Present time (kelanjutan chapter 1 sebelum flashback)
Woobin membuka matanya. Untuk beberapa detik pria itu kebingungan mengapa ia bisa tertidur di sebuah kursi stainless yang jelas tak menawarkan rasa nyaman pada tubuhnya. Woobin mengedarkan matanya ke sekeliling.
Ketika otaknya kembali bekerja, Woobin menghela nafasnya. Pria itu menyadari ia berada di rumah sakit. Woobin menatap lama pada sosok sahabatnya yang berdiri tak jauh dari pintu ruang operasi. Otot leher sahabatnya itu seakan di-setting untuk menatap ke ruang operasi, karena sahabatnya itu hampir-hampir tak menoleh ke arah lain sejak beberapa waktu yang lalu.
Woobin kembali menghela nafas panjang. Pria itu lalu melirik arloji nya.
'Sudah hampir enam jam Soeun berada dalam ruangan operasi....' pikir Woobin.
Pria yang notabenenya pengacara itu pun kembali mendaratkan tatapannya pada sahabat nya yang masih berada pada posisi yang sama.
'....dan sudah berjam-jam Junho menunggu seperti itu. Aku memang belum pernah mengalami hal yang Junho alami saat ini. Tapi sebagai sahabat baiknya, aku tahu betul betapa pria itu tersiksa dengan kondisi saat ini... Tak bisa berbuat lebih untuk wanita yang ia cintai yang tengah menghadapi maut... Tak bisa melakukan apapun kecuali menunggu....' pikir Woobin dengan prihatin.
Woobin ikut bersedih dengan kesedihan Junho.
'... Ku harap Tuhan menjaga Soeun dan bayi nya' doa Woobin dalam hati.
Seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahnya, membuat Woobin menoleh ke sisi kanan nya.
Helaan nafas panjang pria paruh bayah yang saat ini duduk di sampingnya membuat Woobin membuka mulutnya.
"Apakah paman baik-baik saja? Paman nampak lelah. Mungkin paman bisa pulang beristirahat, aku yang akan menemani Junho di sini"
Pria paruh bayah tersenyum kecil mendengar tawaran Woobin padanya.
"Paman baik-baik saja, Woobin. Paman tak akan bisa beristirahat jika menantu dan cucu paman tengah berjuang di dalam sana..."
Tuan Lee menghentikan perkataannya lalu menatap ke arah pintu ruang operasi, ruang dimana Soeun tengah berada.
"... Paman berdoa mereka berdua akan baik-baik saja" gumam Tuan Lee.
Woobin tersenyum lembut mendapati nada penuh kasih dalam gumaman pria paruh bayah yang ada di sebelahnya itu.
"Paman sangat menyayangi mereka, huh? Ternyata yang dulu Junho katakan salah besar"
Tuan Lee mengalihkan tatapannya dari pintu ruang operasi pada Woobin. Pria paruh bayah itu menautkan alisnya, heran dengan pernyataan sahabat baik putra nya itu.
Seakan mengerti apa yang ada dalam benak Tuan Lee, Woobin pun menjelaskan.
"Junho pernah bercerita padaku bahwa paman bersikap kurang hangat pada saat pertama kalinya Junho membawa Soeun yang kala itu adalah kekasihnya berkunjung ke Kediaman Lee. Junho menceritakan sikap dan kata-kata dingin paman terhadap Soeun padaku"
Tuan Lee nampak kaget.
"Benarkah?"
Woobin menganggukan kepalanya.
"Ya. Dilihat dari kecemasan Junho jika perasaan Soeun terluka, aku hanya berasumsi paman benar-benar tidak menyukai Soeun. Tapi sekarang? Paman nampak begitu menyayangi Soeun"
Tuan Lee terkekeh.
"Ya. Waktu itu paman hanya bersikap sebagai seorang ayah yang baik. Paman tak ingin wanita yang tidak baik menjadi bagian keluarga Lee. Tapi setelah mengenal seperti apa Soeun, pria mana yang tak ingin Soeun menjadi menantunya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Mistake
ParanormalChild's father believes that she is who to blamed and he comes to revenge. In other side, she losts almost everything, still she is blamed for something she didn't does. Ketika ayahnya memutuskan untuk fokus pada kesedihannya ditinggal istri yang di...