Jimin yang awalnya tak mau tahu karna tidak mengenal wanita itu sempat berfikir untuk mengabaikannya, namun..
"Chogiyo.." "Nona kau kenapa disini sendirian? Wae ureo?" Tanya Jimin dari belakang gadis itu.
Tak ada jawaban, yang ada tangisan itu malah semakin menjadi.
"Wae? Neo gwenchana? Lebih baik nona pulang saja ini sudah larut, tak baik jika seorang gadis masih berada diluar" saran Jimin.
Mendengar ucapan Jimin, gadis itu pun sedikit meredakan tangisannya lalu menoleh perlahan. Dan..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deg
Deg
Deg
Jimin hanya bisa bengong, ia benar-benar mematung. Yang dihadapannya sekarang adalah dia, yaa dia. Mina..
"Mina?" Ucap Jimin dalam hati. "Apakah ini mimpi? Benarkah dia adalah Mina?" Jimin masih tidak percaya.
Tetapi gadis itu hanya menatap bingung ke arah lelaki yang ada didepannya. Ya, Mina tak mengenali kalau itu adalah Jimin karena dia sekarang berpenampilan sangat tertutup.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Penampilan Jimin ya gaisss)
Jimin pov.
Aku terkejut, benar-benar terkejut. Gadis yang aku tau dari sebuah foto, dan karna foto itupun aku langsung menyukainya. Sekarang dia ada didepanku, dia dihadapanku. Menangis.. begitulah keadaannya saat ini. Saat pertama kali bertemu dengan gadis yang kusuka, kenapa harus begini? Sakit, aku sakit melihatnya menangis. Walaupun ini pertama kali aku berjumpa dengannya, tapi aku bisa merasakan betapa dalamnya luka pada tangisan itu.
Aku mencoba bersikap sewajarnya, dia pasti kaget jika aku bereaksi berlebihan apalagi saat kubuka semua yang menutupi wajahku, tak akan terbayangkan bagaimana reaksinya. Karna kutau, dia juga seorang ARMY dan aku lah member yang ia idolakan.
"Mau ku antar pulang?" Ucapku menawarkan dengan sopan. "Ani, kamsahamnida" tolaknya. "Apa kau membawa kendaraan sendiri?" Tanyaku. "Tidak, tapi biarlah nanti ku hubungi supirku untuk menjemput kesini" ucapnya masih dengan nada lemah. "Sudah ayo kuantar saja, tak baik jika menunggu terlalu lama, ini sudah malam. Lihat, tidak ada lagi gadis yang berkeliaran disini bukan? Dan tenanglah, aku bukan orang jahat" kataku yakin yang membuat dia sedikit berubah pikiran. "Mm, baiklah kalau begitu aku menerima tawaranmu" jawabnya. "Kajja" dengan uluran tangan yang kuharap akan diterima olehnya.