begitu saja tanpa melihat ke arah kami.
Saolohh! Maaakkkk, ini anakmu loh, kok dicuekin sih!
Emak gue gatel banget deh!
Saat membuka pagar, Mama menoleh ke arahku, "Kamu ngapain masih diri di situ? Cepetan masuk bikinin minum buat Nak Raffa, ajak Lala sekalian."
Aku masih terbengong-bengong melihat Mama masuk begitu saja tanpa menunggu jawabanku.
Aselik, gue berasa kayak anak tiri. Apakah gue reinkarnasi Cinderella?"Kikikikikkkk. Gue balik aja ya. Udah malem, ntar makanan emak gue keburu dingin." kata Lala sambil terkekeh membuyarkan lamunanku.
"Nggak mau masuk dulu?"
"Next time aja nggak enak ganggu prospek orang, tapi lo harus cerita sama gue ada apa semua ini."
"Suwek lo!" aku menepuk kepalanya yang ditutupi helm berbulu pink.
Setelah melihat motor Lala semakin menjauh dari pandangan, aku memasuki rumah yang di dalamnya sudah ada Raffa duduk manis ditemani Mama.
"Xi, duduk sini." ajak Mama menyuruhku duduk di sebelahnya, padahal pengen langsung masuk kamar, mandi, terus bobo cantik.
"Untung ada Nak Raffa loh tadi. Makasih ya." Raffa tersenyum mengangguk.
"Emang ada apa, Ma?"
Mama bercerita bahwa tadi sepulang dari arisan memesan taksi online. Selama perjalanan berlangsung, Mama dan supir terlibat pembicaraan ringan hingga beralih ke ranah politik. Keduanya memiliki pilihan yang berbeda. Sang Supir bertahan dengan pilihannya, Mama pun selalu mendebat dan membela pilihannya. Akhirnya keduanya beradu mulut tentang calon presiden yang paling terbaik. Ketika Mama mulai mengeluarkan statement buruk tentang Capres lawan, si supir tak terima. Suasana semakin panas hingga akhirnya Sang Supir pun memberhentikan mobilnya dan menyuruh Mama turun jika masih terus saja mengoceh. Mama yang egonya tinggi memilih untuk keluar dari mobil dan supir langsung pergi begitu saja meninggalkan Mama di pinggir jalan sepi yang sedang ada proyek pembangunan MRT. Mama menelpon Alde yang ternyata ponselnya tidak aktif, sementara Papa lagi di Bogor mengecek cabang.
"Untung aja ada Nak Raffa lewat. Pahlawan Mama." ucap Mama mengakhiri ceritanya dengan mata berbinar-binar.
Aku menepuk dahi, "Ya ampun, Ma. Gara-gara gituan aja sampe ribut. Lagian Mama ngapain sih pake bahas-bahas urusan politik. Untung cuma diturunin, kalo dikasarin gimana?"
"Abisnya Mama kesel banget, Xi. Apa sih hebatnya Capresnya dia?! Tuh kan, Mama jadi emosi lagi nih."
"Sabar, Tante. Siapapun nanti yang menang yang penting bisa membawa Indonesia lebih baik lagi." Raffa mencoba membantu meredakan emosi Mama. Prettt! Sok bijak ente!
"Nah, itu baru betul. Duh, mantu idaman. Ngomong-ngomong, pilihan kamu siapa?"
"Mama!!!" Aku langsung melotot mengingatkan Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERVIEW (END) - revised
ChickLitBagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana kita berinte...