5. mbak niken gercep

22.1K 2.2K 291
                                    

Adem anteng lurus lempeng..... eta muka apa jalan tol cipali? 😆😆😅

Jasmine POV

Butuh waktu lama sampai mereka para senior itu percaya akan penjelasanku. Kejadiannya sudah berlalu 3 hari. Tetapi masih bisa kurasakan tatapan aneh yang aku terima dari mbak Niken.

Ini gara-gara manusia satu yang mulut sama otaknya suka asal bunyi ini nih.

Aku melirik Nita yang terlihat tidak pernah merasa bersalah sejak 3 hari yang lalu sedang menguyah mentimun utuh di kursinya.

Mau di ketok kepalanya pake bangku juga tidak akan membuat otaknya benar.

Nita membalas lirikanku dengan mulut penuh kunyahan timun.

"Hehehe" Kekehnya sambil menyeka mulut dengan punggung tangannya.

Aku meletakkan ransel ke dalam laci dan menarik kursiku mendekat ke meja. Tidak membalas kekehan Nita.

"Min, ntar sore ke H&M yuk, temenin gue nyari sweater, kan udah masuk musim ujan nih, biar gak kedinginan" Katanya mendekat ke arahku.

Aroma bau mentimun menguar tercium dari mulutnya, aku mengipas-ngipas tangan di depan wajahku dengan pangkal hidung mengernyit, gak begitu suka dengan aromanya.

"Beliin gue satu ya, buat ngurangin kekesalan gue ke elu" Kataku tanpa menoleh ke arahnya lalu menghidupkan komputer.

"Lah, emang kenapa deh elu kesel sama gue?" Tanyanya dengan suara bingung.

See?
Percuma juga mau marah kalau orangnya gak merasa bersalah.

Aku mencoba tersenyum.

"Gak berasa kalo gue belakangan ini ngediemin elu Nit?" Tanyaku dengan mata memicing ke arahnya.
Sejak kejadian Nita dan mulut oon nya itu bikin heboh orang sekantor, aku ngambek menjaga jarak dengannya.

"Ohh pantes aja elu gak pernah mau makan siang sama gue lagi, elu kesel kenapa deh Min?"

Wajahnya itu lhooo, polos luar biasa tanpa dosa.

"Fix, dua sweater, gue bakalan lupain kekesalan gue" Jawabku lalu memulai rutinitas pagiku.

Nita akan membelikan apa saja yang aku minta, hanya sifat royalnya yang bisa membuatku bertahan berteman dengannya, jangan bilang aku matreliatistis ya. Beda, pokoknya beda.

•••

"I... i... i..."

Nita menarik-narik ujung kemejaku dengan tergagap ketika aku sedang memilih sweater.

"Apaan sih Nit? Kenapa belakangan ini elu gagap mulu kaya si om Nur tompel" Aku kembali memilih warna sweater mana yang cocok dengan kulitku yang gelap.

"Ituu... barusan kaya liat Ryo sama mbak Niken" Katanya lalu melangkah ke arah pintu toko.

Aku menatap punggung Nita yang berdiri di depan pintu toko.

"Beneran Min, itu mereka" Lapornya begitu berada di sampingku.

"Ya terus kenapa?" Tanyaku sambil lalu.

Peduli amat, Ryo si muka lempeng itu masih bikin mood ku terjun ke level paling bawah.

Walaupun data-data di komputerku masih bisa terselamatkan (aku masih berhutang banyak pada Bayu) tetapi sikap Ryo kemarin itu tidak akan aku lupakan.

"Ya mereka jalan di luar jam kantor Min, lu gak curiga?" Nita meminta perhatianku dengan cara berdiri menutupi gantungan sweater-sweater yang sedang aku pilih.

Guilty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang