'Well, siapa sangka akhirnya berakhir seperti ini...' pikir Soeun.
Soeun terus saja menghapus air mata yang tak mau berhenti mengalir di pipinya. Soeun kembali menenggelamkan wajahnya di bantal. Sejak 5 menit yang lalu tubuhnya telah terbenam dalam kehangatan tempat tidur di rumahnya bersama Junho.
Soeun pun bangkit dan duduk di tempat tidur. Soeun teringat apa yang ia lakukan di kantor Junho tadi, tak ada penyesalan di dalam diri nya. Namun, kesedihan membekas setelahnya.
'Aku melakukan hal yang benar. Aku tak percaya pria itu benar-benar tidak peka. Aku tidak berharap ia akan berteriak histeris dengan bahagia. Tapi aku tak menyangka ia menuduhku sebagai pembohong. Ia benar-benar kelewatan. Dan betapa bodohnya aku berharap bahwa aku dan Junho bisa bersama-sama membangun pernikahan ini' keluh Soeun dalam hati.
Soeun menghela nafas, lalu matanya menatap pada perutnya yang masih datar.
"Well, ini berarti aku akan menjadi single parent nanti....." Gumam Soeun.
Pikiran kemungkinan ia akan menjadi single parent untuk calon bayi yang tengah tumbuh di rahimnya cukup membuat Soeun merasa tak tenang.
".... Ku harap tak ada yang ganjal dengan kandungan ku..." Gumam Soeun.
Kecemasan sangat jelas dalam lisan dan ekspresi di wajahnya. Belum mendapat informasi jelas mengenai kondisi kandungan nya membuat pikiran negatif merasuki benaknya. Ada ketakutan jika sesuatu yang tidak baik terjadi pada kandungan nya sebagai efek kecelakaan yang ia derita beberapa waktu yang lalu. Ketakutan itu berlanjut pada ketakutan ia akan kehilangan calon bayi nya dan bayangan bahwa ia harus melalui semua hal buruk itu sendirian cukup membuat Soeun merasa tubuhnya menjadi lemas.
Soeun memejamkan matanya untuk sejenak ketika ia merasa kepalanya terasa nyeri dan tubuhnya sedikit limbung.
'akan lebih baik jika aku tak tinggal bersama Junho. Aku sudah sangat lelah dengan semua hal yang terjadi antara kami... I am exhausted' pikir Soeun.
Soeun berdiam dengan posisi tubuh yang menyandar pada kepala tempat tidur selama dua menit. Setelah itu, ia beranjak dari tempat tidur menuju lemari pakaian.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut Soeun ketika matanya menatap pakaian yang ada di lemari. Soeun tak suka ketika ia harus membawa sesuatu yang dibelikan oleh Junho. Hal itu karena semua pakaian lamanya sudah didonasikan, dan semua yang ada di lemari adalah pakaian yang dibeli dengan menggunakan uang Junho. Something that Junho had insisted. Unlucky, Soeun saat itu tak pernah mempertanyakan hal itu.
Soeun memutuskan untuk mengambil beberapa potong pakaian dan beberapa benda yang penting untuknya. Lagi pula, beberapa waktu ke depan, Soeun tak akan mengenakan pakaian yang ia kenakan saat ini karena ia akan lebih banyak menggunakan pakaian khusus wanita hamil. Segera, semuanya Soeun masukkan ke dalam koper.
"Junho mungkin mengacaukan hidupku, tapi aku tak akan membiarkan ia juga menghancurkan keajaiban yang aku miliki saat ini. Aku berjanji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memastikan calon bayi ku sehat dan bisa terlahir ke dunia. Apapun harga yang harus ku bayar" tekad Soeun.
Sebuah ketukan di pintu kamar menghentikan gerakan tangan Soeun memasukkan pakaian ke dalam koper.
"Soeun, buka pintunya"
Soeun menghela nafasnya. Ia pun mengabaikan pemilik suara maskulin yang berada di balik pintu kamar tidur. Soeun lalu menutup risleting kopernya dan membawa koper berukuran 20 inch itu ke tengah kamar. Matanya mengudara ke penjuru kamar, hingga tertuju pada meja berlaci yang ada di dekat tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Mistake
ParanormalChild's father believes that she is who to blamed and he comes to revenge. In other side, she losts almost everything, still she is blamed for something she didn't does. Ketika ayahnya memutuskan untuk fokus pada kesedihannya ditinggal istri yang di...