Vote komennya yaa jangan lupa.. 😉Aku sebenarnya tak begitu semangat dengan perjalanan wisata hari ini. Mungkin karna badanku yang sedang dalam kondisi kurang baik pasca tenggelam kemarin.
Kemarin saja aku sama sekali tidak menikmati tujuan wisata pantai berikutnya, menonton tari kecak di Uluwatu, hingga saat makan malam di Jimbaran, aku benar-benar kehilangan nafsu makan. Mungkin juga salah satu penyebabnya yaitu Darren yang selalu menempel padaku. Dengan alibi bertanggungjawab sebagai ketua tim First Aid di kantor, ia selalu memastikan kondisiku dalam keadaan baik-baik saja.
Pagi ini Darren duduk kembali di sebelahku di dalam bis. Padahal aku sudah berkata tidak apa-apa tapi ia terus saja bersikeras ingin menjagaku.
"Kamu nggak tau gimana paniknya aku kemarin saat lihat kamu tenggelam. Aku nggak mau merasakan hal itu lagi." ujarnya kemarin.
"Aduuuhhh..."
Aku mendengar suara mengaduh dari bangku depanku. Shrintil? Kenapa dia?
"Pak Darren, kepala aku pusing banget nih." ucap Shrintil manja dengan gestur tubuh lebay memegang keningnya.
"Emang kamu abis ngapain, atau abis kenapa?"
"Kayaknya karna kebanyakan makan kepiting deh semalem, Pak. I can't sleep, I'm so headache."
Sa ae, bungkus lemper!
Padahal sepertinya aman-aman saja tidurnya, aku tak begitu memperhatikan juga sih soalnya semalam aku menyumpal kedua telingaku dengan kapas. Jadi, semalam tidurku cukup nyenyak.
Darren mengambil sesuatu dari tas medical kitnya. Ia menyerahkan sebutir obat kepada Shrintil.
"Ini, kamu minum biar sakit kepalanya mereda. Biasanya setelah dibawa tidur kepala terasa lebih enak."
"Bapak nggak mau pindah di sebelah saya aja? Kayaknya Galexia udah better deh, sekarang malah gantian saya yang sakit," Shrintil menghela napas menjeda ucapannya. "Mungkin karna saya sekamar sama Galexia kali ya Pak jadi ketularan sakit juga."
Eeettt dah!
"Loh, bukannya tadi kamu bilang karna kebanyakan makan kepiting. Lagipula saya disini kok di belakang kamu jadi kalo ada apa-apa gampang cek kamu."
Shrintil menyadari kebodohannya, "Oh iya, Pak. Lupa. Hehehe." jawabnya meringis lalu manyun saat Darren mengambil tangannya dan meletakkan obat itu di telapak tangannya.
Aku memandang takjub pada usaha Shrintil meskipun gagal.
"Kamu nggak usah cemburu gitu." kata Darren lirih di telingaku.
What!
"Siapa yang cemburu! Geer!" jawabku hanya dengan gerak bibir takut ada yang dengar. Darren malah terkekeh melihatnya.
Pintarnya lelaki di sampingku ini, dia bisa menjaga sikapnya dan menunjukkan gestur normal yang tidak mencurigakan. Ketika ada karyawan lain yang juga dalam kondisi tidak sehat atau mungkin hanya pura-pura sakit demi mendapat perhatiannya, ia tetap memperlakukan mereka dengan baik.
Hari ini tujuan kami akan lebih banyak pada wisata budaya yang berada di sekitaran tengah dan timur Bali, yaitu dimulai dari menyaksikan pertunjukan Tari Barong, melihat ke tempat pusat kerajinan Batik, serta pusat kerajinan Perak khas Bali. Saat di desa Tohpati, aku sempat mencoba belajar membatik yang meskipun sudah dibuat pola gambarnya terlebih dahulu namun tetap harus berhati-hati agar goresan tintanya tergambar dengan rapi. Tak lupa aku mengambil foto saat sedang membatik dan mengunggahnya di akun sosial media.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERVIEW (END) - revised
ChickLitBagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana kita berinte...