Fight for yourself

934 118 27
                                    

Semua pasangan mata tertuju pada Soeun. Beberapa di antaranya membeku, tak mampu merespon. Namun, Soeun tahu pasti ia harus mengatakan sesuatu.

Soeun mengepalkan tangannya di balik punggung bayi laki-laki Min Jung. Sentuhan lembut di lehernya membuat Soeun menoleh pada bayi laki-laki dalam gendongannya. Soeun tersenyum miris dalam hati.

'Kau lebih baik dari ini, Soeun. Tak sepantasnya malaikat kecil ini melihat amarahmu. Control yourself... Control... Control' ucap Soeun pada dirinya sendiri.

Soeun menghela nafasnya. Ia meredam amarahnya yang bergejolak dalam dadanya. Thanks to little angel in her arm.

Soeun mengalihkan tatapannya dari satu-satunya alasan mengapa ia harus meredam amarahnya. Menatap pada Junho.

'Dia bahkan tak merasa menyesal? Tssskk... Heartless man' ucap Soeun dalam hati.

Soeun lalu mengalihkan pandangannya pada Ibu Junho. Soeun menelan ludahnya sebelum membuka mulutnya.

"Ya. Seperti yang dikatakan Junho, aku tak akan bisa mengandung. Kecelakaan yang menimpaku beberapa waktu lalu menyebabkan luka yang cukup dalam pada rahimku sehingga aku tak akan bisa hamil" ucap Soeun dengan nada setenang mungkin.

Setidaknya di hadapan orang lain.

Sontak ada raut kesedihan dalam wajah Ibu Junho.

"Ya ampun, i'm so sorry, dear. Aku tidak tahu jika...."

Kata-kata Ibu Junho segera dipotong oleh Soeun.

"Tidak apa-apa Bi. Aku hanya harus menerima fakta bahwa tak semua orang mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan. I am fine....."

Soeun lalu beralih menatap Junho dengan tatapan yang dalam.

"Life is not always fair to you, right?" Lanjut Soeun masih dengan menatap Junho.

Jantung Junho berdegup kencang untuk sesaat. Tatapan Soeun dan ucapan wanita itu menusuk hatinya. Namun, pria itu memasang eskpresi datarnya.

Soeun menyudahi adu pandang mereka lalu tersenyum kecil pada mereka yang masih tak bisa berkata-kata. Tatapannya menjelajahi tiap wajah yang menatapnya.
Soeun kembali mengepalkan tangannya.
Apa yang ia lihat di tiap wajah di ruangan itu sangat tak ia suka.

Sad face looking at her.

Soeun tak ingin dikasihani. Terlebih jika itu datang dari mereka yang belum mengenalnya dengan baik. Cukup sudah banyak pasang mata selama ini, menatapnya dengan tatapan kasihan, namun di saat yang sama mereka hanya diam. Mengabaikan dirinya.

Dan di mata Soeun, keluarga Junho tak berbeda. Mereka hanya merasa kasihan padanya, namun Soeun yakin tak satupun dari mereka akan membelanya, berdiri sebagai pelindung baginya dari anggota keluarga mereka yang juga berniat menghancurkan hidupnya hanya demi sebuah alasan yang bahkan tak ada kebenaran di dalamnya.

Rasa kasihan untuknya, she doesn't need it. And she never wanted to see it again. Lalu apa yang ia lakukan? Tentu saja menjauh dari tatapan sedih yang dilontarkan padanya. Juga menjauh dari penyebab amarahnya bergejolak. Soeun tak yakin jika ia bisa mengendalikan dirinya untuk waktu yang lama. Soeun pun tak yakin jika bayi laki-laki yang menatapnya dengan tatapan tak berdosa mampu menjadi pegangannya untuk tidak meledak.

"Aku rasa aku sedikit lelah. Jika tidak keberatan, aku ingin kembali ke kamar terlebih dahulu" ucap Soeun.

Tanpa menunggu respon dari siapapun, Soeun pun segera memberikan bayi laki-laki di gendongannya pada ibunya. Sembari membungkukkan kepalanya dan tersenyum kaku, Soeun pun membawa kakinya yang masih sedikit nyeri itu menuju sebuah kamar yang akan ia tempati untuk beberapa hari ke depan.

His Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang