24. kepolosan nita (2)

18.4K 1.9K 297
                                    

Kebauan sama minyak nyong2 tante ya Ry? Sengaja itu lho tante request sama dukune biar kamu mabok ke tantenya polllll 😆😂

Jasmine POV

Hmm... makan siang bareng. Kira-kira kemana Ryo mau ngajak makan siangnya ya? Aduhhh... Kenapa gue jadi semangat gini? Batinku girang di iringi senyam-senyum di kulum sedari tadi sambil menunduk karena kalau tidak menunduk, makhluk kepo di sampingku pasti bertanya-tanya ada apa gerangan denganku.

Sekarang walaupun Nita mulutnya tidak seember dulu, tetapi rasa keponya tidak berkurang. Jadi lebih baik senyum kalau bisa di dalam hati saja gak usah di kasih unjuk secara terang-terangan ke depan matanya si kepo Nita.

Ketika sedang asyik-asyik senyum dalam hati, suara pintu terbuka menyita perhatianku, kulihat mbak Niken masuk di ikuti Ryo yang melirik dan tersenyum tipis ke arahku, tanpa perduli tatapan aneh Nita yang memandang ke arah kami bergantian aku membalas senyuman Ryo.

Dengan cepat aku melirik pergelangan tanganku, sebentar lagi waktunya istirahat siang, Ryo pasti ke sini sekalian mau menjemputku, pikirku antusias dan di iringi degupan jantung yang kembali berdetak kencang.

"Jadi tolong ya Ryo, sori aku minta di bikinin desainnya urgent banget, masalahnya customer aku itu minta desainnya sekarang juga" Terdengar suara mbak Niken di kubikelnya.

Mendengar perkataan si janda beranak dua itu membuatku siaga satu, punggungku menegak walaupun kepalaku tidak terlalu mendongak melewati batas tinggi kubikel.

Heh?! Gak salah dengar? Minta di bikinin desain sekarang juga? Bentar lagi kan istirahat. Karena penasaran akhirnya aku mendongak lebih tinggi ke arah kubikel mbak Niken dan melihat Ryo yang berdiri di sisi kubikel, kulihat wajahnya meringis ke arahku.

"Maaf mbak, ngedesainnya bisa nanti kelar abis jam makan istirahat aja?" Terdengar suara Ryo, aku rasa dia mengetahui apa yang aku pikirkan.

"Sori Ryo, customer aku itu orangnya gak sabaran, dia mau liat desainnya segera" Aku melirik ke arah mbak Niken yang hanya terlihat puncak kepalanya saja.

Ihhh, reseh nih orang, dia tahu kali ya kalau gue sama Ryo mau makan siang karena tadi pagi pasti denger si Ryo ngomong, makanya sekarang usaha ngegagalin, aku menbatin kesal sambil meremas kertas tidak terpakai sampai membentuk lilitan.

"Oh ya udah kalo gitu saya bisa suruh Carlo yang biki..."

"Gak bisa, customer aku itu maunya kamu yang bikin desainnya" Potong mbak Niken cepat.

Alasan yang gak masuk akal, memang customernya itu bisa bedain desainnya Ryo sama desainnya Carlo, bilang aja terus terang kalau mau gagalin rencana kita buat makan siang. Rahangku mengeras.

Tolak Ryo, tolakkk, namanya jam istirahat mana boleh di pakai buat kerja, heloooo yang bayar gaji elu siapaaa? Batinku kembali bermonolog.

Ku dengar suara kursi bergeser mendekatiku.

"Min, Min, ini apa gue yang salah denger? Bukannya tadi elu cerita kalau Ryo ngajakin makan siang bareng ya?"

Aku menoleh ke samping di mana Nita menjulurkan lehernya dengan suara berbisik ke arahku.

"Mbak Niken minta di bikinin desain sekarang, gue kok kaya mencium bau-bau aneh gitu" Lanjutnya lagi.

Alisku bertaut, tumben si Nita mikirnya bener.

"Bau-bau aneh gimana?" Pancingku untuk memastikan apakah pemikiran Nita sama dengan apa yang aku pikirkan setelah mendengar perkataan mbak Niken barusan.

"Bau-bau macam pemblokade gitu, ngerti gak lu arti pemblokade Min?"

Ck, bahasanya Nita yang ajaib membuatku berdecak lalu memasang pendengaran lebih tajam untuk mengetahui percakapan antara mbak Niken dan Ryo di depan sana, lebih baik menghiraukan Nita, karena ada yang lebih menyita perhatianku.

