29. New Rules

29.4K 3.1K 215
                                    



Yuhuuu I'm back, lg sibuk sm dunia nyata jd baru sempet update lg...
Vote komennya dulu yooo 😚
Happy reading gaesss...

What!

Aku benar-benar tak menyangka bahwa dunia terasa bukan hanya selebar daun kelor, tapi daun seledri!

Bagaimana bisa Lala tiba-tiba sedekat itu dengan bosku?! Bos Global pula. Kan gila!

Lagipula Nicko itu kan di London, kenapa dia bisa ada di Jakarta lagi? Banyak pertanyaan yang berputar-putar di otakku.

Eh, jangan-jangan cowok bule yang waktu itu diceritain Lala si Nicko itu? Pokoknya besok aku harus ke rumah Lala dan menginterogasi gadis itu sedetail-detailnya.

"Diem aja lo, Kak. Kenapa dah?" tanya Alde sambil menyetir. "Abis ketemu Lala sama cowoknya tadi jadi berubah sikap lo. Jangan-jangan tuh cowok gebetan lo juga ya?"

"Berisik! Kepo banget sih lo!"

Antara rela nggak rela sih. Tiba-tiba aku jadi ngiri level kronis sama Lala. Sekalinya dapat cowok baru, mainannya Kakap cuy! Aku kan juga mau sama Nicko, daripada mengkhayal Jamie 'Grey' Dornan yang terlalu jauh dari jangkauan, mendingan sama Nickolaj aja meskipun umurnya terlihat jauh lebih dewasa dariku, tapi gantengnya tak kalah sama yang muda.

Aku jadi ingat pembicaraan garing tadi saat menangkap basah Lala. Padahal ingin sekali rasanya menyemprot Lala dengan teriakan, tapi kutahan semua itu lantaran harus jaga image di depan bosku. Akhirnya aku hanya sekedar basa basi saja dengan mereka lantas langsung mengajak Alde pulang meskipun anak itu sempat protes tak jadi ditraktir makan olehku.

"Loh kok masuk kesini?" tanyaku saat melihat mobil memasuki area parkiran restoran fastfood yang biasa buka dua puluh empat jam.

"Gue laper tau! Kan tadi nggak jadi makan, lo langsung ngajak pulang."

Oh iya ya. Gue lupa.

Aku dan Alde masuk ke dalam, Alde mengantri sementara aku mencari meja yang masih kosong. Karena ini malam minggu, suasana terlihat ramai jadi harus cepat-cepat ambil tempat.

Sambil menunggu Alde datang dengan makanan kami, aku sibuk bermain game di ponsel. Ketika Alde akhirnya datang, kamipun makan dengan santai sambil berbicara ringan.

"Kak, bagi minum lo dong. Punya gue udah abis nih."

Dasar onta!

Tepat ketika Alde mengambil minumku yang terletak di depanku, aku melihat ke arah pintu ada orang yang baru saja masuk ke dalam resto juga melihat ke arahku.

Raffa?

Sama cewek? Siapa tuh?

"Duh, lo emang Kakak gue yang paling baik deh!" kata Alde sambil mencubit gemas pipiku.

Kulihat air muka Raffa yang melihatku dengan pandangan tidak suka, ia lalu menarik gadis yang berada di sebelahnya untuk keluar lagi, namun sepertinya sang gadis menginginkan untuk makan disini. Terlihat mereka berbicara sesuatu yang tak kudengar, hingga akhirnya keduanya keluar juga.

"Dasar playboy cap tai kebo!" umpatku lirih seperti komat kamit.

Hhh, kata Ella dia suka sama gue? Cuih! Ai ucingggg!!! aku tersenyum mengejek menatap pintu yang kembali tertutup.

"Lo kenapa, Kak? Aneh banget." Alde menoleh ke belakang mencoba melihat arah pandanganku, tapi nihil tak ada yang aneh disana.

"Lo liatin apaan sih?"Alde kembali menoleh ke belakang. Benar tak ada yang aneh, hanya ada sepasang suami istri tua yang sedang makan  berdua. "Masa iya lo ngeliatin bapak-bapak gendut itu? Apa jangan-jangan lo simpenannya ya?" tanya Alde mulai asal.

INTERVIEW (END) - revisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang