What is the truth?

1.2K 119 36
                                    

"Kau menyadari betul konsekuensinya saat kau meminta Soeun menikah denganmu kan?" Tanya Tuan Kim pada Junho yang tengah duduk di hadapannya.

Junho meneguk wine nya.

"Apa sebenarnya yang ingin paman katakan padaku?" Tanya Junho.

Junho mengamati seksama pria paruh bayah di hadapannya. Ya. Keduanya memang sepakat untuk bicara empat mata. Atau lebih tepatnya Tuan Kim yang menelepon Junho dan meminta bicara sebentar di tengah makan malam keluarga bersama Jiran dan Soeun.

Tuan Kim mengusap wajahnya sebelum kemudian menghela nafasnya.

"Kau tahu Junho. Aku membuat kesalahan dalam hidupku. Aku menghukum putriku atas sesuatu yang tidak ia lakukan. Bertahun-tahun aku tak menjadi figure ayah yang baik baginya. Aku mengabaikan tatapan sedihnya atas sikapku, aku mengabaikan naluri sebagai ayah dengan lebih memperhatikan Hana dibanding dirinya. Aku tahu aku berbuat tak adil baginya tapi aku tak bisa menghentikan diriku. Soeun sangat mirip dengan ibunya. Senyuman dan mata indahnya. Tiap kali aku melihat Soeun aku akan melihat sosok mendiang istriku padanya. Dan rasa marah itu kembali muncul. Rasa marah atas apa yang terjadi di masa lalu........"

"Apa yang terjadi sehingga paman bersikap dingin pada Soeun selama ini?" potong Junho.

Rasa penasaran menghinggapi diri Junho ketika mendengar sesuatu mengenai masa lalu Soeun. Jelas ia selama ini selalu bertanya-tanya mengapa nampaknya Tuan Kim lebih perhatian pada Hana dibanding Soeun yang notabenenya adalah putri kandungnya sendiri.

Tuan Kim menatap Junho.

"Aku tak mau membicarakannya. Semua itu hanya mengingatkan betapa kejamnya aku pada putriku sendiri. Aku akui mungkin kala itu hingga beberapa tahun ini aku hanya cemburu pada Soeun......"

Tuan Kim menghentikan kata-katanya. Pria paruh bayah itu terkekeh sembari bergumam pelan pada dirinya sendiri.

"Betapa konyolnya diriku"

Sementara Junho hanya mengerutkan dahinya. Tak mengerti apa yang barusan dikatakan oleh ayah dari calon istrinya itu.

Tuan Kim lalu kembali fokus pada Junho.

"Aku cemburu bahwa istriku lebih menyayangi putriku dibandingkan dirinya sendiri. Dia lebih memilih kebahagian Soeun dan rela melakukan apapun demi Soeun meski sudah tahu konsekuensi atas tindakannya. Demi senyuman Soeun waktu itu, aku kehilangan istriku untuk selamanya. Dan aku sangat terpukul, sejak saat itu aku tak lagi bersikap hangat selayaknya ayah pada umumnya" jelas Tuan Kim.

Pria paruh bayah itu menutup matanya. Seakan apa yang barusan ia katakana cukup sukses menguras emosinya.

Junho terdiam. Ia mengamati Tuan Kim. Saat ini di hadapannya taka da lagi Tuan Kim yang arogan dengan aura berwibawa, namun hanya pria yang nampak lelah dengan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Just a normal person.

"Lalu, apa yang membuat paman menyesali semuanya? Aku masih ingat jelas bagaimana paman memasang wajah tanpa ekspresi seakan tak peduli saat aku mengatakan soal pernikahan pada Soeun sebulan yang lalu" Tanya Junho setelah satu menit berlalu tanpa suara.

Tuan Kim membuka matanya lalu menghela nafasnya.

"Aku bertemu istriku......."

Tuan Kim tersenyum sedih.

"Dia datang ke mimpiku dan menangis. Ia sedih karena aku tak menjaga dan melindungi Soeun. Ia sedih karena aku tak menyayangi Soeun, buah hati kami. Wujud nyata cinta kami. Sejak malam aku memimpikan mendiang istriku, aku mulai merenungi semua yang terjadi, tepatnya apa yang aku lakukan pada Soeun....."

His Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang