Soeun menutup matanya lalu menghela nafasnya.
“Sudah berulang kali ku katakan bahwa aku sudah berusaha mencegah Hana untuk tidak duduk di kursi kemudi. Bukan aku yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi”
Soeun lalu membuka matanya.
“Mengapa kalian tak percaya padaku dan tak memberikanku kesempatan untuk menjelaskan semuanya?” Tanya Soeun menatap Junho dan ayahnya secara bergantian.
Soeun terdengar frustasi dengan dua orang pria yang bersikeras menyalahkan dirinya. Ia masih dalam penyembuhan trauma pasca kecelakaan yang dia alami. Tiap malam Soeun harus terjaga di tengah malam ketika lagi dan lagi ia memimpikan kecelakaan itu. Tentu bukan hal yang mudah bagi Soeun.
Mungkin tubuhnya secara fisik sudah sembuh. Akan tetapi secara mental, Soeun masih dalam proses. Tanpa support secara emosional dari keluarganya membuat prosesnya cukup lambat dan Soeun sedikit kesulitan.
Dan kedua orang di depannya hanya menambah beban emosionalnya.
“Bukankah semua ini sangat tidak adil bagiku, ayah? Aku menyadari ayah sangat terpukul, tapi tidak kah tersisa sedikit kasih sayang ayah untukku? Menyetujui pernikahan ku dengan Junho tanpa menanyai pendapatku atau pun memberiku pilihan untuk menolak, itu sangat kejam ayah?” Tanya Soeun dengan suara yang pelan.
Namun, meski pelan kesedihan sangat jelas dari tiap kata yang dikeluarkan oleh Soeun.
Tuan Kim merasa hatinya terenyuh mendengar ucapan Soeun. Terlebih ketika mata itu menatap dirinya dengan sedih dan memohon. Mata yang sama dengan mata wanita yang ia cintai. Karenanya, sosok istri pertamanya itu melintas di benaknya. Tuan Kim pun mengepalkan tangannya lalu membuang mukanya.
Soeun tersenyum getir.
‘Okay. I think I know well where is my place’ pikir Soeun.
“Berhenti membuang-buang energimu, Soeun. Karena apapun yang kau katakan tidak akan mengubah keputusan ku. Kau dan aku akan menikah tiga bulan lagi” ucap Junho.
Soeun merasakan dadanya sesak. Hatinya terasa perih. Namun kemudian rasa sakit itu bergantikan amarah.
Soeun pun lalu menatap ke arah Junho dengan tajam.
“Aku tak menyadari bahwa kau pria yang tak berhati, Junho. Selama ini aku selalu mengagumi mu. Sopan, ramah, hangat dan baik hati. Tapi rupanya aku salah menilai mu. Salah besar. Kau hanya pria yang otak dan matanya dibutakan oleh balas dendam. Dan aku tak akan menikah dengan pria pendendam sepertimu”
Air muka Junho berubah. Sorot matanya mengeras. Pria itu nampak menggerutukkan giginya.
Soeun pun mengangkat tangannya menghentikan pria itu membuka mulutnya.
“Stop. Kau mengatakan bahwa apapun yang aku katakan tak akan mengubah keputusanmu. Begitu halnya denganku. Apapun yang kau katakan tidak akan mengubah keputusanku. Aku tak akan menikah denganmu, Junho”
Lalu Soeun menatap pada ayahnya yang sejak Soeun kembali membuka mulutnya telah kembali menatapnya.
“Dan ayah. Seperti yang kau katakan di rumah sakit padaku kala itu bahwa aku tak pantas memanggilku ayah. Aku merenungkan semua ucapan ayah beberapa hari belakangan ini. Dan aku menyimpulkan bahwa aku tak berarti bagimu. Oleh karena itu sebagaimana aku yang tak berarti banyak untukmu, kehadiranku di sini pun sama tak berartinya” ucap Soeun dengan tegas.
Soeun lalu bangkit dari sofa.
“Aku pamit dulu, Tuan Kim” ucap Soeun
Soeun pun segera berjalan menuju pintu. Soeun bisa merasakan tatapan tajam menusuk yang dilemparkan padanya. Tapi, Soeun terus saja melangkahkan kakinya. Terus berjalan hingga suara Junho menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Mistake
ParanormalChild's father believes that she is who to blamed and he comes to revenge. In other side, she losts almost everything, still she is blamed for something she didn't does. Ketika ayahnya memutuskan untuk fokus pada kesedihannya ditinggal istri yang di...