17. pengsan

20.3K 2.1K 314
                                    

Mendingan mingkem, beneran deh tante ga boong 😅😆
Tapi eta tante salfok, di bibirnya ada apaan itu yah? Abis makan kue klepon, rempahan kelapanya masih ada? 😂

Ryo POV

Tanganku mengacak rambut belakangku dengan usapan kasar. Sejak kemarin sore pikiranku tidak karuan.

Apa yang di lakukan Jasmine sungguh di luar dugaanku. Dia sudah melewati batas dari perjanjian yang kami buat.

Walaupun sebenarnya tidak ada ketentuan apa pun dari perjanjian itu, hanya saja kalau sampai ciuman, rasanya terlalu berlebihan.

Aku kembali mengacak rambutku lagi. Tidak bisa berkonsentrasi bekerja. Rasa bibirnya masih melekat dan belitan lidah kami membuat apa yang berada di pangkal pahaku seketika menegang.

Tanganku bergerak mengusap wajahku pelan lalu tiba-tiba berdiri memutuskan untuk ke pantry.

Suara decitan kursiku membuat dua puncak kepala milik Carlo dan Zaki muncul secara bersamaan.

"Sori" Kataku menyadari kalau aku sudah menimbulkan kegaduhan di keheningan ruangan kami.

Dengan langkah gontai aku keluar dari ruangan.

"Ck" Decakku ketika mataku menangkap sosok mbak Niken yang baru saja muncul dari arah tangga.

Apa yang bisa aku lakukan kalau sudah berpapasan seperti ini, tidak mungkin aku memutar tubuhku kembali melangkah masuk ke ruangan. Dia pasti akan mencap ku sebagai pengecut.

Wajahnya kulihat menyunggingkan senyuman yang tidak bisa aku artikan, dia berjalan semakin mendekati keberadaanku yang berdiri tidak jauh dari pintu ruanganku.

"Kalau sama Ine kamu mau yah sampe ciuman, mau ngebuktiin kalau kamu itu benar-benar bukan gay?" Pertanyaannya seakan menyudutkanku.

Aku akui sejak kemarin gosip soal 'gay' aku langsung berganti menjadi kehebohan adegan ciuman antara aku dan Jasmine.

Terima kasih atas tindakan Jasmine, tetapi tindakannya itu mengakibatkan satu hal lain yang muncul.

Aku.tidak.bisa.konsentrasi.kerja

Pikiranku melayang karena lembutnya bibir Jasmine melumat bibirku, dan caranya menarik tanganku untuk menempel di pinggulnya.

Mbak Niken menatapku tajam, kami berdiri berhadapan dengan jarak aman bagiku.

"Kalau soal ciuman aku juga bisa, malah bisa kasih kamu lebih" Suaranya terdengar pelan seperti berbisik.

Mulai lagi deh gencarannya, aku pikir setelah dia tahu aku berpacaran dengan Jasmine dia akan mundur teratur. Nyatanya? Malah semakin agresif sampai menawarkan sesuatu yang lebih dari sekedar berciuman.

Apa yang harus aku lakukan?

Janda di depanku ini harus aku apakan?

"Maaf mbak, maksud mbak berkata itu apa ya? Saya bukannya kurang faham, tetapi menurut saya perkataan mbak barusan tidak etis" Kataku beberapa saat kemudian.

"Saya sudah berkali-kali menolak secara halus, saya gak ngerti mbak bisa kurang peka dengan penolakan saya itu, jadi saya mo..."

"Bukannya kurang peka, aku menawarkan sesuatu yang mungkin aja belum Ine tawarkan ke kamu, aku belum pernah kaya begini, tapi sejak kedatangan kamu bekerja di kantor ini, aku merasa kamu pria yang tepat untuk aku" Katanya memotong perkataanku.

Aku menelan ludah secara tidak kentara.

"Aku harap kamu mempertimbangkan perkataanku" Lanjutnya lagi sambil mengusap dadaku dengan gerakan sensual sebelum berjalan melewatiku.

Guilty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang