Woobin menatap Junho yang terdiam sejak setengah jam yang lalu. Sahabatnya itu terdiam setelah ia selesai menjelaskan semua hal mengenai apa yang sebenarnya terjadi saat kecelakaan mobil yang menimpa kedua putri Keluarga Kim.
Dua menit berlalu.
'Ya ampun aku tidak tahan dengan semua kebisuan ini....' erang Woobin dalam hati.
"Junho.....?" Panggil Woobin.
Junho mengangkat pandangannya dan bertemu pandang dengan mata cemas sahabatnya.
Junho tersenyum getir.
"Aku benar-benar pria bodoh, kan? Aku percaya begitu saja apa yang diberikan Jiran padaku......."
Junho menghentikan perkataannya. Pria itu menghela nafasnya.
".... Aku mengabaikan kepolosan yang sangat jelas di mata Soeun ketika aku menatap matanya saat ia membuka matanya di rumah sakit itu. Aku mengabaikan matanya yang sembab dan ekspresi terlukanya ketika aku menuduhnya membunuh Hana dan bayi ku. Bayi yang ternyata bukan milikku"
Woobin menutup mulutnya. Ia tahu sahabat baiknya itu butuh mengeluarkan semua unek-uneknya. Itulah mengapa Woobin menawarkan telinganya pada Junho.
"Kau tahu apa yang aku saksikan di rumah sakit kala itu... Soeun yang rapuh dan terluka. Ia bahkan baru saja selamat dari kejadian tragis yang bisa saja merenggut nyawanya, luka fisik masih segar, dan aku menambahkan luka dengan menyakiti perasaan nya. Aku mengabaikan tanda-tanda bahwa ia hanyalah korban dalam kecelakaan. Ego dan amarahku memudarkan semua penilaian ku. Aku lupa bahwa wanita seperti Soeun tak mungkin melakukan hal seperti itu..... "
Junho mencengkeram lengannya. Seakan butuh pegangan untuk melanjutkan perkataannya.
"... Dan tidak cukup dengan menuduhnya sebagai seorang pembunuh. Aku bahkan menuduh ia sebagai saudara yang iri pada Hana. Aku mempercayai semua omongan jelek Jiran dan Hana mengenai Soeun. Meskipun hati kecilku menolak ku untuk mempercayai hal itu. Tapi lagi-lagi aku mengabaikan apa kata hati kecilku"
Junho menghela nafasnya.
"Lebih parah dari itu aku memaksanya menikah denganku dengan mengancam keselamatan Keluarga Han...."
Junho lalu menutup wajahnya dengan tangannya.
"Aku benar-benar pria tak berhati dan sangat kejam, Woobin...i am the worst" ucap Junho.
Tak lama Junho bangkit dari duduknya di sofa rumah pribadi Woobin.
"Selama ini aku selalu menyakitinya... Dengan sikapku, dengan perkataan ku... Aku benar-benar pria arogan, berhati dingin, tak berperasaan, egois, bodoh" Teriak Junho pada dirinya sendiri.
Nafas Junho memburu. Woobin masih menatap Junho dengan tatapan simpati.
"Aku menyakiti wanita yang aku cintai, Woobin. Aku menyakiti wanita yang aku cintai melebihi aku mencintai Hana. Tapi aku memberikannya luka yang sangat dalam....." Ucap Junho dengan suara yang penuh kesedihan.
Junho pun terduduk kembali di sofa. Ia lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bahunya terkulai lemas. Tak sampai sepuluh detik tubuh Junho bergetar.
Woobin tercekat.
'oh...Junho....' ucap Woobin dengan nada prihatin.
Pria itu bangkit dari duduknya di sofa yang berhadapan dengan Junho. Ia lalu berjalan dan duduk di samping Junho. Woobin tak perlu bertanya bagaimana perasaan Junho saat ini.
Meski tak ada suara, dari tubuh yang bergetar, Woobin tahu bahwa sahabatnya itu tengah menangis. Dengan lembut Woobin menepuk pelan punggung Junho.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Mistake
ParanormalChild's father believes that she is who to blamed and he comes to revenge. In other side, she losts almost everything, still she is blamed for something she didn't does. Ketika ayahnya memutuskan untuk fokus pada kesedihannya ditinggal istri yang di...