"Itu lho, macam pemboikotan, mbak Niken kaya lagi rencanain sesuatu gitu biar elu gak jadi makan siang sama Ryo, bener gak?" Perkataan Nita walaupun suaranya tidak terlalu kencang tapi sukses membuatku tidak dapat fokus mendengar suara mbak Niken dan Ryo.

"Wah gak bener nih, ini nih yang bisa di bilang pagar makan tanaman, udah jelas ni..."

"Nita!!! Bisa diem sebentar gak sih?! Gue kan mau dengerin mereka ngomong" Bentakku kesal memotong celotehan absurd Nita.

Suasana di ruangan ini langsung sunyi senyap, aku sadari beberapa pasang mata tertuju ke arahku.

"Kamu mau dengerin siapa yang lagi ngomong Ne?" Tanya mbak Niken, kulihat dia berdiri dengan senyuman yang ku anggap sebagai senyuman nyinyir.

"Min, gue kasih tau, kalo orang kepo itu jangan terang-terangan, jadi ketauan deh" Nita menggeser kursinya sepelan mungkin kembali ke tempatnya, meninggalkan aku yang mematung dengan perasaan dongkol.

Nita anyingggg!!! Gue ketauan gara-gara elu nyetttt!!

•••

Sudah jam 12 lewat 25 menit, acara makan siang kami benar-benar gagal, mbak Niken sialan! Aku terkesiap menyadari karena sudah beberapa kali runtukan kasar terlontar keluar, walaupun tidak secara verbal.

Sebuah kotak makan di letakkan Nita di atas mejaku.

"Elu harus makan Min, biar kuat ngadepin mbak Niken, makan aja bekal salad gue ini"

Aku mengernyit melihat ke arah kotak yang lalu di buka tutupnya oleh Nita.

"Ginian lu bilang salad?" Tanyaku sarkasme, masih kesal karena apa yang terjadi beberapa menit sebelumnya membuatku menjadi orang paling kepo mengalahi Nita.

"Timun sama dressing Kewpie wijen sangrai memangnya bukan salad?" Nita balik bertanya dengan wajah polos.

"Gue bukan marmut yang makanan pokoknya timun ya Nit, makasih tawaran lu, gue gak laper" Tolakku sambil menggeser kotak makanannya dari hadapanku.

Mentimun doang, itu mah lalapan bukannya salad, memangnya lagi makan pecel lele. Aku merengut.

Ku dengar suara helaan nafas yang keluar dari mulut Nita sehingga membuatku mendongak menoleh ke samping.

"Maafin gue Min, elu boleh deh minta beliin apaan aja yang elu mau, asal jangan ngediemin gue ya" Suaranya terdengar sangat memilukan.

Ini Nita lagi lebay mode on apa gimana nih, suaranya ngenes banget. Sesaat kemudian mataku melebar mencerna apa yang ditawarkan Nita barusan karena amatlah menggiurkan, otakku bergerak bekerja mengingat-ingat barang apa lagi yang aku belum punya, tawaran seperti ini jangan sampai terlewatkan.

Tetapi pikiranku yang licik menolak untuk menerima tawaran pertama yang dilontarkan Nita, sabar Min, jangan gegabah, pura-pura marah sampe Nita nawarin yang lebih besar dari sekedar 'beliin apaan aja yang gue mau'

"Min" Panggil Nita setelah dia mengambil kursinya dan duduk di sampingku.

Aku pura-pura sibuk mengambil ransel.

"Yahh jangan pulang dong Min, masa gara-gara tadi aja elu pulang sih, kita ke mall aja deh sekarang, di tas gue ada uang 12 juta, elu mau beli apa? Abisin deh dalam waktu 33 menit, kalo gak abis dalam jangka waktu segitu uang yang tersisa harus di kembalika..."

Aku langsung berdiri setelah mengambil dompet dan handphoneku lalu menarik tangan Nita untuk berdiri.

"Ayok kita ke mall, dari pada gue tambah bete kaya begini, elu tau kan kalo gue bete gimana Nit, diem aja seharian, tapi bukannya ngediemin elu ya, gue diem ya karena hal yang lain, elu mah gak pernah bikin gue kesel..."
Mulutku kian berceloteh dengan hati riang, melupakan kekesalan yang sudah terjadi. Urusan hati untuk menanyakan soal status hubunganku dengan Ryo bisa di pikirkan nanti.

Memang ya, kalau hati ikhlas dan sabar pasti membuahkan hasil yang lebih baik.

Maafkan saya sebagai teman yang suka memanfaatkan kepolosan teman ya Tuhan.

Tbc

Enak ya Min punya temen kek Nita, tunggu tante lah di perempatan sebelum mall ono, kita abisin uangnya Nita 😆😂

Guilty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang