Soeun melangkahkan dengan cepat, memasuki lantai utama sebuah hotel mewah. Ia tak peduli jika ia tak membawa apapun bersamanya. Semua barangnya ada di mobil. Heck, ia bahkan tak peduli jika Junho menyusulnya atau tidak. Saat ini, emosi Soeun campur aduk. Sedih, kecewa, kesal, dan marah. Dan nampaknya amarah lah yang paling mendominasi.
Soeun berhenti tepat di hadapan seorang staff hotel di meja resepsionis. Wanita sebaya Soeun pun menyunggingkan senyuman ramah profesional pada Soeun. Namun, mood Soeun sungguh tak bagus saat ini.
Tak ada balasan senyuman dari Soeun. Sejatinya ia sadar betul betapa sikapnya itu kurang sopan, akan tetapi Soeun tak lagi peduli akan hal itu. Not at that moment.
“Ini kunci kamar anda, Nyonya muda Lee”
Soeun mengeryit mendengar panggilan baru untuknya.
‘Nyonya Lee? Tsskk..ttsskk...Aku rasa aku tak akan pernah bisa terbiasa dengan panggilan itu’ keluh Soeun dalam hati.
Mungkin wanita lain akan sangat bahagia menyandang status sebagai Nyonya muda Lee. Namun, tidak bagi Soeun.
Soeun pun mengambil kunci yang diulurkan padanya. Matanya menatap sejenak benda persegi empat berwarna silver itu. Soeun lalu mengangkat tatapannya, menatap pada resepsionis yang masih tersenyum lebar padanya.
“Apakah satu-satunya jalan untuk mengakses kamar hanya dengan ini?” Tanya Soeun.
Wanita di meja resepsionis mengerutkan alisnya. Jelaslah, wanita itu merasa aneh dengan pertanyaan Soeun. Jika suasana hatinya tidak sedang buruk, Soeun pasti akan tertawa dengan eskpresi keheranan nan lucu di wajah wanita resepsionis itu ketika memproses pertanyaan Soeun.
“Ya, Nyonya muda. Para tamu hotel hanya bisa mengakses kamar yang mereka tempati dengan kunci yang telah diberikan oleh pihak hotel”
Soeun menganggukkan kepalanya.
‘Syukurlah. Dengan begitu, aku tidak perlu menatap wajahnya setidaknya untuk malam ini. Aku yakin, ia bisa memesan kamar hotel lainnya’ pikir Soeun.
“Apa ada yang bisa saya bantu, Nyonya muda Lee? Anda nampak sedikit pucat”
O…o…o… Wrong nickname.
Lagi dan lagi mendengar nama panggilan itu semakin memperburuk suasana hati Soeun.
Helaan nafas panjang pun terlontar dari Soeun. Wanita yang telah berstatus sebagai istri Junho itu tidak ingin bersikap lebih tak sopan pada wanita asing yang hanya mencoba ramah padanya. Terlepas keramahan itu tulus atau hanya untuk profesionalitas belaka.
“Yeah, saya baik-baik saja…. dan perlu diketahui, panggil saja Soeun. Just. So...Eun..” ucap Soeun dengan penuh penekanan di tiap kata.
Memastikan bahwa wanita asing di hadapannya mengerti maksudnya.
Senyuman ramah di wajah wanita resepsionis itu pun memudar. Wanita itu akhirnya menangkap sinyal bahwa Soeun sedang tidak dengan suasana hati yang baik. Dengan cepat wanita resepsionis itu sedikit membungkukkan tubuhnya dan tersenyum minta maaf pada Soeun.“Maaf.. Nyonya muda…. er… maksud saya Nyonya Soeun. Kesalahan yang sama tidak akan terjadi lagi”
Soeun menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ia pun berlalu meninggalkan meja resepsionis. Dengan langkah cepat hampir setengah berlari dengan high heel nya, Soeun segera menuju lift. Ia tak ingin Junho menyusulnya. Ia tak peduli jika Junho marah padanya nanti. Ia juga tak lagi peduli jika wanita resepsionis mempertanyakan sikapnya. Heck, yang ia inginkan saat ini mengunci dirinya, menjauh dari Junho, melepas beban yang membuatnya merasa lelah secara fisik dan emosi. Meski hanya untuk malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Mistake
ParanormalChild's father believes that she is who to blamed and he comes to revenge. In other side, she losts almost everything, still she is blamed for something she didn't does. Ketika ayahnya memutuskan untuk fokus pada kesedihannya ditinggal istri yang di...